♪ ♬ 9 ♬ ♪

4K 436 3
                                    

"Luh."

"Hm."

"Kok lo gak bilang sih Kak Haani lagi ke Jepang."

"Ya ngapain gue bilang-bilang?"

"Kalo lo bilang kan gue bisa nitip sesuatu Luuuh!!!"

"Iiish! Apaan sih?! Berat Tik!" Galuh dorong Tika yang gelendotan dengan lengannya. "Itu lo tau dia ke Jepang, kenapa lo gak nitip aja sekalian?"

"Gue juga taunya dari Tanu kali. Kemaren tuh kan kita ngajak Kak Haani main, ya kumpul-kunpul lagi lah, kan udah lama. Lo juga gak pernah ngajak dia lagi."

"Dianya sibuk mulu."

"Tapi Luh," Tika menggelendot lagi, bertumpu dagu dengan tangannya di atas perut Galuh, "Bilangin dong ke Kak Haani.. gue mau nitip-"

"Nggak, nggak! Lo bilang sendiri aja sana, kenapa mesti gue?"

"Kan lo lebih deket Luuh, ayo doong."

"Gak!" tegas Galuh sambil mendorong muka Tika menjauh, "Serius lo berat, Tik. Lo kira gue bantal apa?"

"Ah gitu!" Tika langsung merubah posisi duduknya, mendumal pada Galuh yang berulang kali menolak gelendotannya.

"Lo nempel-nempel ke gue, inget dong lo udah punya cowok."

"Gue sama Tanu biasa aja tuh."

"Tanu kembaran lo, bego!"

Tika tertawa seketika, padahal sudah kena lemparan bantal dari Galuh. "Lo nginep kan Luh?"

"Gak, gue balik."

"Besok weekend Luh."

"Terus?"

"Ah paling lo juga balik ke rumah kakak lo, bukan ke rumah. Nih muka nih masih bonyok."

"Aargh! Resek ya lo Tik!" Galuh mengerang kesal, bangkit dan melempar Tika lagi dengan bantal yang lain. Tika sudah kabur keluar kamar Tanu sambil cekikikan. Buat Galuh makin kesal. "Gila, masih biru bengini malah diteken-teken." dumal Galuh, "Lagian kenapa lama banget sih nih ilangnya?" sampai kesal sendiri karena memarnya lama hilang.

Badannya direbahkan lagi, handphonenya bergetar tepat saat Galuh kembali menggenggamnya. Masih telpon dari orang yang sama, Haani. Galuh masih enggan mengangkatnya, pesan-pesannya juga belum ada yang dibalas. Sejak terakhir ia dapat telpon dari Haani,  hari Sabtu kemarin, sampai hari ini, sudah ada 50 panggilan dan 80 lebih pesan dari Haani, tapi tidak satu pun Galuh ladeni.

Ia kesal, karena ia yakin Haani yang menganggapnya anak-anak karena khawatirr berlebihan, dan... tidak masuk akal. Iya, karena Galuh memaksa untuk ikut atau melarang Haani pergi. Alasannya hanya satu, Eldy. Galuh tau Eldy suka Haani sejak sebelum Galuh mengenal Haani dengan baik.

Tapi sayang, Haani memang terlalu baik, sampai hal-hal begitu saja Haani tidak mudah percaya, membenarkan kalau selama ini Eldy dan senior lainnya hanya sosok seorang kakak.

"Luh? Lo balik sekarang?" Baru saja Tanu masuk kamar, ia lihat Galuh sudah siap dengan kunci mobilnya.

"Iya. Lisa mau belanja katanya, mobil Bayu masih di bengkel, jadi ya sama gue."

"Padahal gue mau ngajak lo jalan dulu."

"Besok lagi deh. Sorry."

"Selow." Cengir Tanu, "Eh Luh, abis Kak Haani balik, langsung ajak kumpul lah. Udah lama nih."

"Ya lo ajak lah."

"Kan lo yang biasanya sama dia."

Galuh mengabaikan, malah melenggang mengambil tasnya. "Gue balik ya, salam ke orangtua lo kalo mereka udah balik."

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang