Pillow Talk - 300420

3.3K 286 21
                                    

"Dear.. emang Haani kemana sih? Tiba-tiba dia bilang mau kerja dari rumah. Terus tiba-tiba gak ada kabar, kata Pak Surya, dia cuti. Tapi masa lama banget? Haani masih animator di studio kan, Dear? Haani belum resign kan?"

"Haani cuti sementara, Sayang. Katanya ada masalah kesehatan gitu, jadi dia harus ngambil cuti agak lama."

"Tapi kok sampe gak ada kabar gitu?"

"Ya aku gak tau." Evan mencubit hidung Alfi dengan gemas, kekasihnya ini mulai banyak tanya dan hal itu selalu sukses buat Evan gemas.

"Aku kangen tauu."

"Mas Surya tuh cuma bilang ke aku kayak gitu. Haani cuti, ada masalah kesehatan. Waktu aku tanya soal statusnya, masih animator di studio. Mas Surya juga kayaknya gak mau ngelepas Haani. Tapi tim animasi gak ada masalah kan? Kan ada animator pembantu sama anak intern."

"Yaa.. soal itu sih, gak ada masalah. Cuma aku penasran aja. Dia kayak ngilang gitu, Dear. Chat aku jarang banget dibalesnya, aku tanya Galuh juga sama. Nyebelin."

Senyum Evan masih mengembang, Alfi yang tiduran di sampingnya, menjadikan lengan Evan sebagai bantal, masih merajuk soal Haani. Evan paham kalau Alfi memang sangat care dengan teman-temannya, terutama Haani. Hanya karena mereka sama-sama gay dan mereka bottom.

Evan jadi ingat cerita Alfi dulu, soal Haani, waktu Haani belajar dari Alfi soal seks. Ini agak gila menurut Evan. Ia pikir, kekasihnya seperti menjerumuskan orang lain ke jalan yang tidak seharusnya. Tapi begitu Evan melihat sendiri dengan mata kepalanya, kedekatan Haani dan Galuh, akhirnya semua pikiran Evan hilang juga. Niat kekasihnya hanya membantu, itu saja.

Sabtu malam begini, Alfi memilih menginap di apartemen Evan. Alasan awalnya bukan karena rindu atau apa, tapi karena rekan sesama animatornya juga memilih pulang ke rumah dibanding stay di apartemen. Alfi ogah sendiri di sana, berhubung ada Evan, ya menginap saja. Toh, malah lebih menyenangkan.

"Dear, Dear.."

"Iya?"

"Pak Surya tau kamu gay gak?"

"Ngg..." Evan mendelik, "Nggak kayaknya. Kenapa?"

"Gak papa, nanya aja. Apa Pak Surya gak bingung ya? Maksudnya, kan kamu bukan seumuran aku gitu Dear, pasti orang-orang mikirnya, harusnya kamu udah nikah atau minimal punya pacar, tapi ini nggak."

"Mas Surya tau aku punya pacar, Sayang. Tapi, dia gak tau pacar aku siapa. Lagian yaa, kayaknya, cuma kamu aja yang mau sama cowok dingin kayak aku?"

Alfi cekikikan, geli, Evan mengelitiki perutnya. Merasa makin terancam, Alfi akhirnya memeluk Evan kuat, agar berhenti, tapi Evan juga malah balik memeluk Alfi makin kuat, makin tidak bisa membuat Alfi berhenti tertawa.

"Nanti aku ngompoool."

"Kalo ngompol tidur di sofa sana."

"Ih, kejam."

Evan terkekeh lembut, mengeratkan pelukannya pada Alfi.

"Kamu, Dear, menurut aku, karena orang-orang gak tau sisi kamu yang begini aja makanya keliatan dingin. Umm.. sama ekspresi kamu sih. Tapi kalo sama aku, kamu gak dingin kok. Malah aku disayang banget, aku dimanjain, dicium-cium, dipeluk-peluk, angeeet banget."

"Ya aku begitu cuma sama kamu aja. Gak mungkin kan ke orang lain?"

"Jangaaan, sisi yang begini cuma punya aku. Gak boleh dikasih liat ke yang lain. Oke?"

"Tapi kenapa kalo kamu manja begini, gak cuma ke aku aja, ke yang lain juga."

"Ummm..."

"Pernah mikir aku bakal cemburu gak?"

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang