Fatamorgana,
Boleh aku bicara sebentar?
Tentang hariku setelah senja kala itu, tentang rasaku yang tak sedikitpun memudar dan tentang rindu yang berlarian mengepungku.Hariku setelah senja saat itu tak pernah menyenangkan, fatamorgana. saat pertama kali kusadari kamu memang tidak sendiri lagi atau mungkin memang tidak pernah sendiri, aku tak suka lagi pada kuningnya senja yang tak lagi beriku ketenangan. Setelah senja saat itu, aku tak pernah kembali ke tempat dimana pertama kali aku melihatmu dan menjatuhkan hati sejatuh-jatuhnya.
Bukan, bukan aku tak ingin melihatmu berlari ke sana kemari mengejar bola dan melemparnya masuk ke dalam tiang kekar di sudut lapangan itu, fatamorgana. Aku hanya tidak ingin melihatmu lagi dengan wanita itu, aku tak ingin menyakiti diriku sendiri dengan terus melihatmu dan dia. Kau tahu, fatamorgana? Perih rasanya tak sanggup kutahan. Mungkin ini akan terbaca berlebihan, tapi memang begitu rasanya.
Sekarang aku lebih memilih mengunci diri di dalam kamar jika senja mulai datang, bersembunyi di balik selimut tebal atau menutup setiap jendela dan gorden dengan rapat agar sinarnya yang kekuningan itu tidak memasuki kamarku. Karena sekarang aku benar-benar tidak suka senja dan selalu berharap senja cepat digantikan oleh pekatnya malam.
Tentang rasaku padamu yang tak pernah memudar,
Aku sendiri tak mengerti, setelah senja itu tak sedikitpun rasaku berubah padamu, yang ada justru semakin dalam saja yang kurasa.
Bagaimana ini, fatamorgana? Rasaku sudah hampir meledak tapi kamu tak sedikitpun tahu tentang itu.Sementara tentang rindu yang berlarian mengepungku,
Kau tahu, fatamorgana? Bagaimana sulitnya aku mengendalikan rindu yang kian hari kian menjadi, yang coba kuabaikan tapi mereka malah mengepungku, meminta untuk segera diluruhkan dalam pelukmu. Sulit sekali, fatamorgana.
Aku merindukanmu. Sungguh. Dalam setiap detik yang kupunya, dalam setiap pekatnya malam, bintang-bintang, dan dinginnya yang tak jarang buatku gigil. Dalam setiap rasa yang tak tersampaikan, dalam setiap rahasia yang tak dapat kusingkap, dalam apapun, setelah hari itu, setelah kujatuhkan hatiku padamu, rindu tak pernah hilang.Aku merindukanmu, fatamorgana. Berkali-kali, dan akan terus begitu.
Tangerang, 08 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kamu; Fatamorganaku
PoesíaTentang ribuan kata yang selalu kutulis dan tak pernah terbaca. . . . . . Note; update hanya ketika author galau :) Pict by: Pinterest. Copyright@2017 by Salmadmynti Highest rank; #360 in poetry (2-2-2018) #222 in poetry (4-2-2018)