Di ruang animasi, bukannya pada kerja malah keasikan main PES, itu, game bola yang suka dimaikan anak-anak cowok. Berhubung semua animator di studio itu pria, PES tidak pernah tertinggal jadi game terfavorit yang paling sering mereka mainkan.
Animator inti di studio game ini ada lima orang termasuk Haani, empat orang lainnya sudah senior, Eldy si animator tertua berambut gondrong dan berkacamata tebal, Dany si ketua divisi animator yang bijaksana, Aga panutan Haani, dan Alfi animator termuda sebelum Haani. Haani memamg paling bungsu. Haani baru masuk 21 tahun, Alfi sudah mau 24 tahun, sisanya sudah di atas 25 tahun.
Karena paling muda, bisa dibilang semua mengayomi Haani bak adik sendiri. Haani agak pendiam, dia juga kikuk, kalau diisengi kakak-kakaknya alias seniornya ini Haani hanya diam sambil tersenyum, tidak melawan, parasnya juga cantik, Haani ramah, lebih sering disebut malaikat oleh seniornya. Terutama oleh Eldy dan Alfi, mereka pria berstatus kering jodoh.
Kalau ada animator inti pasti ada animator pembantu, tugasnya ya membantu para animator inti. Mereka ada di ruangan yang berbeda, isinya biasanya para pemula atau anak-anak magang. Bos mereka, yang juga sekaligus pemilik studio yang lebih sering mereka panggil Bos, tidak begitu suka merekrut perempuan, katanya berisik. Padahal kalau sekarang ia masuk ke ruang animasi, pasti akan menemukan kalau Eldy, Aga dan Alfi lebih berisik dari perempuan.
"Han, gantian nih. Lo lah main, masa kita aja?"
"Saya masih ngerjain ini dulu Mas. Sebentar." Jawab Haani, tanpa menoleh sedikit pun ke arah Aga.
"Ngerjaian apaan sih-"
"Hwa-!!" Haani melompat kaget. Gimana tidak? Aga tiba-tiba merangkul Haani dan bicara tepat di samping telinga Haani. "M-mas? Maaf."
"Yah, Haani, masa gitu doang kaget?" orang-orang di belakang mereka sudah cekikikan menertawai Haani serta ekspresi kagetnya.
"Sorry, sorry, Han. Lanjut deh." Aga tersenyum, menepuk-nepuk pundak Haani. Saat mau menegakkan tubuhnya, pandangan matanya terjatuh pada sesuatu yang aneh di leher Haani. Ia tidak menyadari hal itu sebelumnya karena tertutup kerah kemeja, tapi kalau Haani menunduk, Aga bisa dengan jelas melihatnya. Tanda memar melingkar.
Merasa tidak enak karena sudah mengintip, Aga langsung cepat-cepat mengalihkan pandangannya, "Guys, gue mau ke bawah nih, cari cemilan. Ada yang mau nitip?"
"Aku ikut aja, Mas." Alfi langsung berdiri, "Mas, gantiin aku dulu nih. Jangan sampe kalah sama Mas Eldy ya."
"Mas Eldy sih gampang, Fi."
"Okee." Alfi cekikikan, membalas cekikikan Dany.
"Gue nitip minuman Ga, kayak biasa." teriak Eldy, "Gue samain aja kayak kalian." dan disusul Dany.
"Haan, mau nitip gaak?"
"Nggak Mas, makasih."
Suara cekikikan mereka masih terdengar jelas sampai Aga dan Alfi sudah keluar ruangan. Tersisa suara seru Dany dan Eldy yang masih main PES. Haani masih berkutik dengan kerjaanya, matanya fokus pada layar komputer sambil tangannya menari lihai di atas pen tablet.
Matanya melirik, layar handphonenya menyala, ada notifikasi chat masuk. Gerak tangan Haani berhenti, mengambil handphonenya dan langsung mengecek siapa pengirim pesan. Ia baca, 'My Honey' di nama kontaknya, Haani langsung tahu dari siapa.
Isi pesannya; NI BANTUIN GW TUGAS PPT PLEASE! URGENT NI MATI GW 😭😭😭
Kening Haani mengernyit. Ia tau itu Galuh, Haani juga tau Galuh yang mengganti nama kontaknya di handphone Haani. Tapi yang buat Haani bingung, tugas PowerPoint Galuh. Apa hubungannya dengan Haani?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]
Teen FictionGaluh seorang mahasiswa dan Haani animator di sebuah studio game. Sudah enam bulan mereka pacaran, tapi justru setelah pacaran masalah kehidupan mereka seperti bertambah, tidak sama seperti saat masih menjabat sebagai teman akrab. Ini cerita tentang...