Sebelumnya: Katrisha memutuskan untuk menolong seorang Menovia yang berada dalam bahaya. Namun, keputusannya berakhir mengancam keselamatannya dan Kleine.
===
Saat gelombang salju setinggi dada merayap maju, Kleine kalah cepat. Ia berniat melancarkan satu sihir api untuk bertahan, tapi terlambat. Kumparan putih menggiring paksa dirinya dan Katrisha.
Kleine menoleh ke belakang, dan sadar hidupnya di ambang batas. Lawannya tak segan lagi untuk melenyapkannya.
Di sana menjulang pohon-pohon eru raksasa. Jika kepalanya terbentur salah satu pohon itu, habislah kesadarannya.
"Lehavah," Katrisha merapal salah satu sihir Ervei tingkat dasar, tidak begitu jauh dari Kleine.
Kepalanya timbul dari dalam tumpukan salju yang belum berhenti, hanya untuk merapal. Kali ini, api yang besar menggumpal di udara tepat di atas kepalanya.
Tampaknya itu adalah kekuatan terakhirnya, yang dikorbankan demi memukul mundur lawan mereka. Tapi nahas, sihirnya diputus oleh terjangan salju tambahan.
"Hentikan!" teriak Kleine, setengah putus asa. "Dia tidak ada kaitannya denganku!"
Salju melambat, dan perlahan-lahan berhenti bergerak. Masih terjebak, ia memalingkan wajahnya pada Menovia Shedia yang berjarak semakin jauh. Perempuan itu tersenyum samar.
Apa yang dipikirkannya?
Bersamaan dengan Kleine memusatkan perhatiannya lagi pada Katrisha, gadis itu sudah sepenuhnya hilang. Terbenam di antara hamparan salju luas.
"Katrisha—" Kleine bahkan tidak bisa memperkirakan letaknya.
"Kamu bisa mendengarku, bukan?" seru Menovia Shedia, seraya menghampiri. Dengan ringan langkahnya menyusuri muka lapisan salju. "Itu semua karena keputusanmu. Sekutumu menderita karena kebodohanmu. Aku bisa mengembalikannya, ataupun membuatnya lebih sengsara lagi."
"Kau tidak mengenalku," tukas Kleine. "Aku ada di pihakmu. Karena itulah aku tidak ragu-ragu menyelamatkanmu."
Menovia Shedia mengangkat sebelah tangan. Merentangan kelima jemari kanannya yang kurus.
"Hitungan lima," tandasnya. "Aku memberimu hitungan lima untuk menimbang."
"Kau tidak bisa membunuhku."
"Lima." Menovia Shedia mendesah. "Ikut aku, tidak ada pilihan lain."
Kleine teringat gambaran Sheraga Asher, tersebar luas di Ibukota. Yang dicari atas tuduhan perbuatan yang tak pernah dilakukannya. Kalaupun ia terbukti tak bersalah, putusan itu dijatuhkan setelah tahap yang panjang. Usai proses penyiksaan yang tidak manusiawi.
Tak sudi sedikit pun Kleine membayangkannya.
"Aku bahkan tidak mengerti atas pertimbangan apa Takhta Merah menuduhku ingin menggulingkan pemerintahan," ia mengakui. "Aku keluar dari Dunia Barat demi mencari ketenangan."
"Empat."
"Kaupikir aku ingin melawan umat Manusia?" Kleine menatap tajam. "Yang kuinginkan adalah perdamaian."
"Usaha yang bagus. Tapi seseorang yang tidak bersalah akan mempertimbangkan pilihan waras untuk mengikutiku." Menovia Shedia mengentakkan tongkat. "Tiga."
Seketika, salju yang mengurung Kleine mengeras. Ia meronta, berusaha membebaskan lengan dan kakinya, namun sia-sia. Dingin menusuk-nusuk, menembus mantelnya, membuatnya semakin sakit. Mantra pemanggilan api dirapalnya dalam hati, tetapi tiada makna.
"Kasihi musuhmu sebagaimana umatmu," ujar Menovia Shedia. "Aturan itu tidak berlaku bagi seorang pembangkang. Aku memberimu kesempatan dan kamu menampiknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Katrisha Asther
FantasySekian ribu tahun lamanya perseteruan antara bangsa Manusia dan Ervei, tibalah masa-masa perdamaian. Takhta Merah, pemerintahan Manusia, membuka kesempatan bagi bangsa Ervei untuk membaur dan berbagi pandangan dengan penduduk. Semua itu dilandasi ha...