5. RUANG BK

552 31 2
                                    

Perempuan dengan rambut panjang yang sedikit berantakan kini menatap gerbang besar SMA 56 JAKARTA. Ia melirik jam tangannya, sudah satu jam setengah ia kelimpungan di jalanan. Ditambah hari ini adalah hari Senin, membuatnya sedikit membungkuk sembari memegangi lututnya.

Rasa pegal dengan keringat keringat yang masih menetes di seragam sekolahnya membuat ia mau tidak mau harus masuk ke dalam sekolah. Meskipun ia tahu akibatnya seperti apa.

Saat ia melangkahkan kakinya untuk membuka gerbang, laki laki dengan pakain putih abu abu ditambah selempangan yang bertuliskan pemimpin upacara itu berdiri sambil menatapnya dengan sinis. Siapa lagi kalau bukan ketua osis yang yang harus ia hindari beberapa hari ini.

"Maaf telat, Kak!" ucap Putri sambil merunduk, sedangkan Zico masih menatapnya dengan tampang judes tanpa menjawab. "Masuk!" perintahnya saat gerbang itu terbuka.

"Makasih, Kak!" balasnya. Namun, cowok itu menjawab dengan deheman. Setelah tidak ada percakapan diantara keduanya, Putri memilih melanjutkan langkahnya.

Tanpa aba aba, Putri merasa tangannya dicekal membuat dirinya mau tidak mau membalikkan tubuhnya.

"Kenapa, Kak?" ujar Putri kebingungan. Masalahnya, Cowok yang harus ia hindari kini malah memegang tangannya. Hal itu membuat hatinya berdesir cepat.

"Jangan banyak omong! Ayo!?" Zico menarik pergelangan tangan Putri tanpa ada niat sedikitpun untuk melepasnya.

"Loh kok di sini?" heran Putri. Masalahnya kini mereka berada di lantai atas. Tangga dimana jalan itu bukan menuju ke arah kelasnya. Dengan cepat, Zico mengangkat dagunya mengarah ke kepada seseorang yang berjalan menuju koridor utama.

"Kalau dilihat sama guru, bisa bisa lo dijemur sampai istirahat." Putri meneguk salivanya dengan kasar. "Iya, Maaf. Makasih, Kak!"

"Sana ke kelas. Mumpung gak ada guru yang seliweran." suruh Zico membuat Putri mengangguk menurutinya.

Bodoh.

•••••

Suasana ruangan kelas XII IPA I sangat ramai setelah upacara. Berbagai keluh kesah murid murid mengatakan betapa capeknya berdiri dibawah sinar matahari.

Begitupun dengan ke enam cowok yang sudah duduk di belakang sambil bergurau. Tetapi tidak dengan Zico. Cowok itu setelah upacara selesai tak kunjung datang ke kelas.

"Kemana tuh curut, satu?" ujar Bagas yang membenarkan posisi duduknya. "Lah iya, sampai sekarang belum nongol."

"Paling juga ke kamar mandi." ceplos Bagus. Jawaban itu membuat ke lima temannya memasang wajah aneh. "Ngapain ya, Gus?" jawab Rendy dengan polos.

"Biasa lah," balasnya. "NYEBUT GUS, NYEBUT! AYO GUE BANTUIN La illahaillah." Beckham yang semula diam, kini heboh dengan sendirinya.

"TAM! GAUSAH GITU JUGA KALI NYEBUTNYA! Pamali!?" ujar Bagus yang tak terima. "BERCANDA JANGAN KELEWATAN!"

"Selow, Om! Hamba minta maaf, Baginda!" ujar Beckham. "Hampura." sambil menyalami tangan Bagus.

"AWWWWWHHH!!!" Pekik Bagus membuat seseorang yang berada di kelas menoleh ke arahnya yang berdiri di depan pintu.

Tadinya cuma ingin menggoda Kitty-perempuan keturunan Inggris yang bersekolah di Jakarta. Tetapi, malah cowok itu yang terkena imbasnya

"Apaan tuh, Gus?" tanya Beckham. Ambigu.

"Kembaran lo tuh, Gas! ASTAGFIRULLAH!" Ujar Rendy sambil cekikikan. Bahunya naik turun karena tertawa paling keras.

BADBOY IN LOVE | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang