17. Cherish Every Moment

517 68 27
                                    

Sentuhan tangan, aroma tubuh dan suara yang tidak asing lagi tentu saja mengalihkan kekagetan So Eun menjadi debar bahagia. Dengan penuh semangat ia singkirkan tangan itu dari matanya untuk kemudian balik badan, dilihatnya sosok yang sangat dirindunya berdiri dengan senyum lebar dan tanpa pikir panjang lagi So Eun segera menghambur memeluknya, "Myung Soo-ya..."

Myung Soo yang sejak dua jam lalu sudah ada di apartemen So Eun terkekeh pelan menyambut pelukan, "Kupikir tak akan seantusias ini."

Itu bukanlah kalimat yang enak didengar bagi So Eun, gadis itu pun menyudahi pelukannya. Dengan satu lutut yang masih bertumpu pada bagian atas sandaran sofa, So Eun menegakkan tubuhnya, "Kenapa berpikir seperti itu?"

"Karena aku menangkap kesan kau terlalu tegar ditinggal olehku."

"Apa ini tentang aku yang tak mengunjungimu bahkan tak ada di Seoul saat kau dapat jatah libur?"

"Begitulah, kau juga sepertinya santai saja walau aku jarang menghubungimu."

So Eun mengusap kedua matanya yang berkabut haru kemudian dengan suara yang bergetar namun intonasinya sedikit tinggi menyiratkan kemarahan ia menguntai kata, "Apakah yang kau mau itu aku merengek, menuntutmu menyisakan waktu setiap harinya untuk meneleponku. Lalu aku berkunjung sesering mungkin untuk mengeluhkan betapa aku tak bisa menahan rin.."

Rentetan kalimat terhenti padahal belum sampai di ujungnya karena bibir yang jadi pengantar kata itu telah terkatup oleh bibir sang kekasih yang meraupnya tanpa permisi. Mengecap tiap lekukan, menyesap ranum dan manisnya lalu pelan-pelan menelusup melesakkan gelora.

Detik itu, tak ada yang diinginkan So Eun kecuali menyambut dengan antusiasme serupa hingga amarahnya pun luruh seiring pagutan yang gairahnya makin menyala ditempa rindu.

Sebuah rindu yang telah berkecambah tak terhitung di setiap hari tanpa sua antara mereka. Segenap rindu dituangkan lewat sentuhan yang meski harus menemui usai tapi tetap menjejak hangat di hati.

"Kau sengaja memancing marahku, ya?" So Eun merengut manja. Ia sudah duduk kembali di sofa, beda sandaran saja karena kini tentu saja pada Myung Soo bersandarnya.

"Siapa suruh sensitif sekali, langsung marah hanya karena kucandai seperti itu."

"Karena itu bukan candaan lucu, apalagi setelah lama tidak menghubungiku. Itu...sungguh isi hatimu, kan? Itu yang kau pikirkan tentang aku?"

Myung Soo menyentuhkan hidungnya pada dahi lalu perlahan turun ke pipi So Eun, "Haruskah merusak suasana?"

"Kau yang mulai."

"Hahaha...kita berciuman lagi saja sampai bibirmu lelah untuk berucap."

So Eun menjetik pelan bibir Myung Soo, "Terus saja menggodaku."

"So Eun, sayang," panggil Myung Soo begitu lembut, ia lalu mengangkat gadis itu agar duduk dipangkuannya, "Sudah pernah kukatakan kalau aku memahami keinginanmu dan aku percaya kau tak setegar itu. Dibalik dinginmu, ada upaya besar menahan letupan rindu, ada ketidaksabaran menanti hari di mana bisa bertemu lagi."

"Aku yang berulang tahun tapi kau yang bertambah dewasa, sedang aku terombang-ambing antara harapan dan ketakutan."

"Apa hubungan ini lama-lama membebanimu? Nyaris setengah tahun ini kita tidak bertemu, apakah itu membuatmu berpikir ulang?"

"Aku memang banyak berpikir, terutama minggu-minggu terakhir ini."

Raut Myung Soo berubah lebih serius, mendengar So Eun mengatakan hal seperti itu sontak cemas pun hadir. Belum sampai separuh perjalanan wajib militernya tapi tampaknya So Eun sudah terusik, begitu pikir Myung Soo.

Broadcasting Romance [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang