16. When We're Apart

525 67 49
                                    

Terjaga pagi sekali padahal durasi tidur So Eun tidaklah lama, selain itu ia pun tidak merasakan kenyenyakan karena satu sisi ruang hatinya berdenyut gelisah yang hingga pagi ini pun masih dirasanya. Karena itulah ia bergegas membuat sesuatu di dapur sebagai pengalih perhatian.

Roti panggang berbalur bubuk kayu manis yang dicampur ekstrak vanila kemudian disajikan dengan sirup maple di atasnya dan tak lupa potongan buah strawberry serta kiwi sebagai tambahan adalah menu yang dibuatnya. So Eun mengekeh pelan melihatnya, “Hal sederhana seperti ini saja bisa membuatku berseri,” gumamnya yang menyadari kalau perasaannya membaik.

Bukan karena makanannya tentu saja tapi karena So Eun membuatkannya untuk Myung Soo yang saat ini masih terlelap, bukan hal aneh karena pria itu memang tak mengenal bangun pagi jika tak ada jadwal pekerjaan. So Eun juga membuat secangkir kopi yang ketika di bawa ke kamar masih mengepul dengan aroma yang kuat.

Lalu ditepuknya pelan pipi Myung Soo, “Hei, bangunlah.”

Tapi Myung Soo masih bergeming.

“Apa aroma kopi ini tidak menggelitik hidungmu? Atau roti ini.” So Eun mengambil sepotong roti tersebut untuk diayunkan dekat hidung Myung Soo.

“Astaga…” keluh So Eun kemudian yang belum juga berhasil membangunkan kekasihnya itu.

Akhirnya So Eun mengambil air dan dengan usilnya ia percikkan ke wajah Myung Soo. Pria itu sedikit begerak dan So Eun terus memercikkan air hingga Myung Soo membuka mata.

“Yah, apa ini?” Myung Soo mengusap wajahnya.

“Wajib militer akan membuatmu disiplin bangun pagi dan setelahnya kau akan terbiasa.”

“Memangnya jam berapa sekarang? Soal bangun pagi, aku bisa disiplin kalau ada pekerjaan yang mengharuskanku pergi pagi-pagi. Kalau libur apa salahnya bangun siang.”

“Ini kedua kalinya kau menginap dan dua kali pula aku sulit membangunkanmu. Apa salahnya juga bangun pagi saat libur.”

Myung Soo pun duduk, “Benar juga, kenapa aku harus habiskan waktu untuk tidur padahal aku sedang bersamamu.”

“Lebih tepatnya bagaimana bisa kau tidur nyenyak sedangkan aku tidak. Aku sampai membuat makanan karena tak bisa lagi memejamkan mata.”

“Apa aku salah karena tidur nyenyak?”

Aniyo…” So Eun mengusap rambut Myung Soo yang berantakan, “Aku mengerti betapa tidur menjadi sesuatu yang berharga mengingat jadwal pekerjaan yang kadang tidak manusiawi.”

“Aku tidur begitu nyenyak karena ada kau di sisiku, sampai-sampai sulit untuk terjaga.”

“Jangan beralasan, aku tahu kau itu susah bangun pagi. Sung Jong mengatakannya.”

Mwo? Apa kalian akrab melebihi apa yang kuketahui?”

“Hmm, aku suka mengobrol dengannya. Dia sangat manis.”

“Dan aku tidak?”

“Haruskah kujawab?” So Eun tertawa kecil lalu menyodorkan roti panggang buatannya, “cobalah ini.”

Tanpa ragu Myung Soo mengambil dan menyantapnya, “Aku…akan merindukan momen seperti ini…aish, padahal semalam sudah tak mau sentimentil lagi.”

“Kau akan jadi tentara aktif…”

“Hmm, kau akan bangga padaku.”

So Eun kembali tertawa, “Jadi kelak kau tak perlu diingatkan lagi untuk bangun pagi, rajin mandi, dan…”

“Yah, apa saja yang Sung Jong katakan padamu?”

“Cukup untuk membuatku lebih mengenalmu. Bisa jadi kan selama ini sikap yang kau tunjukkan padaku adalah yang baik-baik saja dan sebenarnya itu lazim dilakukan oleh mereka yang masih dalam tahap berpacaran. Tapi aku senang bisa tahu sisimu yang lain, termasuk kebiasaan jelekmu.”

Broadcasting Romance [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang