Cuti liburan Alhamdulillah memberiku energi baru untuk melalui kembali kehidupan yang kadang tak hanya menyelipkan bahagia namun ada duka dan tanda tanya yang dengan bergulirnya waktu akan terjawab semuanya, sesuai kehendakNya.
Aku upload foto-foto liburanku di FS ku, yang langsung mendapat like dari teman-teman nyata dan dunia Maya. Tapi tak ada dia merespon fotoku, seseorang yang pelan-pelan menarik perhatianku beberapa hari terakhir ini. Aku alihkan dari membuka halaman FS ku ke halaman emailku dikomputer sebelum jam kerjaku dimulai, secepat aku alihkan pikiranku dari memikirkan hal tentangnya ke hal lainnya. Aku tak mau lagi memiliki rasa yang salah, aku harus segera mengusirnya sebelum rasa itu menguasai diriku seperti dulu.
Di kotak inbox emailku ada banyak pesan dari seseorang lelaki, Dion namanya, yang setahun belakangan ini rajin mengirimiku cerita-cerita cinta, tips wanita atau berita-berita terbaru saat ini.
Kelihatanya dia orang yang cukup pintar,terlihat dari almamater sekolahnya, cukup supel dia masih menjabat sebagai ketua organisasi alumni kampusnya, cukup mapan karena dia sudah bekerja tentunya disalah satu perusahaan otomotif terbesar yang membuka cabangnya diIndonesia.
Hari ini dia mengajakku bertemu lewat emailnya yang dia kirimkan untukku. Aku ingin menolaknya, tapi akhirnya terpikir olehku untuk mengajaknya bertemu di rumahku saja. Kalau dia berani berarti dia lelaki baik-baik. Sebenarnya dari postingannya dan teman-temannya di FS, dia keliatan orang baik-baik, tapi aku belum cukup mengenalnya, maka kutantang dia main ke rumahku. Pasti dia tidak akan menghubungiku lagi untuk bertemu setelah ini, jika hanya main- main saja.Saat kuingin menutup halaman emailku setelah membalas email dari Dion, ada SMS masuk dari Rais berbunyi nyaring dari ponselku
"Kapan pulang kampungnya, Ran?"
Ternyata dia melihat FS ku juga pagi ini, dan benar di halaman who view me, ada dia melihat halaman FS ku 2 menit yang lalu. Walaupun dia tak me-like foto-fotoku yang baru ku upload. Aku cepat balas SMS nya sambil menutup halaman email dan FS ku,karena aku mau shalat Dhuha dulu sebelum jam kerja mulai.
Saat selesai wudhu ada SMS balasan darinya
" lain kali beritahu aku ya kalau mau pulang kampung"
aku hanya tersenyum dan menunda membalasnya, sampai aku selesai shalat Dhuha.
Saat aku selesai shalat Dhuha kulihat Fahmi di pintu keluar masjid kantor, dia menyapaku seperti biasa jika kami bertemu.
"Gimana pulang kampungnya?
" Biasa aja, lumayan seru.
"Syukur deh, kamu memang perlu refreshing, abis galau putus cinta, ucapnya tertawa setengah meledek
Aku hanya memutar badan berlalu darinya sambil tersenyum malas padanya. Dia masih melanjutkan bicara nya padaku
"Ran, Bima nanyain kamu?
" Aku nggak mau pacaran lagi, Fahmi. Tukasku
"Syukur deh, nanti aku sampaikan ke dia biar cepat melamarmu" sambil tersenyum
" Coba aja, kalo dia berani" ucapku sedikit kesal dan setengah menantang nya
Meninggalkan dia yang tertawa geli mendengar jawabanku.
Kadang Fahmi sedikit menyebalkan bila mulai menjodoh-jodohkan aku dengan teman-temannya. Walaupun aku tahu dia tidak benar-benar serius, hanya bercanda. Tapi kini aku sedang tidak berselera membahasnya. Aku ingin menghindarinya sebisa mungkin dengan kulangkahkan kaki, lalu pergi masuk lift menuju lantai atas ruangan kerjaku.
Aku sampai terlupa belum membalas SMS dari Rais, tapi kutunda lagi membalasnya sampai jam istirahat ku nanti.
Siang berganti sore dan membawaku kembali bergelut dengan riuh dan macetnya Jakarta jika jam pulang kerja mulai bergema. Aku naik metromini yang lumayan sepi sore ini, jadi aku bisa duduk manis didekat jendela, sambil membaca buku yang belum sempat kubaca, dulu kubeli bersama Vira ditoko Rais. Mengingat Rais, aku jadi ingat belum membalas sms nya. Kubalas smsnya" ia insyallah, nanti aku beritahu kalau mau pulang kampung"
Lalu kulanjutkan membaca buku tentang Cambuk Hati ciptaan Dr. Aidh Al Qorni kisah-kisah dan penggalan kata-kata para ulama tentang penghambaan yang tulus kepada Allah. Membacanya seakan mendetox jiwaku yang terasa sangat kotor dan malu rasanya jika dibandingkan dengan kisah-kisah teladan tadi, yang intinya tidak mau menggadaikan akhirat untuk kesenangan dunia semata.
