14. Our Magical Winter

648 76 49
                                    

Musim dingin membuat pekat gelap jadi memanjang, derap sunyi butiran putih yang menumpuk di sudut jendela atau tersangkut di ranting-ranting tak berdaun serta bergulung-gulung di sepanjang jalan seolah membekukan semesta. 

Namun ada yang tak gelap bahkan tetap hangat, itulah dua hati yang saling bertautan di jalan cinta. Sebuah rasa yang pertama diungkap di bawah langit bersalju, di antara gigil panorama mereka menyeruakkan kehangatan yang diupayakan tetap terjalin hingga kini bertemu kembali dengan musim yang sama dan tersemat harapan akan berseminya selalu perasaan itu meski segala musim berganti.

Begitulah, musim dingin tepatnya di hari ini adalah satu tahun hubungan yang dijalin Myung Soo dan So Eun di mana perayaannya sudah lebih dulu dilakukan dengan alasan kesibukan jadwal syuting tapi ternyata hari spesial ini bertepatan dengan libur. Myung Soo sebagai pihak yang membuat kejutan jelas tak tahu sebelumnya dengan jadwal libur yang ternyata bertepatan dengan hari jadinya dengan So Eun, ia berpikir setelah mulai syuting maka jadwalnya akan sangat melelahkan. Tapi soal perayaan memang tidaklah penting karena yang terutama adalah kebersamaan, sesuatu hal yang membuatnya bahagia hingga rasanya enggan beranjak dari sisi gadis itu. 

Seperti yang dilakukannya setelah mereka kembali dari Chuncheon, Myung Soo semula berniat mengantar So Eun dan menungguinya hingga terlelap tapi keengganan untuk pergi ditambah rasa lelah dan mengantuk membuat Myung Soo memutuskan untuk beristirahat di samping So Eun. Dengan membawa So Eun dalam dekapannya, tidur indahnya pun dimulai.

So Eun lah yang terjaga lebih dulu ketika jarum jam menunjuk pada angka tujuh lewat sepuluh menit, tak lama setelah mentari menyibak ufuk timur. Jika tak ada pekerjaan, menunda untuk beranjak dari tempat tidur selalu jadi pilihan terutama saat musim dingin di mana matahari pun bermalas-malasan dengan terbit lebih lama dan tenggelam lebih cepat. Tapi sesuatu membuat So Eun terperanjat hingga kesadarannya terkumpul jauh lebih cepat.

Dengan mata yang terbelalak So Eun susah payah menyingkirkan tangan yang melingkar erat di pinggangnya, “Myung Soo, kau bermalam di sini? Yah, bangunlah.” 

Tapi Myung Soo hanya mengerang pelan lalu membalikkan badan dan kembali tidur.

So Eun tak melanjutkan usahanya membangunkan Myung Soo, ia memilih langsung turun dari tempat tidur sambil mengipasi wajahnya dengan tangan, “Kenapa panas sekali.”

“Apa aku buka jendela saja,” ucapnya lagi namun tak lama tertegun saat membuka tirai dan melihat pemandangan di luar apartemennya, “tadi malam turun salju rupanya.”

Senyum kecil dilukisnya saat mengingat tingkahnya barusan yang merasa kepanasan, ia menyadari meski sudah cukup lama berinteraksi dengan Myung Soo tetap saja ada momen yang membuatnya canggung. 

Merasa kantuknya sudah hilang sempurna, So Eun pun keluar dari kamar untuk membuat sesuatu yang bisa dimakannya. Saat melewati sofa di mana ada mantel Myung Soo tersampir di sana So Eun mendengar suara getaran ponsel.

“Sepertinya di sini.” diambilnya mantel itu untuk mencari ponsel.

“Ini dia, manajer?” gumam So Eun membaca nama yang tertera di layar.

“Bagaimana kalau ada yang penting?” So Eun kembali ke kamar untuk membangunkan Myung Soo.

So Eun mendesah kesal ketika Myung Soo cukup sulit dibangunkan, “Kemarin aku yang kurang fit tapi kenapa kau yang begitu lelap tertidur?”

“Myung Soo bangunlah.” semakin semangat So Eun membangunkan karena manajer Myung Soo kembali menelepon. Diletakkannya ponsel itu di dekat kepala Myung Soo, “manajermu menelepon, bangunlah.”

Myung Soo akhirnya membuka mata, saat itu getaran ponselnya sudah berhenti. 

“Aku baru tahu kalau kau itu sulit sekali dibangunkan.” So Eun menggelengkan kepala.

Broadcasting Romance [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang