Sebelumnya: Katrisha dan Kleine berniat menemui Orim, tetapi Ervei itu menghilang. Banyak yang menduga ia bergabung dengan komplotan Amatheo.
===
Katrisha berduka bukan hanya karena ingat hubungan Orim dengan Frato-nya. Bukan pula karena teringat segala budi dan bantuannya selama ini.
Ia mengenal benar Orim.
Ervei itu jelas bukanlah sosok yang akan bersedia terlibat dalam kekacauan. Tidak mungkin ia menghilang tanpa alasan. Barangkali, orang yang bernama Amatheo melakukan sesuatu yang amat buruk untuk memaksanya.
Katrisha yakin sekali. Dan ia merasa harus menelusuri masalah ini.
Tali kekang kuda disentaknya dua kali, perintah mempercepat. Rencana gagal dan uang raib, ditambah terjangan kabar tidak sedap. Katrisha hanya berharap satu: hari tidak akan lebih pelik lagi.
Kleine angkat suara, "Sebaiknya kita istirahat semalam saja. Kupikir takkan ada yang terlalu mempermasalahkannya."
"Pulang cuman sebentar," tegas Katrisha.
Tapi keadaan makin lama kian jauh dari harapan. Katrisha menyadari badai salju akan datang tak lama berselang. Tampaknya demikian pula dengan Kleine, sebab pemuda itu terus menggumamkan kekhawatirannya.
Terpaksa, mereka mengambil jalur memutar, mencari-cari kota atau desa. Belum-belum, kesialan menimpa lagi. Si kuda meringkik tanda kelelahan.
"Baiklah," Katrisha mengalah. Ia mengarahkan kudanya untuk mendarat.
Wilayah itu sepertinya takkan dilalui badai. Katrisha memperkirakan dari laju angin serta suara di kejauhan. Ada pelataran kecil dengan pondok sederhana yang kelihatan kosong di sana. Untuk situasi yang mendesak seperti saat ini, pondok itu sama dengan penginapan bagi Katrisha.
"Hifari masih bersamamu?" tanya Katrisha seraya turun dari kuda.
Kleine mengangkat jempolnya. Terlihat kepala kecil yang menyembul dari balik dekapan tangan satunya.
Usai menambatkan kuda pada tiang di teras pondok, Katrisha bergegas memasuki bangunan. Kleine berjalan di belakangnya.
Aroma berbagai hal yang tidak menyenangkan pun menguar dari dalam. Hidung Katrisha yang peka sangat sulit menolerir semua itu.
"Aku tak mau berlama-lama di sini," ujarnya.
Kleine mengangguk. "Kita di luar saja."
Ia duduk di halaman depan pondok, mengamati salju turun dalam senyap. Katrisha ikut duduk di sampingnya, namun tak sampai lima kerjapan mata ia bangkit berdiri. Terkenanglah ia pada Orim, lalu pihak-pihak yang mungkin memaksanya.
Katrisha tahu kemungkinan ia akan berhadapan dengan manusia-manusia Ishari tolol yang merusak citra Ervei. Jelas ia tak bisa berpangku tangan dalam kelemahannya saat ini.
"Aku benci diam terus," katanya, "bagaimana kalau kita bertanding?"
Kleine agak terkejut. "Bertanding?"
Katrisha memasang kuda-kuda, seraya mencabut pedang perak dari sarungnya. "Kleine, kau tidak bodoh," lontarnya dengan nada bercanda. "Jangan ajukan pertanyaan konyol yang sudah jelas jawabannya."
"Maksudku, di saat begini?"
"Masih lebih baik daripada bergeming, 'kan?"
Kleine juga menghunuskan pedang hitam dengan huruf-huruf bahasa Ervei pada permukaannya. Sekilas, tampak ia sangat antusias. "Kemampuanku sama sekali bukan apa-apa, jadi jangan terlalu serius."
KAMU SEDANG MEMBACA
Katrisha Asther
FantasySekian ribu tahun lamanya perseteruan antara bangsa Manusia dan Ervei, tibalah masa-masa perdamaian. Takhta Merah, pemerintahan Manusia, membuka kesempatan bagi bangsa Ervei untuk membaur dan berbagi pandangan dengan penduduk. Semua itu dilandasi ha...