Bucin Adek part. 1

4.6K 471 14
                                    

Warning!!!
Cerita ini dapat menyebabkan rasa gemas dan greget yang berlebihan

---

Jisung merapikan barang-barang yang akan ia bawa untuk study tour di luar kota selama beberapa hari. Ia merapikan barang-barangnya sendiri tanpa minta bantuan bunda. Katanya, ia ingin memastikan barang-barang yang penting akan dipilih dan dibawa. Mencoba mandiri tepatnya.

Jaemin menatap sang adik dari daun pintu kamar, "berapa hari, dek, study tour nya?"

Jaemin melangkah mendekati sang adik yang duduk di tempat tidur merapikan beberapa baju dan memasukkan nya kedalam tas ransel.

"Tiga hari, A' .. " Jisung masih sibuk mengemasi baju nya.

"Kamu berangkat sama temen-temen dan guru aja? Orang tua ataupun saudara gak boleh ada yang ikut?" tanya Jaemin memastikan.

Jisung berhenti memasukkan bajunya diransel, menatap Jaemin, "kenapa emangnya?"

Jaemin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan mengelus kepala Jisung sayang, "gak apa-apa."

Jisung mengangguk dan kembali sibuk. Sedangkan Jaemin mulai melamun, ia sebenarnya takut sang adik kesayangan nanti bagaimana di luar kota. Ia tak pernah pergi jauh tanpa saudara nya.

Jaemin menghela nafasnya pelan, dan bangkit berdiri, "Aa' mau ke kamar dulu, ya, dek.. " pamit Jaemin pada Jisung.

"Iya.. "

Jaemin melangkah keluar dari kamar Jisung. Menuju ke kamar nya sendiri dan mengunci pintu kamar dari dalam.

Merebahkan dirinya di tempat tidur dan menatap langit-langit kamar, perlahan ia mulai tertidur.

---

Jisung melambaikan tangannya pada saudara-saudaranya dan sang bunda.

Chenle melambaikan tangan semangat pada Jisung. Jeno tersenyum dan melambai pelan. Haechan bersedekap dada menatap sang adik yang memasuki bus nya. Renjun terdiam menatap Jaemin yang menatap bus yang dinaiki Jisung dengan pandangan yang tak dapat Renjun artikan. Entahlah.

Bunda menatap kelima anaknya, "yuk, pulang.. " ajak bunda.

"Bunda, apa gak sebaiknya kita ikut study tour nya adek?" Jaemin menghentikan langkah bunda dan semua saudara nya.

Renjun menatap Jaemin, "kamu gak bisa jauh dari adek, ya?"

Jaemin menunduk, "enggak kok, Aa' cuman khawatir aja sama adek, kak.. "

Jeno mengelus pundak Jaemin, "kan udah ada guru pembimbingnya, jadi kita gak usah khawatir lagi.. "

Jaemin menganggukkan kepalanya menurut.

Haechan menghela nafas, "dasar, bucinnya adek..." berucap pelan tetapi Jaemin mendengarnya.

Tetapi Jaemin hanya diam saja.

"Sayang, pulang yuk.. " bunda tersenyum menatap kelima anaknya.

Mereka mulai memasuki mobil, Renjun yang menyetir dan disampingnya ada Bunda.

Dibaris kedua ada Jeno dan Jaemin, dibaris belakang ada Haechan dan Chenle.

"Abang, didi punya tebak-tebakan.. "

Haechan menatap Chenle, "apa tebak-tebakannya? Terus, kalo abang bisa jawab, abang dapet hadiah, gak?"

"Emmm, kalo abang bisa jawab, didi kasih permen.. "

Haechan menganggukkan kepalanya.

"Susu apa yang bisa bikin bahagia?" Chenle menepuk tangannya beberapa kali menunggu Haechan menjawab.

Haechan berpikir, sampai keningnya berkerut tanda ia berpikir keras.

"Apa ya.. " Haechan mengetuk dagunya pelan.

"Ayo jawab ihh, lama banget sih mikirnya.. "

Jaemin menatap kebelakang, "Dancow.. "

Haechan menatap Jaemin, "kok bisa?"

Jeno menatap belakang juga, "Dancow hadir mengubah segalanya menjadi lebih indah.. "

Chenle cekikikan menatap raut wajah Haechan.

"Aduhhh, bucin syekaliii.. " Haechan tertawa terpingkal-pingkal.

Bunda tersenyum dari depan, sementara ini Jaemin bisa sedikit tersenyum.

Renjun menatap bunda, "bun.. " panggilnya pelan.

Bunda menatap Renjun.

"Apa Aa' senyum?"

Bunda menganggukkan kepalanya, "sedikit.. "

Renjun menganggukkan kepalanya dan kembali menatap ke jalan.

---

Jaemin lebih banyak diam malam ini, dimana semua nya berkumpul di ruang keluarga, tanpa Jisung tentunya, sedang menonton tv.

Bunda beberapa kali melihat Jaemin yang menghela nafas. Ini bukan pertama kalinya Jaemin bersikap seperti ini.

Dulu, Jisung pernah pergi bersama Renjun menengok saudara jauhnya yang sakit di luar kota, dan Jaemin juga seperti ini. Jadi, Bunda pikir, Jaemin tidak bisa jauh dari adiknya.

"Udah malem, tidur yuk.. " Renjun berdiri dan meregangkan tubuhnya.

Jeno ikut berdiri dan berjalan bersama sang kakak menuju ke kamarnya.

Haechan membangunkan Chenle yang tertidur, "bangun, di.. pindah kamar yuk.. "

Chenle mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya. Haechan menarik pelan tangan Chenle.

Chenle yang belum tersadar sepenuhnya hanya mengikuti sang abang.

Jaemin menatap kosong ke arah tv.

"Sayang, kamu gak tidur?" tanya Bunda.

Jaemin hanya mengangguk dan segera beranjak menuju kamar.

Bunda bingung, ia harus bagaimana menyikapi Jaemin yang seperti ini.

Jaemin berbalik menatap sang bunda, sebenarnya ia malu untuk mengatakan ini. Tapi tak apa, disini hanya ada dirinya dan sang bunda. Ke empat saudaranya sudah di kamar masing-masing.

"Bunda.. "

"Kenapa, A'?"

Jaemin menunduk pelan, "Aa' kangen adek.. "

Belum ada sehari, dan Jaemin sudah merasakan rindu pada Jisung. Jangan salahkan Jaemin yang bucin, ia sangat menyayangi adiknya. Tak ada salahnya ia sebagai saudara mengkhawatirkan adiknya.

Bunda menghampiri Jaemin dan memeluk sayang Jaemin. Mengelus punggung Jaemin menenangkan.

"Besok lusa, adek udah pulang.. "

---

Collaboration with sativaoryza804

Dear BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang