Chapter 19

4.1K 292 4
                                    

Hidup adalah belajar
Mau tidak mau, kita akan selalu belajar
Baik dengan kerelaan hati ataupun 'paksaan' dari lingkungan
Proses ini akan menuju pada satu tujuan
Yaitu membuat diri kita menjadi lebih baik

Maira menata beberapa kartu status yang berantakan di atas meja nya. Alhamdulillah, hari ini ia tidak mendapat jatah untuk jaga di IGD. Itu artinya ia bisa sedikit beristirahat. Tapi hari ini ia tetap kebagian jatah untuk jaga ruang perawatan umum, tapi lumayanlah meski pasien tetap banyak, biasanya pasien yang datang di bagian perawatan umum bukan pasien darurat. Biasanya hanya pasien dengan penyakit ringan atau pasien yang kontrol sehabis operasi atau rawat inap.

"Selesai..." Gumam nya setelah selesai menulis di buku register pasien, ada sekitar 45 pasien hari itu.

"Maaf dok... masih ada satu pasien lagi, apa diterima?" Tiba-tiba seorang perawat masuk dengan membawa kartu status pasien.
Maira melirik jam yang bertengger tepat di dinding yang ada di depannya. Pukul 2 lewat 20 menit. Sudah lewat dari jam kerjanya. Tapi kasihan juga kalau ditolak, sudah bersusah payah datang.

"Iya mbak.. suruh masuk saja..kasihan" jawab Maira kembali ke tempat duduknya semula.

"Assalamualaikum..." Dua orang pria masuk ke dalam ruangan praktek.
Maira mendongakkan kepalanya.
Sejenak Maira saling beradu pandang dengan lelaki yang memberi nya salam. Ah wajah itu, wajah yang mulai samar di dalam benak Maira, wajah yang ingin Maira lupakan.kenapa wajah itu muncul lagi dan kembali memenuhi memori ingatan Maira.

Wajah pak Hariz tampak tersenyum penuh sejuta makna. Untuk sekian menit Maira dan pak Hariz saling pandang. Sampai akhirnya Maira menyadari kekhilafahan nya mengamati dengan lekat wajah pak Hariz.

"Astaghfirullah..." Desis Maira pelan sambil menunduk pura-pura membaca kartu status pasien yang ada di depannya.
Setelah Maira sekilas membaca kartu status itu, Maira menyadari kalau pak Hariz mungkin mengantarkan pegawai nya yang kemarin kecelakaan kerja.

"Aku mengantar pak Darma kontrol" kata Hariz Mengetahui Maira membaca kartu status milik pegawai nya itu.

"Mari pak saya periksa" kata Maira sambil dengan sigap memeriksa jari pak Darma yang kemarin datang ke IGD karena hampir terputus terkena gergaji listrik.

"Alhamdulillah semuanya baik saja..." Kata Maira setelah memeriksa semua nya.

"Tapi masih perlu kontrol lagi kan..." Tanya Hariz berharap ( ngarep banget Hariz 😂)

Sekilas Maira tersenyum.
"Mungkin hanya tinggal sekali lagi...tapi dua Minggu lagi"

"Oh..." Jawab Hariz pelan. Lama sekali dua Minggu lagi, batin Hariz.

🌸🌸🌸🌸🌸

Setelah hari itu hidup Maira serasa dipaksa kembali ke 7 tahun silam. Beberapa hari ini Hariz sering datang ke rumah sakit. Dan rupanya Hariz sengaja datang di saat jam Maira jaga ruang perawatan. Terkadang pak Hariz membawa pegawai nya yang sedang flu, ada yang sakit pinggang bahkan juga anak dari pegawai nya yang sakit pun diantar untuk berobat. ( Hariz lebay😀)

Maira seperti kembali di masa dulu waktu pak Hariz masih menjadi gurunya. Hampir setiap hari Maira pasti bertemu dengan pak Hariz di sekolah.

" Saya lihat bapak akhir-akhir ini kok jadi sering mengantar pegawai ke rumah sakit pak" tanya pak Afif heran. Hari itu kebetulan pak Afif yang diajak Haris untuk memeriksakan kakinya yang sering kesemutan.

"Begitu ya pak...iya saya sedang bahagia pak" kata
Hariz sambil tetap konsen memegang kemudi. Dari tadi senyum nya terus mengembang.

Sebenarnya dari dulu Hariz juga sangat perhatian pada pegawai nya yang sakit, tapi paling Hariz akan membawa nya ke klinik swasta yang lebih dekat dari area proyek. Tapi semenjak tahu Maira praktek di rumah sakit tersebut, Hariz lebih memilih membawa pegawai nya yang sakit ke rumah sakit meski jarak nya lebih jauh.

When My Heart Choose Him...( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang