Atas Rasa Yang Salah

168 13 0
                                    

Kujalani semua walau hati penuh keraguan, kunyatakan sayang walau tidak begitu sebenarnya, kubisikan rindu walau jenuh yang ada. Di pikiranku muncul sejuta tanya tentang rasa yang kini berkecamuk di dalam dada. Benarkah sayang? Benarkah cinta? Logika dan hati seakan terus bersiteru tentang rasa yang kini mulai pudar.

Dan, aku tak pernah berani untuk menatap matamu sedalam kau menatapku, aku takut menatap matamu karena selalu terpancar ketulusan di sana, aku tak mau terus menatapmu karena semakin kutatap semakin aku merasa bersalah atas rasa yang sebenarnya palsu.

Malam itu kita menghabiskan malam minggu bersama, seperti sepasang kekasih yang lain. Kau melakukan apapun untuk menyenangkanku dan itu berhasil, kau berhasil membuatku senang tapi kau tidak berhasil menempati ruang kosong di hatiku, sejak pertama kali hubungan ini berstatus.

Kau tidak akan pernah bisa masuk ke dalam ruang tersembunyi di sudut hatiku sebab masih ada nama lain di sana, walau itulah penyebab luka di hatiku semakin menganga lebar dan semakin terasa perih.

Aku ini memang kejam, kau kekasihku tapi aku tidak memberimu tempat sedikitpun di hatiku. Dan, kau tak pernah merasakan itu.

Ketika rintik hujan mulai berubah menjadi butiran air yang turun dengan deras, saat itu juga kau menarikku untuk berteduh lalu memelukku. Seakan tidak membiarkan dingin menyentuh kulit tubuhku.

Kusandarkan kepalaku di dadamu lalu kupejamkan mata, terdengar suara degup jantungmu yang selalu berdetak lebih cepat saat bersamaku. Tapi aku tidak pernah merasakan hal yang sama saat bersamamu seperti sekarang.

Lalu, kau memanggilku dan aku mendongakan kepalaku, menatapmu. Kau balas menatapku dalam, sungguh. Apa kau tidak bisa meredupkan silauan tulus dari kedua matamu? Aku lagi-lagi merasa bersalah saat kau menatapku seperti ini.

Aku kembali menenggelamkan wajahku di dadamu, kembali mendengarkan detak jantungmu yang kian bergemuruh. Kau kembali memanggilku dan kali ini, kau memaksaku menatapmu.

"Aku sayang kamu," bisikmu pelan, tapi masih bisa kudengar di sela derasnya hujan yang sepertinya belum memberi tanda akan berhenti.

Aku hanya membalas dengan tersenyum tipis lalu kembali bersandar di dadamu dan kau malah mempererat pelukanmu sembari mengusap rambutku.

Perlakuanmu ini membuat rasa bersalah itu semakin besar, logikaku berkata bahwa aku harus belajar menyayangimu tapi hatiku bersikeras untuk tidak menerima siapapun sebab takut hanya akan semakin membasahi luka lama yang hampir kering.

Aku sebenarnya ingin mengakhiri semua sandiwaraku, aku ingin mengatakan yang sebenarnya tapi aku takut, aku takut tiba-tiba rindu saat-saat seperti ini datang menghantam dadaku dan saat itu kau sudah pergi jauh. Lalu sesak terus menyiksaku hingga membunuhku perlahan, sungguh aku tidak ingin.

Aku ingin kau terus di sini walaupun balasan rasa untukmu tak akan pernah tumbuh di hatiku.

Tangerang, 2016

****

Sebenarnya ini bukan buat fatamorgana, tp aku nitip di sini ya, ini tulisan lamaku tahun 2016, udh lama bgt 😂

Tentang Kamu; FatamorganakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang