Vira terlihat sangat cantik memakai hiasan bunga melati diatas kerudungnya. Polesan wajahnya juga natural seperti yang kusuka tidak terlalu berat. Baju pengantinnya dan pelaminan terlihat sempurna tanpa terlihat terlalu mencolok mata. Para tamu juga hanya keluarga dan teman- teman dekat Vira dan Fahmi. Pernikahan yang sederhana tapi tetap terkesan indah dan elegan. Seperti sifat dirinya dan calon suaminya, yang sangat kukenal. Acara pernikahan dilakukan secara islami, calon pengantin duduk terpisah saat ijab qobul pernikahan. Setelah itu kulihat semua orang berbahagia menyaksikan bersatunya cinta dalam ikatan suci pernikahan. Begitupula aku sangat bahagia melihat kedua sahabatku menikah dan semoga Allah memberkahi pernikahan mereka. Walaupun, dilain sisi aku baru saja menyadari sesuatu yang selama ini tak kusadari, saat masih dirumah Vira, sebelum datang ke pernikahannya. Jika selama ini aku telah membuang kesempatan menuju cinta yang diridhoi Allah melalui lamaran Fahmi dulu. Tapi dari dulu sampai sekarang, perasaanku pada Fahmi tidak pernah berubah seiring pemahaman ku tentang cinta dan pernikahan yang telah menemukan titik terang. Aku hanya menyesal melewatkan kesempatan yang Allah telah beri dulu. Ini akan menjadi pelajaran berharga bagiku.
Saat aku mau pamit pulang kepada Fahmi dan keluarganya. Ada seseorang didepanku yang menatapku lalu memanggilku. Aku berpikir sejenak sambil mengingat namanya, sebelum akhirnya kami terlibat dalam percakapan yang biasa dilakukan jika bertemu teman lama. Aku ingat namanya Bima, dia teman kuliah Fahmi, kakak kelasku beda jurusan. Saat ingin mengahiri perbincangan dengannya, aku dengar hp ku berdering. Mengangkat telepon ditempat cukup ramai, bukan kebiasaanku. Aku malas harus teriak teriak bicara dan membuat semua orang akan melirikku. Jadi kuputuskan keluar gedung sebentar,sebelumnya aku pamit ke Bima. Kulihat dia hanya mengangguk dan pergi mengampiri teman yang lainnya.
" Assalamualaikum?
" Waalaikumusalam, jawabku
"Ran, ini aku. Hp ku lowbat, aku pakai hp saudaraku
Tukas seseorang yang sangat kukenal suaranya, Endra
" Ia, ada apa? Tanyaku
"Nggak apa-apa, ko suara kamu nggak jelas dan berisik banget
"Ialah, aku lagi diresepsi pernikahan teman, aku mau pulang sekarang,nanti aku telepon balik ya.
"Ok, hati-hati ya, assalamualaikum sambungnya
"Ia, Waalaikumusalam,
Setelah selesai menutup telepon darinya, aku segera pamit kepada pengantin dan keluarganya. Aku ingin istirahat karena dari semalam menginap dirumah Vira, aku tidak cukup tidur, karena cukup lelah menemani Vira mempersiapkan pernikahannya, walaupun sebenarnya kegiatan kami berdua lebih banyak kami habiskan mengobrol sampai tengah malam. Aku masih ingat percakapanku dengan Vira semalam, sesaat setelah semua persiapan rapi, dan kami sudah didalam kamar hendak tidur.
"Kamu benar nggak punya perasaan apa- apa sama Fahmi sampai sekarang? Tanyanya yang cukup mengagetkanku
" Vira, kamu ini aneh deh, nanya hal yang udah nggak penting lagi. Balasku sambil memukul ringan wajahnya dengan bantal boneka yang ada di kamarnya.
"Ia ya, cuma mastiin aja, sangkalnya sambil tersenyum
" Udah 2 tahun berlalu dari saat itu, Vira. Aku sama Fahmi lebih cocok menjadi teman. Jangan- jangan kamu cemburu ya, aku kerja sekantor sama dia
" nggak ih apaan sih, cuma aneh aja kenapa kamu nggak pernah punya perasaan sama dia, padahal tiap hari hampir ketemu terus, dia juga sangat baik kan Ran,
" Ia aku tahu, tapi karena terlalu lama bareng, maka perasaan lainnya itu nggak pernah bisa tumbuh jadi dia lebih mirip kakakku, aku rasa Fahmi juga udah mengganggapku seperti adiknya, dia pernah bilang seperti itu ke aku dulu. Jadi nggak ada yang perlu kamu khawatirkan lagi.
Vira menggangguk, terlihat lega diwajahnya. Lalu kamipun berpelukan. Saat dalam pelukanku, dia berbisik pelan, untuk meninggalkan aktivitas pacaranku dengan Endra walaupun hanya melalui SMS atau telepon. Dia ingin aku total berubah. Agar aku segera menemukan cinta yang diridhoi Allah. Aku diam dan hanya mengangguk. Dan terasa dipundak kami tetesan air mata kami yang menjadi saksi keindahan persahabatan kami yang semoga bertahan sampai surga nanti.
