🌈🎠Bagian 3🎠🌈

552 78 9
                                    

⭐Votementnya jangan kelupaan⭐

"The sweetest prelude to bitterness, telinga gue ini gak pantes denger omongan murahan lo ini " setelah mengucapkan kalimat dengan nada dingin itu, Garsa pun segera pergi.

¤¤¤

Tepat di gudang belakang sekolah merupakan tempat terbaik bagi para murid yang biasanya membolos, terutama seorang Garsalion Atmaraja Putra.

Sedari tadi dirinya hanya memikirkan hal yang tidak penting saja, seperti sekarang ia teringat sosok perempuan yang bisa membuat hatinya berwarna setiap saat, kemudian dengan gerakan cepat ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik nama yang tertera di ponselnya itu.

Arabella🖤

"Hallo" terdengar suara lembut gadis itu dari seberang sana.

"Bel, kapan lo pulang, gue butuh lo" ucap serak Garsa.

"Maaf Gar kayanya aku gak akan bisa pulang dan aku rasa hubungan kita sampe disini aja, kita harus putus, jangan pernah hubungin aku lagi Gar" ucap pemilik suara lembut itu.

Garsa yang terkejut mendengar pernyataan itu pun langsung meminta penjelasan kepada gadis yang sedang berbicara padanya di seberang sana.

"Maksud lo apa Bel, setelah lo ngilang selama sebulan dan sekarang lo mengakhiri hubungan kita kayak gini, gue gak nyangka rasa sayang gue sama lo selama 3 tahun ini cuman sia-sia" sebelum Garsa mendengar ucapan terakhir dari gadisnya itu, ia segera mematikan ponselnya.

"Brakk ... Brakk ... Brakk, anj*g semua orang di dunia ini pengkhianat, gue benci semua orang " bunyi suara tendangan kayu bekas yang berada di gudang pun terdengar cukup kencang.

Sasa yang sedari tadi mengikuti dan mendengar semua pembicaraan Garsa hanya dapat menatap Garsa secara diam dengan sendu, dan rasa sedih itu hadir ketika ia mengetahui bahwa seorang yang ia cintai ternyata sudah memiliki seorang kekasih.

Tanpa sadar suara nada dering ponsel milik Sasa berbunyi sangat kencang dan hal itu membuat Garsa tersadar, dengan segera Sasa pun menjahui gudang belakang sekolah tadi dan menuju ke arah toilet untuk mengangkat telepon itu.

Bu'le Mawar, itulah nama yang tertera di ponsel milik Sasa.

"Assalamualaikum Bu'le."

"Waalaikumsallam Nak, gimana kabar kamu, kok Bu'le kaya denger suara kamu lagi ngos-ngosan ya?" ucap wanita paruh baya di seberang sana.

"Em ini anu ... Bu'le Sasa habis ada jam pelajaran olahraga jadi Sasa agak sedikit capek" ucap Sasa.

"Oh begitu ya, gimana Nak sekolah kamu, pasti kamu sudah punya banyak teman ya?" pertanyaan itu membuat Sasa terdiam seketika.

"Emm, i-iya Bu'le Sasa baik-baik aja kok di sini Sasa juga udah punya banyak temen kok disini" ucap Sasa berbohong.

"Alhamdulillah Bu'le seneng dengernya, oh iya kamu dapet salam dari si Nai katanya nanti malem kamu harus angkat telepon dari dia."

"Iya Bu'le nanti malam Sasa bakal tungguin telepon dari si Nai, kalo gitu Sasa masuk kelas dulu ya Bu'le."

"Iya Sasa, Bu'le titip rumah ya, belajar yang rajin, jangan main terus kalo gitu Bu'le tutup ya telepon nya."

"Iya Bu'le."

Sambungan itu pun terputus, sebenarnya ada rasa tidak enak saat Sasa mengatakan kebohongan tentang dirinya selama bersekolah disini, namun bagaimana lagi Bu'le nya adalah satu-satunya orang yang harus ia banggakan setelah Ibu dan Ayahnya yang sudah tiada.

My Sagitarius ✅ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang