Senja dan kamu [2]

366 29 0
                                    

Masih tentang senja kemarin, yang tetap berwarna jingga dan tetap mampu memukau setiap orang yang melihatnya. Tapi, tidak dengan aku, fatamorgana. Setelah kulihat dia bersamamu, senja tak lagi seindah sebelum sore kala itu.

Masih di tempat persembunyianku, aku seperti membeku, diam dan tak tahu harus bagaimana. Mataku seolah tak bisa fokus pada apapun selain pada kamu dan dia--yang masih saja asyik mengejar bola di tengah lapangan itu padahal langit sudah mulai gelap. Jeritan manis cewek itu semakin menggema setiap kali kamu menggodanya. Dan itu, semakin membuat perih lebih terasa menusuk.

Seketika aku jadi ingat, pada kejadian dimana aku pernah terkunci dalam satu ruangan yang dipenuhi dengan asap, rasanya pengap dan sesak. Tapi sepertinya, sesak kali ini lebih menyakitkan, fatmorgana.

Dalam waktu bersamaan, pandanganku seolah kabur karena air yang menumpuk di pelupuk mata, sedetik kemudian pipiku terasa menghangat, air itu jatuh tapi tidak begitu deras karena aku menahannya sekuat tenaga agar aku tak lepas kendali.

Setelah lelah, kemudian kamu memutuskan untuk pergi karena langit juga sudah gelap, terdengar di telingaku walau samar, kamu seperti sangat mengkhawatirkannya jika dia harus pulang terlalu larut padahal senja baru saja hilang beberapa menit yang lalu. Dalam gelap itu, aku bisa melihat dengan jelas saat jemarimu bertaut di sela jemarinya lalu menggenggamnya dengan erat, sementara tanganmu yang lain, memeluk erat bola basket kesayanganmu itu. Sama eratnya dengan genggamanmu pada telapak tangannya, seolah kamu tidak ingin kehilangan keduanya.

Kamu pergi. Dan seketika, gelap hari itu terasa lebih mencekam. Kurasa langitku akan selalu terlihat mendung setelah ini, meski dalam teriknya sinar matahari sekali pun.

Tangerang, 24 Februari 2018

Tentang Kamu; FatamorganakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang