9. Devil's Heart

38.7K 2.6K 37
                                    

Delapan catatan Mogui: [1] Jadi, apa itu janji?

“Ayah berkata, aku adalah putri kesayangannya, sehingga dia berjanji bahwa aku harus tumbuh seperti ibuku tanpa kekhawatiran. Jadilah anak baik dan sinari kegelapan. Tapi sayangnya dia dibunuh dan meninggalkan banyak kekhawatiran untukku. Dia melanggar janjinya. Daripada menjadi cahaya dalam kegelapan yang luas, aku memilih menjadi kegelapan itu sendiri.

Ibu adalah wanita lembut, seorang iblis lemah yang berasal dari sebuah pedesaan. Dia baik dan bersahaja, penuh dengan moral serta penghormatan. Ibu berkata bahwa dia berjanji akan menemani anak-anaknya hingga tumbuh dewasa dengan cara yang baik agar dirinya sebagai seorang putri juga baik.

Tetapi, pada hari ulang tahunku yang ke empat belas, di musim dingin tepat satu tahun setelah kematian ayah, aku melihat kaki ibu menjuntai ke bawah, melayang tanpa menyentuh tanah, kepalanya terkulai karena tercekik oleh tali sehingga dia menggantung.  Ibu yang berjanji seperti itu, bunuh diri atas nama cinta dan meninggalkan segalanya, termasuk aku dan didi.

Aku tidak tahu aku ini baik atau jahat, selama mereka menganggap aku baik maka aku adalah makhluk utusan tuhan dalam misi penyelamatan, selama mereka menganggapku jahat, aku hanyalah iblis haus darah. Bagiku dianggap baik atau jahat tidak ada bedanya.

Meski seperti itu, satu-satunya kesadaran bahwa aku ini orang baik adalah nol, karena aku sepertinya hidup dengan cara yang kotor ketika melihat lebih banyak orang yang membenciku daripada mencintaiku, tidak masalah, aku masih memiliki keluarga.

Tapi, keluarga yang tersisa juga meninggalkanku meski sebelumnya pernah berjanji.

Ternyata apa yang disebut janji itu sebenarnya hanya belenggu moral yang dipasangkan dengan sukarela, asalkan tidak menganggap moral secara serius, asalkan dihati tidak ada moral, janji bisa dibatalkan kapanpun.

Semenjak saat itu, sumpah dan janji tidaklah berat, melanggarnya hanya masalah waktu”

Mogui

***

Mulut Mogui diikat sehingga dia hanya menggigit kain. Urat-urat biru menonjol di sepanjang wajahnya sehingga tampak menakutkan, mata merah miliknya seringkali kehilangan fokus. Tubuh Mogui terus menggeliat sebagai respon dari rasa sakit. Dia merasa sangat sakit sehingga ingin mati. Aku tidak takut mati, tapi rasa sakit seperti ini lebih menakutkan.

Jemari ramping yang kokoh menyentuh urat biru yang paling menonjol di rahangnya, menenangkan rasa sakit dan agresi yang dalam. Rasa sakitnya menurun dalam tahap yang bisa ditolerir oleh Mogui. Dia yang setengah sadar meracau "...Jika seperti ini, tolong bunuh aku saja. Tolong… Shang… aku kesakitan" Air mata fisiologis jatuh seperti hujan, dan racauannya semakin tidak jelas.

Samar-samar Mogui bermimpi dengan kabur di tengah rasa sakitnya. Di mercusuar, alunan lagu terdengar menembus jiwa, di batu karang, ekor duyung biru dengan taburan perak melambai. Dia merasa seolah mencium bau air laut, malam yang begitu dingin, dan angin besar yang meniup rambutnya manakala dia berdiri di puncak mercusuar yang terbengkalai itu sambil menatap langit.

"Aku ingin seikat bunga yang dipetik dari bulan menjelang pagi,
Aku ingin pelukan hangatmu di malam musim semi.
Tidakkah harta setinggi gunung mengguncang cinta?"

Balada lembut terus terdengar di telinganya. Suara itu mengguncang jiwanya sehingga dia ingin menangis tersedu-sedu lalu membelah dada dan perutnya sehingga dia dapat mencabik isinya hingga keluar.

Perasaannya yang dipenuhi gairah terhadap segala emosi sebenarnya sangat dangkal. Begitu tersapu, itu akan hilang tanpa jejak. Sementara hatinya mendingin dalam kuburan, dia tidak pernah merasakan lagi perasaan yang dalam. Akan tetapi, dalam mimpi itu, perasaan yang membanjiri Mogui melumpuhkan seluruh inderanya. Begitu mengharukan hingga ingin menangis, begitu penuh sukacita hingga ingin tertawa, tetapi juga penuh kesepian dan rasa sakit sehingga ingin mati.

the Móguǐ transmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang