Chapter 17

4.1K 323 9
                                    

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran ( Quran Surah Al 'ashr : 1-3 )

Waktu terus berjalan maju dan terus maju. Siang bergantikan malam. Matahari dan bulan bergantian menerangi bumi. Anak-anak manusia terus bergerak mengikuti qada dan qadar nya, menjalani jalan hidup yang telah sang Khaliq bentangkan untuk nya, menguji kesabaran dan mengasah ketaatan.

🌸🌸🌸🌸🌸

Maira berdiri di depan pintu aula dengan mata berbinar. Diedarkan pandangan nya ke sekeliling aula. Sudah berjajar rapi deretan kursi. Bunga-bunga indah tertata apik di setiap pojok ruangan. Meja panjang dan besar yang ada di bagian depan aula pun tampak rapi dengan tatanan bunga dan deretan nama guru besar, profesor dan tamu kehormatan telah tertata di tempatnya masing-masing.
Beberapa peserta penggelaran telah berdatangan. Semua tampak cantik, ada yang memakai kebaya, gamis indah bahkan ada yang memakai baju daerah khas darimana berasal. Semua wajah yang hadir di tempat itu tampak sumringah dipenuhi dengan senyuman yang merekah.

Di tembok bagian depan aula telah terpasang spanduk bertuliskan Penggelaran dan Penyumpahan Dokter.
"Alhamdulillah.." desis Maira pelan. Hari yang sangat dinantikannya akhir nya tiba. Setelah acara ini ia akan resmi dan sah sebagai dokter. Cita-cita yang didambakan nya sejak kecil tercapai sudah.

"Mairaaaa...." Suara yang tak asing bagi Maira, Naila berseru sambil setengah berlari mendekati Maira.

"Alhamdulillah..kita bisa lulus bareng ya" seru Naila sambil memeluk erat sahabat senasib semasa kuliah.

Maira pun tersenyum senang.
"Makasih ya Nai... sudah banyak membantu ku selama ini" bisik Maira ke telinga Naila.

Naila tersenyum lebar.
"Aku juga makasih ya Ra...selalu memberiku semangat, suka ceramahin aku...kalau nggak bisa jadi aku ga bakal Penggelaran bareng kamu deh"
Mereka berdua saling bertatapan dan tersenyum lebar.

"Semua peserta penggelaran harap segera menempati tempat yang telah disediakan" terdengar suara protokol kampus memanggil para peserta lewat pengeras suara. Menandakan prosesi penggelaran akan segera dimulai.

"Dokter Maira Qonita binti Afandi Rahman " nama Maira dipanggil untuk maju menerima secara simbolis ijazah kelulusan. Satu demi satu semua nama peserta penggelaran dipanggil.

"Benar adanya...apapun keadaannya nama ayah akan selalu ada di belakang namaku dalam setiap prosesi apapun" kata Maira dalam hati.

Maira menoleh kebelakang, ke arah deretan bangku yang disediakan untuk orang tua atau pengantar peserta penggelaran. Terlihat ibunya melambaikan tangan nya dengan senyum bahagia nya. Disebelah ibu ada ayahnya yang juga terus memandang nya dengan mata berbinar, disebelah ayah duduk om Haryo dan Tante Ilma.

Selama hampir enam bulan ini Maira terus berusaha memperbaiki hubungannya dengan sang ayah. Tak ada kata tak mungkin. Maira berusaha terus melupakan semua peristiwa masa lalu yang sangat menyakitkan baginya.
Tepat dua bulan yang lalu, neneknya meninggal. Maira bisa melihat kesedihan luar biasa di wajah ayahnya. Dari situ Maira menyadari bahwa ayahnya adalah lelaki yang baik. Ia berusaha membahagiakan ibunya dengan cara nya. Ingin menunjukan rasa bakti nya pada orang tua meski ada orang lain yang terluka karenanya, yaitu Maira dan ibunya.

When My Heart Choose Him...( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang