Galuh diam memperhatikan Haani dari belakang sedang membuka pintu apartemennya. Entah sudah berapa kali napasnya dihela dalam-dalam. Rasanya semuanya menumpuk di kepala dan ingin diledakan.
"Luh?"
Galuh menoleh.
"Loh? Haani? Kok udah pulang? Bukannya baru besok?"
"I-Iya Mas Alfi-" kalimat Haani terhenti, melihat dua orang lagi di belakang Alfi. Cepat-cepat ia mengalihkan pandangannya, tidak ingin rekan kerjanya ini menyadari mata sembabnya.
"Kenapa tuh?" Tanya Dany sambil menunjuk Haani dengan dagunya.
"Tanya aja sama Mas Eldy." Jawab Galuh dingin, lalu mendorong koper Haani membawanya masuk.
Aga, Alfi dan Dany yang habis begadang main game hanya saling lirik, lalu ketiganya mebuntuti Galuh ikut masuk ke kamar Haani. Mereka selalu bisa berdecak kagum setiap masuk ke kamar Haani, karena kondisi kamar yang manusiawi, selalu rapih, tidak seperti kamar ketiganya.
Haani mempersilakan senior-seniornya ini duduk, dan Haani membuka koper untuk mengeluarkan bingkisan yang sengaja dibeli untuk seniornya. Padahal mereka datang bukan untuk minta oleh-oleh, datang karena ingin tau apa yang terjadi.
Galuh menghela napas lagi, waktu Haani ditanya kenapa dan ia hanya bisa menunduk sebagai jawaban. Akhirnya, meski dengan perasaan yang masih kesal, Galuh cerita semua yang diceritakan Haani tadi pada mereka. Galuh cerita dengan sangat detail, sampai pada bagaimana akhirnya Haani bisa pulang.
"Anjir, kok bangsat banget sih itu orang?!"
"Ga."
"Itu ada bekasnya Mas, itu pelecehan!" Aga menunjuk Haani sambil meninggikan suaranya pada Dany.
"Tapi serius kamu gak diapa-apain lagi kan, Han?"
Haani menggeleng.
"Bener cuma itu aja?"
"Iya.. Mas. Abis itu beneran Mas Eldy pergi." Haani masih menunduk, tidak mau sedikit pun ia menatap mata seniornya.
"Ya udah, gini, kalo Haani gak mau nyangkutin masalah ini sama studio gak papa. Tapi Bos tetep harus tau." Dany mengambil keputusan. "Han, lo pergi kesana emang cuma untuk seminar, tapi lo masih tanggungjawab Bos. Bos harus tau ada apa sama lo, sama Mas Eldy di sana. Yang kayak begini mungkin emang harus ditutupin ke luar, tapi Bos tetep harus tau."
"Tapi Mas-"
"Kalo lo gak bisa ngomongnya, biar gue Han. Gue bantu, ada Aga sama Alfi juga. Kita udah lama sama-sama, kita tau lo, kita tau Mas Eldy."
Haani diam, tidak bisa membantah apapun lagi. Tidak seperti saat tadi ia cerita pada Galuh. Kalau dengan seniornya, Haani benar-benar tidak punya jalan lain selain menurut.
"Tapi... emang lo beneran pacaran sama cowok, Han? Eh ya.. gue pernah liat sih, merah-merah di leher lo itu."
"Nih anak malah nanya begituannya. Liat sikon dong!" Dany mendadak emosi dengan Aga di sampingnya.
"Ya gue penasaran aja Mas, kan tadi cerita Galuh juga Mas Eldy percaya Haani punya cowok."
"Mas Aga, nih, biar aku kasih tau. Disini, sekarang, yang normal itu cuma Mas Aga sama Mas Dany aja. Sisanya nggak." jelas Alfi pelan-pelan.
"Ooh." Aga mengangguk-angguk, "Eh?! Loh?! Galuh juga?!"
"Ya dia itu cowoknya Haani! Ih bego banget sih?! Peka dikit kek! Denger ceritanya tadi aja harusnya lo bisa langsung tau Ga!"
"Nggak, Mas. Serius! Ya gue pikir kan Galuh nolongin Haani karena emang sahabatan aja."
"Lo fokus gak sih dengerin cerita orang? Atau kemakan emosinya aja? Bahkan tadi Galuh bilang sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]
Novela JuvenilGaluh seorang mahasiswa dan Haani animator di sebuah studio game. Sudah enam bulan mereka pacaran, tapi justru setelah pacaran masalah kehidupan mereka seperti bertambah, tidak sama seperti saat masih menjabat sebagai teman akrab. Ini cerita tentang...