Sudah sejam aku berkeliling mencari buku-buku seputar kehamilan, ibu dan anak yang Vira sedang butuhkan, maklum dia sudah menikah kini, walaupun dia mengakui saat ini belum hamil. Tentu saja aku tahu itu, pernikahannya kan baru seminggu yang lalu. Aku sengaja bertanya hal itu, senang saja menggodanya. Lalu akan nampak pipinya yang chubby mulai merona jika dia malu.
Aku sudah menemukan buku yang ingin kubeli. Lalu mengajak Vira menyudahi memilih buku. Sebab aku mulai sangat lelah karena tadi pagi belum sempat sarapan, alasan aku buru-buru seperti biasa takut terjebak macet bila akhir pekan begini. Saat aku antri menunggu giliran dikasir untuk membayar buku.Nampak dari kejauhan seseorang yang kukenal, tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku. Rais? Apa disini toko buku tempat ia bekerja? Aku baru sekali kesini, karena letaknya dekat rumah kontrakan Vira dan Fahmi sekarang, mereka langsung menyewa rumah setelah menikah. Vira mengajakku membeli buku ditoko dekat rumahnya, sekalian mengundangku berkunjung ke kontrakannya. Kulihat
Rais pun semakin mendekat menghampiriku, tak seperti dulu, kini dia mengajakku bicara." Beli buku apa? Tanya nya yang kini berdiri tepat disamping kananku
Aku menunjukkan buku-buku yang akan kubeli padanya dan dia melihatnya sekilas lalu tiba-tiba menahan tawanya. Aku tak mengerti kenapa dia seperti geli melihat bukuku yang diperlihatkan padanya. Aku bingung dan penasaran, aku cek ulang buku- bukuku dan aku baru ingat tadi Vira menitip uang dan bukunya untuk sekalian dibayarkan dengan bukuku dikasir. Setelah menyadari ada buku seputar kehamilan ditanganku, seketika aku pun ikut tertawa dengannya. Lalu menjelaskan padanya buku itu untuk temanku yang kini menungguku sedang duduk diujung sana. Dia hanya mengangguk dan tersenyum, sebelum dia bicara lagi padaku.
"Ran, kamu masih mengajar?
"Udah nggak, aku mengajar hanya selama kuliah, itu juga seminggu sekali setiap hari sabtu aja" jawabku sambil melangkah maju karena antrian mulai berkurang
"Aku pikir sekarang kamu bekerja sambil tetap mengajar.
" Kok tahu aku pernah mengajar? Tanyaku bingung
"Tahu dong, aku lihat foto-fotomu di Friendstermu"
Ucapnya sambil tangannya menyuruhku maju karena antrian dikasir mulai habis dan yang tersisa tinggal aku
Aku lupa dia kan sudah aku approve menjadi temanku di Friendster beberapa hari yang lalu, pantas saja dia tahu karena walaupun tak terlalu banyak foto yang ku upload disana, tapi memang ada fotoku yang tersimpan di FS saat aku kuliah, mengajar bahkan ditempat kerjaku yang sekarang. Aku cukup narsis juga ya, aku jadi malu sendiri mengingatnya." Kamu kerja disini? Tanyaku sambil mengeluarkan sejumlah uang yang kasir itu sebutkan untuk semua buku yang kubeli.
Dia hanya mengangguk dan setelah itu perbincangan kami berhenti, karena Vira menghampiri kami. Setelah mengenalkan Vira pada Rais, aku dan Vira segera pamit padanya. Beberapa menit kemudian, dia memanggilku yang membuat aku membalikkan tubuh ke arahnya lagi.
" Boleh tau no hp mu " pintanya sungkan.
Aku mengangguk dan mengejakan nomor hp ku untuknya
"Makasih ya Ran.
" Ok.
" Jadi dia udah pulang ya? Tanyanya lagi sebelum aku berbalik untuk pulang. Yang aku tahu maksudnya ke Endra
Aku hanya mengangguk, dan dibalas anggukan lagi olehnya sambil tersenyum.
Didalam angkot, Aku habis habisan di goda oleh Vira, katanya senangnya bertemu mantan pacar. Walaupun berpuluh-puluh kali aku menyangkalnya. Dia menjadi semakin tertawa melihatku kesal. Akhirnya dia mengakhiri candanya, sambil mengusap tanganku, dia berkata lirih
"menurutku dia lelaki yang baik, Ran, sepertinya dia sangat perhatian padamu.Aku ceritakan padanya bahwa pasti Rais sudah punya pacar, entah masih dengan temanku dulu atau ada yang baru. Lagipula perhatian dan sikap Rais masih wajar dilakukan kepada seorang teman. Agar Vira melupakan semua perkiraannya tadi tentang aku dan Rais.
Sesampainya dirumah Vira, aku makan masakan Vira yang lumayan enak, walaupun sudah kering dan dingin nasi goreng buatannya tadi pagi. Tak apalah aku sedang lapar, tadi pulang dari toko buku, tak sempat mampir makan diluar, karena menurut Vira sebentar lagi mamanya akan datang mengunjunginya. Jadi kami buru-buru pulang. Setelah makan aku bercerita jika kini aku sudah putus dengan Endra. Vira tak berkomentar banyak. Intinya dia mendukung ku dan untuk membesarkan hatiku,dia mengingatkanku keajaiban jodoh, walaupun telah putus, tidak menutup kemungkinan jika aku bisa bersama jika dia jodohku nanti.
Setelah shalat asar aku pamit pulang. Aku tak mau terjebak macet saat pulang terlalu sore akan malam minggu begini. Diteras rumahnya Vira menggodaku kembali tentang Rais. Yang mengharuskanku menyakinkannya lagi dan lagi.
" Tidak mungkin, Vira" ucapku sambil mengerlingkan mataku
" Tidak ada yang tidak mungkin Ran.
Salam buat ibumu ya" Ucapnya sambil tersenyum dan memberikan sekantong buah belimbing oleh-oleh dari rumah orang tuanya untuk aku dan ibuku. Akhirnya kami berpelukan dan kubisikkan terima kasih padanya.
Jalanan di Jakarta selalu macet, terutama sore menjelang malam Minggu. Aku telah sampai di terminal bis, aku membaca SMS yang belum sempat kubaca saat didalam metromini tadi sambil menunggu angkot jurusan rumahku yang kosong, karena sudah beberapa kali penuh dinaiki anak-anak sekolah. Ada SMS dari Rais, Vira, dan sepupuku Vina. Rais hanya bilang hati-hati dijalan yang dengan mengirimku SMS juga skaligus untuk memberitahu ku no hp nya. Vira sama seperti Rais, agar aku hati-hati dijalan dan mengingatkanku untuk berkunjung lagi ke rumahnya jika aku ada waktu luang. Sepupuku Vina, bilang ingin mengajakku kekampung nenek liburan akhir bulan ini. Lalu terbayang kotornya rumah nenek dikampung sepeninggal nenek, walaupun anak-anaknya nenek selalu menitipkan uang untuk kerabat dikampung agar mau merawat rumah peninggalan dari orang tuanya. Aku belum bisa memutuskannya sekarang, paling tidak aku harus cuti Jumat dan Senin nya, biar leluasa pulang kampung. Saat aku selesai membalas semua SMS itu, ada angkot ke arah rumahku yang cukup kosong, setidaknya bisa menampung 1 orang kurus seperti aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah kasih untuk Rani
RomanceKisah seorang gadis yatim yang berusaha meraih cita dan cintanya. Hidup akan menghadapkannya pada beberapa pilihan. Mampukah ia menentukan arah yang terbaik baginya. Atau hanya mengikuti keegoisan diri.