Ibu telah menungguku didepan pintu, saat aku tiba dihalaman rumah. Ibu langsung menanyakan pernikahan Fahmi dan Vira. Aku ceritakan seperlunya saja karena aku sangat lelah. Ibu mendengarkan ceritaku namun terkadang kulihat melamun, terlihat jelas diwajah ibu, seperti bertanya dengan dirinya sendiri, kapankah anak kesayangannya ini akan menyusul seperti temannya yang hari ini menikah. Walau ibu tak pernah menyuruhku secara langsung untuk cepat menikah, tapi semua itu tersirat dalam setiap ucapannya jika membahas atau menceritakan pernikahan orang-orang disekeliling kami, nyata terlihat ibuku mulai gundah dengan status single ku diusiaku yang menginjak 24 tahun, bulan lalu. Aku tak ingin menambah kesedihan ibu berlama-lama menceritakan pernikahan Vira. Maka aku pamit ke ibu untuk mandi karena sangat lelah dari semalam dan juga seharian ini. Sebelum aku masuk ke kamar mandi, aku dengar ibu mengucapkan sesuatu yang selalu ingin kudengar selama ini.
" Ran, tadi siang saat kamu belum pulang, ada Endra dan saudaranya kesini. Ucap ibu masih terduduk diruang tamu
"Apa Bu? Kapan?
" Ia tadi siang dia kesini, ibu juga kaget tumben dia mau jauh-jauh menemui kamu
"Ia Bu, terus dia bilang apa?
"Cuma nanyain kamu, karena kamu nggak ada, dia pamit terus janjinya mau kesini lagi nanti."
Belum sempat aku mengkomentari ceritanya, ibu sudah bicara lagi.
"Memang dia nggak cerita sama kamu kalau mau kesini?tanya ibu
" Enggak Bu, cuma tadi siang dia nelp sih, tapi nggak ngobrol lama karena suaranya nggak jelas, rame kan digedung pernikahan.
" Ya udah mandi sana, istirahat besok senin kamu kerja kan.Aku hanya tersenyum dan melanjutkan langkahku kekamar mandi yang sempat terhenti tadi.
Aku seperti mati rasa mendengar berita itu. Entah aku harus bahagia atau sedih. Disaat aku ingin melepaskan cinta yang salah perwujudannya selama ini kujalani, tiba-tiba dia datang menghampiri. Membuatku bingung dan terdiam lama tanpa melakukan aktivitas apapun dikamar mandi. Lamunanku berakhir dan aku lanjutkan mandi.karena terdengar Ibu mengetuk pintu kamar mandi, menyuruhku cepat- cepat menyudahi kegiatanku dikamar mandi karena katanya hp ku berdering ada yang menelpon.
Setelah mandi bukannya bisa tidur seperti yang tadi kuhayalkan, tubuh malah menjadi segar dan tak mengantuk, aku berbaring dikamar sambil mengecek hp, penasaran siapa yang tadi menelpon ku di kamar mandi. Ternyata dari seseorang yang nomornya tak kukenal. Aku tak ingin menelpon nya kembali, kalau benar penting dia pasti akan menelpon ku kembali.Aku jadi ingat janjiku pada Endra tadi siang untuk menelponnya kembali. Tapi kuurungkan niat menelponnya, aku kirim pesan SMS saja padanya. Aku ingin mengurangi mendengar suaranya, agar tekadku untuk mengakhiri hubungan dengannya tidak goyah. Aku belum menemukan waktu yang tepat untuk membicarakannya. Sedetik itu pula terpikir dibenakku sekarang adalah waktu yang tepat, saat dia ada disini. Kami bisa bicara langsung dari hati kehati tanpa ada kesalahpahaman. Aku berharap dia akan seperti Fahmi yang bisa berlapang dada menerima keputusanku dan tetap menjalin silaturahmi dengan ku. Tapi Fahmi dan Endra sangat berbeda karakternya. Aku harus mempersiapkan diri jika kenyataannya Endra akan sangat marah dan hal terburuk dia akan membenciku itu artinya silaturahmi kami total terputus. Biarlah, gumamku dalam hati. Ini untuk kebaikan kami berdua. Sebenarnya tidak ada yang salah untuk perasaan cinta itu sendiri, yang salah adalah cara mengekspresikannya seharusnya tidak dalam bentuk pacaran, yang sedikit banyak membawa kita mendekat dengan murka Allah. Ini sebenarnya bukan akhir dari hubungan kami. Walaupun hubungan kami putus dan tak ada komunikasi lagi, bukankah kekuatan jodoh itu sangat kuat. Tidak saja orang yang putus pacaran, yang tidak pernah saling mengenalpun akan bertemu di pelaminan jika jodoh sudah bicara. Azan magrib membangunkan aku dalam pergulatan batinku, yang kurasa tekadku sangat kuat kini untuk menyudahi hubungan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah kasih untuk Rani
RomanceKisah seorang gadis yatim yang berusaha meraih cita dan cintanya. Hidup akan menghadapkannya pada beberapa pilihan. Mampukah ia menentukan arah yang terbaik baginya. Atau hanya mengikuti keegoisan diri.