Kau Anggap Aku Apa?

114 15 2
                                    

sampai detik ini pun aku belum juga memahami. mungkin saja aku yang terlalu rindu atau memang kamu yang terlalu mengabaikanku, entahlah aku tak mengerti. selalu kekesalan yang sama, yang ku lontarkan untukmu. tapi tetap saja selalu perilaku yang sama, yang kau berikan padaku. tak ada perubahan dari setiap permasalahan yang pernah kita bicarakan. pembahasan-pembahasan itu seakan tak bermakna, bahkan nyaris tiada guna. kau yang tak pernah belajar untuk memahami apa yang aku ingin dan aku yang tak pernah paham dengan sikap dingin yang terus kau beri. perihal kabar, kita masih saja bertengkar.

dan, tidakkah kau sadar saat setiap kata yang terucap selalu saja berujung tengkar?
sebenarnya bagaimana? aku yang sulit dipahami atau kau yang terlalu tinggi untukku samai? rasanya kita tidak sefrekuensi, sebab ada saja hal yang selalu bikin frustasi, ada saja amarah yang meledak-ledak dan bikin kita jadi berjarak, mungkin benar yang banyak orang katakan tentang; "tak mudah menyatukan dua kepala dalam satu hubungan." dan kini, seperti tidak ada yang selaras antara kita. benarkah keadaan seperti ini akan berakhir berjodoh? sungguh, banyak pertanyaan yang berotasi di kepalaku, menuntut untuk temu jawabnya lewat setiap sikapmu --yang masih juga belum kutemui.

mungkin aku yang telah gagal. untuk membuatmu merasa nyaman. sehingga kau membatasi diri, untuk tak terlalu membuka diri. banyak kemungkinan-kemungkinan yang tak terjelaskan. membuat logika dan hatiku terus beradu perih. tidak seharusnya aku mengemis rindu, dan tak seharusnya kamu membuatku terus menunggu. komunikasi yang membeku, apakah dapat membuat kita terus melaju? pikirkan itu.

ada banyak sekali hal yang kucoba tebak-tebak sendiri, tentang bagaimana harimu di sana? dan bagaimana rasamu padaku sebenarnya. adakah rindu? perihal jarak bukankah tidak terlalu jauh, masih di bawah langit yang sama, di satu kota yang sama. tapi kenapa seperti ada tembok besar yang membentang tinggi dan sulit sekali di runtuhkan oleh setiap obrolan masalah yang coba kita selesaikan tapi tak pernah berakhir mulus, selalu saja berkerikil, dan buat kita dipenuhi emosi. ah, sempat aku berpikir bagaimana bisa jadi teman hidup jika menjadi teman bercerita saja kita tidak bisa. dan dalam banyak sekali perbedaan dan perdebatan, bisakah kita tetap bersama?

*tulisan kolaborasi Listania Febriana & Salmadmynti

tangerang, 14 maret 2020

Tentang Kamu; FatamorganakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang