Chapter 9

3.9K 289 4
                                    

Hijrah yang sesungguhnya
Ketika shalat mampu merubah hidup kita
Ketika lisan berhenti mengucap dusta
Ketika mata tidak lagi memandang yang bahaya
Ketika pendengaran terhindar dari yang sia-sia
Dan ketika hati terjaga dari riya
Apakah hijrah hanya merubah penampilan saja? Tentu tidak

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan ( kafah) dan jangan lah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu" (QS. Al Baqarah : 208)

Dengan setengah hati Hariz menuruti permintaan ibunya. Sudah hampir 2 jam Hariz membuntuti tiga perempuan, ibu, Tante Reni dan Febtry mengelilingi Mall. Dari toko yang satu ke toko yang lain. Tak jarang setelah melihat harga di toko yang satu, mereka tak segan kembali lagi ke toko yang sebelumnya karena selisih harga. Hariz hanya bisa pasrah kalau sudah demikian.

"Mas Hariz cantik Ndak pakai ini" kata Febtry sambil berputar-putar di depan Hariz menunjukkan sebuah dress yang ditaksirnya.

Jujur Hariz malas menanggapi nya. Seorang perempuan yang tidak ada hubungan dengannya (mahram) dengan santainya bermanja-manja, berlenggak-lenggok di depannya menanyakan hal yang Hariz tak mengerti, tentang fashion.

"Ya..." Jawab Hariz singkat dan asal tapi tetap dengan kepala tertunduk.

Febtry tak peduli. Meski Hariz tak terlalu peduli dengannya, ia terus saja mencari perhatian lelaki itu. Lelaki dengan high quality menurut perhitungan nya. Layak untuk diperjuangkan, kata Febtry. Selain fisiknya yang keren, keluarga Hariz merupakan kolega bisnis yang penting buat papanya, kekayaan keluarganya Hariz sudah tidak diragukan lagi. Jika ia berhasil menikah dengan Hariz, maka ia tak akan pusing memikirkan uang dan kesenangan nya shopping, berburu barang-barang branded akan selalu tersalurkan, jiwa sosialita nya akan terus terjaga.

"Feb...kamu harus bisa mencuri perhatian Hariz"

"What...kenapa harus ma" tanya Febtry ketika mamanya menyampaikan perjodohan nya dengan Hariz.

"Kondisi keuangan keluarga kita terletak di tangan mereka Feb... usaha papa sedang sulit, utang papa menumpuk, untuk membiayai kamu kuliah di Aussie papa dan mama mati-matian mengusahakan nya sedang laba perusahaan terus menurun, papa terlalu berani hutang bank, sedang bunganya saja berlipat-lipat, banyak pemegang saham yang mulai meragukan papa" terang mamanya.
Febtry mendengar dengan serius penjelasan mamanya.
"Kalau kamu berhasil memikat Hariz dan memikat hati nya, pasti pak Rahman, ayah Hariz mau membantu bisnis kita. Kita tidak kesulitan lagi masalah keuangan, kita bisa minta berapapun ke mereka" kata mama sambil tersenyum licik.

"Ini ide cemerlang Feb...kamu ga mau kan kita jadi kere, ga bisa shopping berburu yang branded-branded gitu"

Dari situ Febtry jadi paham bagaimana sebenarnya kondisi keuangan keluarga mereka. Febtry putri semata wayang bagi papa mamanya. Dari dulu ia tidak terlalu peduli masalah pendidikan. Dari kecil dia begitu dimanja oleh orang tuanya. Segala kemauannya dituruti. Baginya pintar tak penting, yang penting adalah kaya raya. Apalagi mamanya sama saja dengan nya, hobi belanja barang branded dan ikut arisan sosialita disana sini Tentang ia kuliah di Aussie, itu juga buat sekedar menaikkan pamor dirinya di depan teman-temannya, wow gitu bisa sekolah di luar. Tapi sebetulnya disana ia tidak pernah belajar, tak ada mata pelajaran yang mampu ia kuasai hingga akhirnya ia di DO, drop out dengan terpaksa. Pihak universitas sudah tidak bisa mentolerir nilai-nilai nya yang super konyol karena ia hampir jarang mengikuti perkuliahan. Disana dia sering berpesta dengan teman-teman nya dari berbagai belahan dunia. Jadi sebetulnya Febtry pulang tidak membawa gelar sarjana apapun, tidak ada ijazah yang dibawanya karena sebetulnya ia tidak pernah lulus dari kuliah nya.

When My Heart Choose Him...( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang