♪ ♬ 25 ♬ ♪

4.1K 393 6
                                    

"Katanya kalo lagi hamil, napsu untuk berhubunag seksnya makin tinggi. Mungkin lo gini ya Ni? Selain ngidam lo."

Haani mengangguk-angguk, masih merebahkan kepalanya di lengan Galuh, tubuhnya masih berkeringat bekas berhubungan tadi. Bahkan keduanya belum mengenakan pakain, hanya ditutupi selimut.

"Padahal waktu itu, pas pertama kali gue gak pake kondom, kita ngomongin hamil ya? Eh jadi nyata."

"Nyesel gak?"

"Ya nggak lah, justru nih ya Ni, kehamilan lo ini udah kayak kado terbaik di ulang tahun gue Ni." kecup Galuh di kening Haani, "Thanks Ni.."

Haani cekikikan, merasa geli dipeluki Galuh dengan usil. Tawanya makin jadi waktu Galuh mengusap-usap perut Haani. "Geliii."

"Ni, Ni."

"Hm?"

"Di dalem sini ada anak gue loh. Percaya gak?" seringai Galuh, yang hanya dibalas dengan gelengen kepala. "Gak percaya? Nih, gue ajak ngomong, dia pasti jawab."

"Luuh." Haani malah mendorong kepala Galuh untuk menghindar dari perutnya. "Geli."

"Gue cuma mau buat lo percaya Ni."

"Saya percayaa, udah doong, geliii."

Galuh cekikikan, merangkak kembali ke samping Haani dan memeluknya. "Ni, tau gak? Waktu itu, yang pas gue abis nganter lo pulang, gue nelpon nyokap lagi Ni. Gue bilang, gue mau berhenti kuliah aja dan gue mau kerja."

"Eh? Terus? Tapi kamu gak berhenti kan?"

"Nggak, ya gak bakal lah nyokap ngijinin gue berhenti. Dia nyuruh gue lanjut kuliah dulu, selesain kuliah. Baru kerja. Dia bilang, tanggungjawab gak harus kayak gitu." Galuh bercerita sambil mengelusi kening Haani dengan sayang. "Terus bokap bilang ke gue, gue ya selesain dulu kuliahnya, terus nanti kerja sama dia, ngurusin bisnisan yang dulu dia kasih Babay tapi ditolak sama Babay. Waktu itu gue gak langsung nge-iya-in Ni. Di pikiran gue yaa, tanggungjawab soal lo dan ngehidupin lo itu ya gue harus kerja. Sampe Babay tiba-tiba ngajak gue ke rumahnya. Ya gue kesana."

"Terus?"

"Ya gue cerita Ni, semuanya. Sampe soal si tanggungjawab ini, terus akhirnya dia malah bilang kalo gue harus nerima tawaran bokap. Ngambil alih salah satu bisnisnya."

"Akhirnya kamu terima?"

"Iya.. tapi lo tenang aja Ni, kalo lo mikir soal uang, uang bakal apartemen sama keperluan lo nanti ya uang gue. Gue udah bilang itu ke nyokap sama bokap. Jadi ya mereka cukup bayar uang kuliah gue aja."

"Saya juga masih bisa bantu kok Luh."

"No, Honey.. lo bakal jadi istri gue, dan tanggungjawab istri itu ada di suami. Jadi, serahin semuanya ke gue. Okay? Gue mau lo percaya sama gue Ni, gak cuma soal materi, tapi semuanya."

"Saya percaya Luh. Tapi soal apartemen, karena kita bakal tinggal berdua, saya mau bantu juga. Please.."

Galuh menghela napas dalam. "Oke, tapi gue gak mau lo maksain diri lo atau orangtua lo. Ya? Lo tanggungjawab gue, mulai sekarang."

"Kita kan belum nikah."

"Tapi lo udah jadi milik gue sejak delapan bulan lalu." Galuh menciumi lagi leher Haani dengan rakus. "Ni.."

"Hm?"

"Lagi yuk?"

Haani hanya memandangi Galuh, lalu mengangguk pelan. Buat Galuh tersenyum lebar tanda menang. Dengan lahapnya ia melumat bibir Haani, memain-mainkan lidah mereka membuat suara penuh nafsu.

