Warning!!!
Cerita ini dapat menyebabkan rasa gemas dan greget yang berlebihan.---
"BUNDAAAAAAAAA" Chenle berlari memasuki rumah mencari bunda.
Jisung yang baru mencapai pintu rumah pun berhenti sambil kedua tangannya berada dilutut untuk menahan bobot tubuhnya. Mengatur nafasnya yang terengah-engah habis berlari bersama Chenle. Tapi Chenle tanpa merasa lelah langsung melesat menuju taman belakang rumah dimana sang bunda berada.
"DIDIIII, ADEK KOK DITINGGAL SIHH.. " Jisung berteriak sambil berjalan santai menuju taman belakang.
"Woyy, jangan teriak. Adek anggap ini hutan apa. Kayak tarzan aja teriak-teriak.. " Haechan menatap kesal sang adik dari sofa ruang keluarga.
"Abang, tarzan mah teriaknya gak kayak adek.. " Jisung menjatuhkan tubuhnya di sofa samping Haechan.
"Lha terus teriaknya kayak apa?" Jaemin yang sedang bermain game di samping Haechan bertanya.
"Teriaknya gini .. ekhem.. AUOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO... " Haechan reflek menutup telinganya, apalagi Jaemin yang langsung menaruh handphone nya dan menutup telinganya juga.
"ADEKKKKKKK!" Renjun datang menghampiri Jisung dan langsung menutup mulut Jisung.
Jisung memukul tangan sang kakak, dan Renjun melepas tangannya.
"Kenapa sihh, adek gak salah kenapa mulutnya adek ditutup.. " desis Jisung kesal.
"Kamu ini, jangan teriak-teriak kenapa sih?" Renjun memiting leher Jisung membuat Jisung tak bisa apa-apa.
"Kakak, jangan gitu sama adek.. " Jaemin melepas tangan kakaknya dari leher Jisung.
"Aku aduin bunda ntar.. " Jisung menatap sebal sang kakak sambil menyipitkan matanya.
Renjun memutar bola mata nya malas.
"Adek, didi kenapa nyari bunda?" tanya Haechan.
"Oh, itu, didi kayaknya mau minta dibeliin sepeda baru juga deh.. "
Renjun mengerutkan keningnya, "sepeda baru?"
"Iya, didi pengen sepeda baru kayak punya mas Jeno.. "
Jaemin dan Haechan saling berpandangan, seakan tak percaya jika mas mereka punya sepeda baru.
"Mas Jeno punya sepeda baru? Kapan beli?" Jaemin menatap sang adik penuh tanda tanya.
"Loh, jadi kalian ketinggalan informasi? Kan di status nya mas Jeno ada, mas Jeno naik sepeda baruu.. "
Jaemin, Haechan dan Renjun langsung membuka handphone masing-masing.
"Wahhhh, sepeda nya mas bagus.. aku juga pengen.. " Jaemin memekik senang menatap foto Jeno.
Renjun melirik Jaemin yang tersenyum menatap handphone nya. Ia memasukkan handphone nya di saku celana.
"Asal kalian tau, mas Jeno beli sepeda itu pake uang tabungannya.. " kata Renjun membuat Jisung, Jaemin dan Haechan menatap tak percaya ke arah Renjun.
"AYOOOLAHHH BUNDAAA... AKU JUGA MAU SEPEDA KAYA PUNYA MAS JENO.. " suara Chenle yang semakin mendekat ke ruang keluarga membuat Jisung segera berdiri hendak menghampiri Chenle.
"Didi, dengerin bunda dulu dong, sayang.. " Bunda yang sudah tiba di ruang keluarga segera duduk di sofa.
Jisung kembali duduk, Renjun duduk disebelah sang adik. Haechan dan Jaemin duduk di karpet bawah.
"BUNDAAA... " Chenle semakin menaikkan nada suaranya.
"Didi, jangan ngomong keras-keras sama bunda.. " Renjun menatap Chenle yang cemberut.
Bunda menarik tangan Chenle mendekat ke arah bunda.
"Sayang, mas Jeno itu beli sepeda pake uang tabungannya, bunda gak beliin... "
Chenle memeluk pinggang bunda erat, "aku juga pengen sepedaaa.. "
Bunda menghela nafas pasrah akan keras kepala Chenle.
"Apa kalian inget dulu bunda pernah bilang apa sama kalian?" Bunda menatap satu persatu anak-anaknya.
"Kita gak boleh berlebihan meminta sama bunda, kalaupun kita ingin sesuatu maka kita harus beli sendiri dengan uang tabungan yang kita punya.. " Renjun menjawab.
Bunda tersenyum, "denger apa yang dikatakan sama kakak?" bunda mengelus sayang kepala Chenle.
Chenle akhirnya menganggukkan kepalanya.
"Tapi bunda.. " Jisung membuat atensi perhatian dari bunda beralih, "kenapa mas Jeno gak bilang kita-kita kalo mau beli sepeda baru?"
"Karena mas gak pengen kalian berebut mau naik sepeda nya mas.. " Jeno datang dan langsung duduk di sebelah bunda, bunda duduk diantara Chenle dan Jeno.
"Mas mah pede banget sih, siapa yang mau pinjem coba.. " Haechan memicingkan matanya.
"Halah, bilang aja kalo mau nyoba sepeda nya mas.. gapapa kok, sana.. gantian naik sepeda nya.. " Jeno tersenyum menatap saudara-saudara nya.
"Termasuk kakak juga boleh pinjem?" tanya Renjun menunjuk dirinya sendiri.
Jeno menganggukkan kepalanya.
Jisung segera berlari menuju luar rumah, "ADEK MAU PINJEM DULUAN, YA, MASS .... "
Chenle segera melepas pelukannya dari bunda dan berlari mengikuti sang adik, "AKU DULUAN, DEKKK.. "
Jeno tertawa melihat keantusiasan kedua adiknya. Bunda menggelengkan kepalanya.
Ya, memang hanya sebuah sepeda bisa membuat mereka berebut, karena mereka jarang naik sepeda. Bunda hanya memiliki satu mobil yang biasanya mereka naiki bersama.
"Mas, harga sepedanya berapa?"
---
Collaboration with sativaoryza804
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bunda
Fiksi PenggemarBunda punya anak 6, cowok semua. Ganteng banget lagi, tapi tengil nya buat bunda pusing. Tiap hari berantem mulu, emang dasarnya mereka suka buat rumah jadi rame. Collaboration with @sativaoryza804