Bab 7 - Jejak Lesap [1]

3 1 0
                                    

Sebelumnya: Katrisha dan Kleine terlibat sebuah pembicaraan, mengungkapkan apa yang masing-masing sembunyikan dari semua orang. Kleine adalah Sheraga Asher.

Pagi itu di markas Vaskoveia, makanan melimpah di lantai dasar. Orang-orang berebut daging babi asap dan bir manis. Sebagian lain memilih sarapan dengan telur mata sapi, ikan, atau bubur gandum saja.

Namun, Kleine berbeda. Setelah menunggu lama hanya untuk sepotong roti kasar dan teh, ia melipir ke meja yang belum penuh. Ada Irena dan Ferre di sana.

Irena nyengir. "Pagi, Tamp—" Kalimatnya putus saat melihat nampan Kleine. "Kamu kehabisan daging? Bagaimana sih? Nih, buat kamu. Aku belum menyentuhnya sama sekali." Ia menyodorkan piringnya.

"Tidak, aku memang makan seperti ini."

Kleine duduk di sebelah Ferre. Setelah roti habis, lelaki itu membisikinya. "Kleine, besok sebaiknya pola makanmu itu diubah. Ikuti saja yang lain, atau setidaknya berpura-puralah begitu."

"Kenapa?"

Ferre mewanti-wanti, "Rambut dan matamu warnanya gelap. Dan dengan pilihan makanan seperti itu, anggota yang belum kenal mungkin akan semakin menyamakanmu dengan Ervei. Kalau kau belum tahu, Ervei sangat menghindari daging. Mereka lebih senang makan tumbuhan dan benci bir."

"Di tempatku dulu, jangankan daging, bir murni saja jarang. Terlalu banyak dicampur air, jadi aku menghindari segala jenis minuman itu sekalian."

"Pantas tubuhmu kurus sekali!" Irena menyimpulkan dari sampingnya, lalu ia dan Ferre tertawa.

Kleine ikut tersenyum. Seumur hidup, ia tak pernah bertemu orang-orang sehangat itu.

"Aku duluan," ujarnya begitu isi cangkirnya raib. Bagaimana pun ia menyukai orang lain, ia tetap tak bisa berlama-lama berada di antara mereka.

Belum berjalan jauh, Aletheia telah berada di sisinya. "Bagaimana keadaanmu? Kudengar, semalam kamu pingsan di taman dan Katrisha membawamu masuk. Masih sakit kepala? Apa perlu kupanggilkan tabib yang lebih mahir?"

"Seperti yang kaulihat, aku ... baik. Kupikir tidak perlu lagi pergi berobat."

"Tapi wajahmu berkata lain. Kamu masih sakit. Luka-luka fatal seperti benturan dan cakaran, harusnya tidak hilang dalam sekejap. Pasti obat yang diberikan padamu itu masih memiliki cela."

"Kenapa repot-repot peduli padanya, Aletheia?"

Kleine menoleh, itu Mirka. Ia ditemani Klarisa, si peringkat empat.

"Karena dia juga anggota." Aletheia mampu tetap tersenyum. "Tentu kita harus membantunya."

Klarisa menimpali, "Anggota Serikat Pencuri, maksudmu?"

"Jika Ketua menghendaki dia di sini, sebaiknya kita hargai keputusannya," sahut Aletheia. Lalu ia menunjuk ke meja makanan. "Oh, lihatlah itu! Dagingnya hampir habis, sebaiknya lekas-lekas diambil sebelum yang lain!"

Mirka mendengus kecil. "Terima kasih atas perhatianmu. Tapi sayangnya, aku sudah selesai. Kamu tahu? Kebutuhanku selalu dikhususkan."

"Aku memang menawarkan Klarisa, kok," tegas Aletheia sopan. Senyum kemenangan yang samar terlukis di wajahnya.

Mirka menggeram tertahan, lalu pergi.

Aletheia beralih kembali pada Kleine. "Ini bukan pertama kalinya. Mereka memang sering berlaku buruk pada orang-orang baru."

Akan tetapi, Kleine tanpa sadar malah memperhatikan wajah Aletheia. Matanya yang keemasan, bibirnya yang semerah delima itu. Perempuan yang sedikit lebih tinggi darinya ini selain menarik dari luar, tindak-tanduknya pun tepat.

Katrisha AstherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang