Bucin Adek part. 2

3.7K 452 4
                                    

Warning!!!
Cerita ini dapat menyebabkan rasa gemas dan greget yang berlebihan

---

Suasana sarapan pagi kali ini terasa berbeda, tak ada suara Jisung yang biasanya berebut lauk dengan Haechan. Dan Jaemin yang terdiam tampak tak nafsu makan.

Renjun menatap Jaemin, "kamu kenapa, A'?"

Jaemin menatap Renjun salah tingkah, "gak kenapa-kenapa kok, Kak.. "

Semua tau, Jaemin sedang gengsi kali ini. Ia tak mengakui pada yang lain tentang suasana hatinya.

Haechan menatap Jaemin sambil menunjukkan garpunya pada Jaemin, membuat Chenle meringis melihat hal tersebut.

"Kamu kangen sama adek, ya?"

Jaemin menggeleng, "enggak.. aku lagi gak mood aja.  " masih dengan gengsinya.

Chenle menurunkan tangan Haechan yang memegang garpu menunjuk Jaemin, "turunin garpunya, bang. Didi ngerasa serem sendiri.. "

Haechan tertawa pelan melihat ekspresi Chenle.

Jeno menggelengkan kepala melihat tingkah Haechan. Bunda masih terdiam menatap interaksi anak-anaknya.

Memang suasana kali ini terasa sangat berbeda, biasanya suara Jisung yang mendominasi pertengkaran antar saudaranya, tapi sekarang hanya ada perdebatan sebentar saja.

Bunda menghela nafas, menunduk menatap sarapannya yang masih tersisa. Tiba-tiba tangan hangat Renjun memegang tangan Bunda diatas meja.

"Bunda kenapa? Sakit? Perlu periksa ke dokter?"

Bunda menatap Renjun dengan ekspresi lesu. Ia juga rindu pada bungsu kesayangannya.

"Bunda gak apa-apa. Kalian kenapa masih anteng-anteng aja jam segini, bukannya udah telat?" Bunda mengalihkan pembicaraan.

"Kan masa jeda, Bunda.. jadinya telat dikit gak apa-apa.. " jelas Haechan yang di angguki semuanya.

"Yaudah, buruan berangkat sekarang.. "

Semuanya beranjak mengambil tas dan membenarkan seragam mereka. Hanya Jaemin yang terlihat ogah-ogahan.

Hanya satu hari lagi, dan Jisung akan pulang.

---

Chenle berlari memasuki rumah mencari Bunda.

Bunda yang di ruang keluarga mengernyitkan dahinya bingung.

"Bunda.. " panggil Chenle langsung duduk disebelah Bunda.

"Kenapa?" Bunda mengelus punggung Chenle menenangkan sehabis berlari.

"Aa' sakit, bunda.. "

Bunda panik, ia harus bagaimana sekarang? Ia tidak tau keadaan Jaemin akan seperti ini.

"Aa' cuman kecapekan aja, bunda.. " jawab Renjun berjalan menghampiri bunda.

'pletak'

Haechan menyentil dahi Chenle, "jangan suka hoax, deh.. "

Chenle memajukan bibirnya tanda kesal sambil mengelus dahinya.

Jeno dan Jaemin duduk di sofa. Jaemin terlihat banyak keringat.

"Kecapekan apa? Kalian habis ngapain?" tanya Bunda.

"Disekolah tadi ada tanding futsal, bun. Jadi kita semua ikut nonton, tapi ternyata Aa' ikutan main futsal.. " jelas Jeno.

Bunda menganggukkan kepalanya paham.

"Yaudah, A' , kamu mandi sana, habis itu makan siang.. "

"Yang disuruh cuman Aa' nih, bun? Yang lain enggak?" Chenle memeluk lengan bunda.

"Ya, kalian juga dong.. " Bunda mengacak-acak rambut Chenle.

---

Disaat yang lain sibuk bercanda, hanya Jaemin yang masih malas berbicara. Ia hanya diam menatap layar televisi didepannya.

Haechan jengah sendiri, bagaimana tidak? Ia sebal melihat Jaemin yang masih gengsi.

"Kamu kenapa sih, A'?" tanya Chenle menatap penuh tanya pada Jaemin.

"Gak apa-apa kok.. " jawab Jaemin.

Jeno menepuk pundak Jaemin pelan, tetapi seakan menenangkan dan memberi kekuatan.

Jaemin tak tahan, ia menunduk menatap tangan dipangkuannya. Memainkan jari-jari nya.

Renjun mengelus kepala Jaemin sayang, "kamu bilang aja sama kita-kita kalo ada masalah.. "

Bunda menggenggam tangan Jaemin, Jaemin menatap sang Bunda yang tersenyum. Membuat Jaemin sedih.

"Aku kangen sama adek.. "

"NAHHHH, AKHIRNYA NURUNIN GENGSIII.. " Haechan berteriak membuat Chenle berjenggit kaget karena tepat berada disebelahnya.

Bunda menatap Haechan, Haechan mengalihkan pandangannya seakan tak tau jika Bunda menatapnya.

"Kamu kangen sama adek? Kenapa gak dari tadi bilangnya. Kan kita bisa video call sama adek.. " Jeno mengelus pundak Jaemin.

"Tapi, Aa' takut ganggu waktu istirahat adek.. "

"Tenang aja.. " Renjun mengeluarkan handphone disaku nya dan membuka Line. Mencari kontak sang adik.

Jaemin menghela nafas pelan, ia tak ingin mengakui jika ia rindu Jisung, tetapi perasaan rindunya semakin besar.

"Nih, tinggal tunggu adek jawab video call nya.. " Renjun menyerahkan handphone nya pada Jaemin.

Jaemin harap-harap cemas, ia takut sang adik tengah istirahat.

'halo'

Wajah Jisung memenuhi layar handphone.

Semua nya mendekat kearah Jaemin yang tengah tersenyum.

"Adek.. kita ganggu gak?" tanya Jeno.

'enggak kok, ada apa? Kalian kangen yaaa sama adek?'

"Bunda yang kangen sama adek.. " jawab Bunda tersenyum.

'bundaaaa, adek juga kangen sama bunda.. '

"Cuman kangen sama bunda? Gak kangen sama yang lain?" tanya Chenle.

Jisung tertawa pelan, 'kangen dong.. '

"Udah makan belum, dek? Disana gimana? Gak kenapa-kenapa, kan?" Haechan bertanya.

'udah makan, bang. Gak kenapa-kenapa kok.. '

Renjun tersenyum menatap binar kebahagiaan Jisung diseberang line.

Jaemin masih terdiam menatap layar handphone, ia hanya sedikit tersenyum menatap tawa bahagia Jisung.

'Aa' kenapa?'

Jaemin menggeleng.

'kenapa diem aja?'

"Emmm, Aa' kangen sama kamu.. "

'aku juga kangen sama Aa' , besok siang aku udah pulang.. jangan lupa jemput, ya..'

Mereka semua menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Jisung.

Tak apa, walau hanya lewat video call setidaknya rindu Jaemin pada sang adik sudah terobati.

Ya, hanya perlu menurunkan gengsi untuk dapat mengubah semuanya menjadi lebih baik.

---

Collaboration with sativaoryza804

Dear BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang