“Haan... Maaf kalo aku nyinggung ini, tapi, kamu masih inget sama Mas Eldy?”
Haani melirik, ia sedang menggambar waktu Alfi memutar kursi dan bertanya hal yang sama sekali tidak pernah ada dalam pikiran Haani. “Masih, Mas. Kenapa?”
“Masih sakit hati?”
“Umm, nggak. Saya udah lupa sebenernya.” Senyum haani mengemabng aneh, “Kenapa Mas? Kok nanyain gituan?”
“Gak papa. Aku tiba-tibe keinget.” Alfi juga ikut mengumbar cengiran lebar. “Terus aku jadi mikir, iya lah kamu udah lupa, udah ada Lana sih.”
“Iya.” Haani hanya menjawab ringan.
“Ajak lah Haan sesekali kesini, bosen tau, yang diliat Mas Aga lagi, Mas Dany lagi, Galang lagi. Kalo ada Lana kan seru.”
“Terus aja Fi, emang kita mah bosenin.” Dany yang sedang menunggu print MOU buatannya selesai pun akhirnya sewot. “Lo pikir kita gak bosen sama lo? Coba aja lo itung, udah berapa lama gue sama Aga kejebak sama lo disini? Galang sih itungannya baru. Lah kita?”
Alfi gelak tertawa, Aga dan Galang juga. Sebenarnya tidak ada yang lucu dengan protesnya Dany tadi, hanya kalimatnya tadi terdengar seperti benar-benar dari hati Dany yang paling dalam, itu yang buat mereka tertawa. Karena sebelumnya tidak ada yang pernah mengeluh soal keberadaan Tim Animator ini, yang ada ikatan kekeluargaan mereka makin kuat.
Haani yang paling merasakannya, sejak kehadiran Lana tidak ada dari teman di studio menghindarinya, malah semuanya lengket dengan Lana, senang dengan kahadiran si gadis kecil buah hati Haani dan Galuh ini.
Hari-hari di studio terasa seperti biasa, sama seperti sebelum mereka tau Haani berpacaran dengan Galuah, sebelum ada insiden pelecehan Eldy pada Haani di Jepang dulu. Ya, semua memang sudah lupa, karena semua juga sudah menjalani hari-hari mereka, membuka lembar baru, tidak terpaku pada masa lalu.
Lana menjadi satu-satunya obat untuk Haani dan Galuh untuk bisa mengikhlaskan dan melupakan semua. Mungkin kalau tidak ada Lana, keduanya, atau bahkan semua animator di mOla Game Studio tidak akan bisa benar-benar melepas masa lalu. Sukurnya sudah ada Lana, yang kehadirannya seperti bunga mawar di tengah semak berduri.
Mengajak Lana ke studio juga bukan sekali dua kali, sering Haani lakukan kalau Lana sama sekali tidak bisa dititip pada ibunya atau pada Lisa. Bukan masalah untuk Surya kalau Haani membawa Lana, selama Lana tidak mengganggu pekerjaan yang lain, Haani bisa membawanya, tapi kadang Haani yang tidak enak karena harus membawa anaknya kerja. Meski yang lain malah senang kalau Lana datang, yang padahal juga Lana anak yang paham dengan pekerjaan sang orangtua, jadi ia tidak pernah mengacau sekalipun dibawa ke studio.
Hari ini Galuh sedang libur, jadi bisa menjaga Lana sementara Haani bekerja dari studio. Tapi tetap harus menjemput Haani, jadi dari rumah sekitar jam empat Galuh membawa Lana ke studio, menjemput Haani yang kini sudah benar-benar tidak tinggal di apartemen yang sama seperti rekan-rekannya.
“Dadda!”
Pintu lift baru terbuka waktu suara Lana terdengar lantang. Yang lari pertama justru bukan Haani, malah Alfi dan Aga yang kemudian berebut menggendong Lana. Haani malah tertawa-tawa, begitu juga dengan Galang, Dany tidak ikut pulang karena masih harus menemui atasannya terlebih dahulu, untuk membicarakan projek animasi iklan masyarakat dengan suatu perusahaan swasta.
“Ga, lo jadi nikah sama Cantika?” Galuh membuka obrolan sementara anaknya sudah jadi mainan Galang di pelukan Alfi.
“Jadi, kayaknya.” Aga melirik Haani dulu yang baru ikut duduk di kursi lobi. “Lo udah cerita belum Haan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]
Fiksi RemajaGaluh seorang mahasiswa dan Haani animator di sebuah studio game. Sudah enam bulan mereka pacaran, tapi justru setelah pacaran masalah kehidupan mereka seperti bertambah, tidak sama seperti saat masih menjabat sebagai teman akrab. Ini cerita tentang...