Warning!!!
Cerita ini dapat menyebabkan rasa gemas dan greget yang berlebihan.---
Bunda menatap semua anak nya. Renjun yang duduk dikursi meja belajar, Jeno yang berdiri bersedekap dada menyender pada meja belajar. Haechan dan Jaemin yang menyender pada tembok samping jendela kamar. Sementara Jisung yang memeluk erat Chenle diatas tempat tidur.
Semuanya tidak jadi berangkat sekolah, kenapa? Karena Jisung yang menangis tadi membuat semua saudara nya kalang kabut, termasuk dengan bunda.
"Kenapa semuanya menatap bunda?" tanya sang bunda.
"Kenapa bunda tidak segera memberi didi obat?" tanya Jeno balik pada sang bunda.
"Aduh, bunda lupa. Kak, bisa ambilkan obat demam di lemari atas dapur?"
Renjun menganggukkan kepalanya dan beranjak keluar kamar untuk mengambil obat.
"Dek, lepasin didi... " Chenle berusaha melepas tangan Jisung yang melingkar erat di pinggang nya.
"Gak mau.. " pelukan semakin erat.
Bunda menghela nafas dan menghampiri Jisung, "sayang, didi badannya lagi panas... " jelas bunda pada Jisung.
Jisung menatap Chenle berkaca-kaca.
"Yaudah, bun. Gak apa-apa kok.. " Chenle tersenyum manis, walaupun sebenarnya ia merasa sesak akan pelukan Jisung.
"Kenapa kamu bisa sakit, Di?" tanya Jeno pada Chenle.
"Dia kobam es tuh.. kemaren dia minum es banyak.. " Haechan menyahut membuat Bunda menatap sang abang penuh tanda tanya.
"Kenapa minum es? Didi tau kan ini lagi pergantian musim, kenapa ngeyel minum es, sayang?" Bunda mengelus kepala Chenle pelan.
Chenle menundukkan kepalanya. Merasa bersalah.
Jisung melepas pelukan nya pada Chenle dan menatap Chenle sebal, "kenapa didi gak ajak adek minum es?"
Jeno mengelus dadanya sabar, "adek, kalo adek ikut minum es kaya didi terus jadi sakit, ntar bunda sedih gimana?"
Jisung menatap Jeno paham. Ia mengangguk kan kepalanya.
"Makanya, Di. Jangan minum es banyak-banyak.. " Renjun datang membawa obat penurun demam dan air putih segelas. Menaruhnya di nakas samping tempat tidur.
"Iya, bener kata kakak. Jangan minum es banyak-banyak.." Haechan membenarkan sang kakak.
Jaemin menepuk pundak Haechan gemas, "padahal kemarin abang yang beliin didi es krim. Kemarin abang yang nyuruh didi habisin es krim nya. Kenapa sekarang malah nyalahin didi yang minum es?"
Haechan tertawa salah tingkah menatap Jaemin.
"Oh, jadi yang beliin es krim buat Chenle tuh si abang, ya?" Bunda berdiri dari duduknya ditepi tempat tidur.
Haechan menggaruk tengkuknya merasa terintimidasi oleh tatapan lembut bunda.
"Maafin abang, bun.. " Haechan menunduk.
"Makanya, bang. Jangan sembarangan kalo mau beliin sesuatu buat adik-adik kita.. " Renjun menatap sebal Haechan.
Haechan merasa kesal karena ia disudutkan.
"Bener tuh katanya kakak.. " Jaemin menepuk pundak Haechan dua kali.
"Aa' , kamu tau kesalahan kamu?" Bunda menginterupsi Jaemin.
Jaemin terkejut, "apa bunda? Aa' gak salah kok.. "
"Kamu salah, kamu tau abang beliin es krim banyak buat didi tapi kamu gak cegah.. "
Jeno menghampiri bunda, "udah bun, yang penting sekarang didi minum obat dulu biar cepet sembuh.. "
Bunda menghampiri Chenle dan memberikan obat demam serta air putih.
"Lain kali, kalo dibeliin es jangan makan banyak-banyak. Kalo sakit begini, siapa yang khawatir? Kalian semua jadi khawatir, kan?"
Jaemin menyenggol pundak Haechan menyalahkan.
Haechan yang tak terima pun menyenggol balik, hingga akhirnya mereka beradu mulut dengan suara pelan.
Jeno yang melihat mereka hanya menggelengkan kepalanya.
Renjun tampak tak peduli dengan dua orang yang suka bertengkar itu.
Jisung menatap Jaemin dan Haechan pun malah tertawa, membuat bunda yang membelakangi kedua bocah tersebut berbalik untuk menatap dua anaknya.
"Kalian berdua, abang sama Aa' .. masuk kekamar bunda sekarang juga. Renungi kesalahan kalian .. " perintah mutlak dari sang bunda.
Jaemin dan Haechan menunduk dan berjalan keluar dari kamar Chenle.
Jeno menghela nafasnya berat, "ayo, dek.. ikut sama mas, yuk.. " Jeno menarik pelan tangan Jisung.
"Kemana mas?"
"Baca buku cerita dikamar mas.. "
Jisung tersenyum dan beranjak mengikuti tarikan Jeno.
Bunda kembali menyelimuti Chenle dan mengecup dahi Chenle sayang, "kamu tidur lagi ya.. habis minum obat semoga cepet sembuh.. "
Chenle tersenyum dan mengangguk.
Bunda menatap Renjun yang masih betah ditempatnya.
"Kak, ayo keluar. Biar didi istirahat."
Renjun menggeleng, "aku disini jagain Chenle aja, bun. "
Bunda tersenyum, walaupun Renjun adalah sosok kakak yang tak perduli pada lingkungan sekitar, tapi ia adalah sosok kakak terbaik bagi adik-adiknya. Tak ada yang tau bagaimana sayangnya seorang Renjun pada saudara-saudaranya. Hanya bunda yang selalu memperhatikan sikap Renjun. Renjun sayang pada semua adik-adiknya dengan caranya sendiri.
---
Collaboration with sativaoryza804
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bunda
FanfictionBunda punya anak 6, cowok semua. Ganteng banget lagi, tapi tengil nya buat bunda pusing. Tiap hari berantem mulu, emang dasarnya mereka suka buat rumah jadi rame. Collaboration with @sativaoryza804