Lalu ada SMS balasan dari Rais, " ok, kapan-kapan main ke toko buku lagi ya, ada buku bagus yang baru datang, seperti nya kamu bakal suka". Itu ucapannya yang tertulis di SMS.
Aku balas " ia, insyallah nanti kalau ada waktu".
Tak berapa lama dia membalasnya lagi, " besok Sabtu bisa nggak?.
Aku berpikir sejenak, sambil mengingat acara hari Sabtu ku.
Aku ingat ada acara lamaran Vino sepupuku. Aku akan berangkat Jumat malam naik bis bersama ibu.
Jadi kemarin kami pulang kampung selain ingin berziarah ke makam kakek dan nenek sekalian meminta doa restu kepada kerabat dikampung karena Vino mau melamar pacar nya dan rencananya akan menikah tahun ini juga. Aku membalas SMS Rais, Jika aku ada acara Sabtu ini. Dia membalasnya, "ok, lain kali aja, hati- hati ya kalau mau ke Bandung, salam buat keluarga mu." Aku rapikan buku dan hp ku karena sudah sampai terminal. Aku turun dan menyusuri jalan mencari angkot ke arah rumahku seiring senja yang sebentar lagi berganti malam.
Tanpa terasa sepekan telah hampir berlalu aku bergelut dalam rutinitasku setiap hari. Malam ini aku berangkat ke Bandung bersama ibuku naik bis. Vino telah menunggu kami diterminal.Lalu sesampainya dirumah paman, kami langsung tidur karena cukup lelah lagipula besok pagi kami harus cepat bangun pagi untuk meluncur ke rumah calon istri Vino walaupun sama- sama tinggal di kota Bandung tapi jaraknya cukup jauh tempatnya dari rumah Vino.
Acara berjalan lancar, hasil lamaran tadi menetapkan Vino akan menikah 6 bulan lagi dengan pacarnya,Sita, teman kuliahnya dulu, yang berpacaran cukup lama juga, 8 tahun an, walaupun putus nyambung, sampai akhirnya memutuskan menikah. Setelah selesai lamaran, kami mampir ke salah satu mall di Bandung untuk makan-makan syukuran acara lamaran lancar.
Sambil menunggu makanan datang, aku pamit ke toilet dulu. Saat aku mengantri didalam toilet, kulihat ada seorang ibu, yang sedang memakaikan anaknya celana setelah buang air kecil. Saat dia berbalik ke arahku, kami sama-sama saling menatap dan seketika kami berdua sama-sama saling menyebutkan nama
"Sina ya? "ucapku penuh harap
"Rani, ih mani kangen" ucapnya
Kami berpelukan tanpa mempedulikan orang yang ada didalam toilet.
" Kamu ko bisa disini, bukannya kamu di Jakarta?
"Ia aku lagi ada acara lamaran saudara disini
"Ooo gitu, ini anakku yang paling kecil, yang lainnya bareng suamiku lagi makan di restoran lantai bawah.
Sina mengenalkan anak perempuannya yang berusia sekitar 4 tahunan. Setelah aku selesai ke toilet, ternyata Sina masih menungguku diluar toilet. Perbincangan kami sekitar rumah tangganya, anaknya dan hidupnya kini, yang Alhamdulillah baik dan bahagia. Walaupun diawalnya Sina mengaku tak pernah mengenal suaminya, yang ternyata teman bos bapaknya Sina waktu di Bandung. Tapi menurut Sina, walaupun begitu kini dia sangat mencintai suaminya. Cinta itu pengabdian. Cinta itu timbul dari rasa dimana kau merasa sangat dibutuhkan oleh seseorang. Cinta juga bisa menyembuhkan luka. Namun cinta sejati hanya bisa kau temukan dalam pernikahan. Itu inti yang kutangkap dari yang dia katakan padaku tentang hidupnya kini, yang kini dia telah menemukan sejatinya cinta dalam sosok suaminya.
Aku terharu bahagia mendengar kisah Sina. Setelah kami saling bertukar no hp kami, dia pamit padaku karena mendapat telepon dari suaminya agar segera bergabung kembali makan bersama di lantai bawah. Aku pun bergabung kembali makan dengan keluargaku, yang ternyata mereka sudah menunggu ku dari tadi, dan mereka sudah menghabiskan separuh makanan dipiring mereka. Aku minta maaf kepada mereka dan menjelaskan jika di toilet tadi aku bertemu teman sekolah dulu, setelah itu aku segera makan bersama keluargaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah kasih untuk Rani
RomanceKisah seorang gadis yatim yang berusaha meraih cita dan cintanya. Hidup akan menghadapkannya pada beberapa pilihan. Mampukah ia menentukan arah yang terbaik baginya. Atau hanya mengikuti keegoisan diri.