Kakinya dibuka lebih lebar saat Galuh meraba paha Haani, meggerayanginya. Meremas sesaat penis Haani terus ke bawah sampai akhrinya di lubang anus Haani.

"Aah.."

"Masih lengket Ni." senyum Galuh menyeringai.

"Mmhh." Haani mendongakkan kepalanya. "Galuh.."

Galuh memasukan lagi lebih dalam jari tengahnya, mencari-cari inti Haani dengan jarinya. Dalam sekejap, Haani menggelinjang, Galuh menyentuh prostat Haani dan menusuknya berkali-kali, sampai Haani memuncratkan cairan kenikmatannya seraya mengerang panjang.

"Gue baru mulai Ni."

"Tapi saya masih sensitif bekas tadi, Luuh." napasnya terputus-putus.

Galuh bangkit, menghadap Haani yang masih tergolek lemas dibawahnya. "Menurut lo, Ni. Apa gue harus puasa seks selama lo hamil?"

Haani diam sesaat, mengalihkan pandangannya dari Galuh. "Gak tau.." suaranya tambah pelan, "Tapi.. saya gak mau."

"Gue cuma takut kenapa-napa sama bayinya aja Ni. Nanti kita cari tau deh. Oke? Kalo pun kita harus berhenti seks sampe lo lahiran, kita masih bisa 'main' kok."

"Masturbasi?"

Galuh mengangguk, mencium kening Haani. "Kayak pertama dulu." senyumnya mengembang, dan mencium kening Haani lagi waktu kekasihnya yang sedang mengandung tiga bulan ini mengangguk pelan. "Masukin sekarang?"

"Iya.."

"I love you Honey."

"I love you more."

Keduanya menikmati kebersamaan mereka sekali lagi. Bersatu, beradu desah dan keringat. Sampai malam menjelang, mereka baru bangun dari lelap selepas berhubungan.

Galuh bangkit, mengambil celana pendeknya dan memakainya. Di ranjang, Haani masih meringkuk di balik selimut, memandangi Galuh yang berjalan menyalakan lampu dan menutup gorden sepenuhnya. Galuh melangkah mendekati ranjang, mencium kening Haani sambil tersenyum.

"Laper.." rengek Haani.

"Mau makan apa? Mau makan di luar?"

Haani mengangguk, "Mau roti bakar."

"Oookee, tapi kita harus mandi dulu. Gue siapin air anget buat lo dulu deh."

"Luuh." tengok Haani lagi, lebih manja. "Berdua..."

"Iya, Honeey. Tapi gue harus siapain air anget dulu. Gue gak mau lo sakit. Tunggu sebentar, oke?"

Haani mengangguk-angguk, mengumbar senyum manisnya yang selalu bisa melelehkan Galuh. Tidak bisa dipungkiri kalau Haani memang lebih manja sejak hamil.

Selesai mandi dan bersiap, mereka langsung meninggalkan rumah, tujuannya ke restoran atau kafe yang menyediakan roti bakar. Ngidam Haani harus selalu Galuh penuhi, karena menurut Galuh itu salah satu bentuk kasih sayangnya.

Sepanjang jalan di mobil, keduanya tidak berhenti membicarakan apartemen seperti apa yang cocok untuk keduanya. Haani lebih suka apartemen yang simpel dan tidak banyak barang, Galuh setuju saja, toh pikir Galuh, kenyamanan Haani yang paling utama.

"Nanti kita beli box bayi juga ya Ni, kayak di barat-barat gitu."

"Tapi kayaknya kalo baru lahir harus tidur sama-sama dulu."

"Yaa kalo udah rada gedean, baru deh." Galuh mendelik kaca sepion. "Nanti gue liat-liat apartemennya dulu deh, gue pilih beberapa, terus yaa nanti tinggal lo pilih yang paling lo suka yang mana."

Haani menoleh, melihat Galuh fokus dengan kemudinya. "Luh..."

"Ya?"

"Saya mau liat-liat baju bayi."

Senyum Galuh mebgembang menyeringai. "Abis kita makan, oke?"

"Oke." dan yang lebih baik, melihat senyum senang Haani.

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang