1. Aku🐣

266 33 6
                                    

Kamu?
Tolong jangan ganggu dia
Biarkan dia hidup bebas
Biarkan dia merasakan
Setiap detik kabahagiaannya

Hingga saat nanti tiba
Dia akan menjadi milikku
Aku yakin itu
Karna aku tau takdirnya

*****
Perkenalkan nama ku Saraca Dea Asoca. Kamu bisa memanggilku Dea. Seperti dia yang memanggilku kunti disiang bolong. Tapi jangan benci dia, karena dia adalah takdirku.

Aku hidup dikeluarga yang utuh, namun tidak dengan kasih sayang yang aku dapatkan. Aku hanya akan merasakan kehangatan di keluarga ini saat ayah pulang dari luar kota. Bunda sudah meninggal sejak aku masih berumur 5 tahun. Dan ayahku memilih menikah lagi dengan gadis yang masih muda yang dianggapnya bisa menjadi teman curhat ku. Tapi nyatanya tidak! Dia adalah mak lampir yang setiap saat akan menghantui kehidupanku. Aku benci dia!

Hibilcus Rosa Lensi, dia adalah adik perempuanku, Masih kelas 8 smp. Manis dan cantik, dia adalah adik terbaiku. Dia selalu sopan pada siapapun termasuk kepada Mak lampir yang ada dirumah ini. Aku tahu bahwa Rosa selalu dibabu oleh mama tiriku tapi Rosa tak pernah mempermasalahkan, itu lah hebatnya adikku.

Setiap minggu pagi seperti ini aku dan adikku akan mendengar suara mama tiriku yang marah marah. Sudah menjadi kebiasaan, malah jika tidak mendengar itu rasa nya mau kiamat.

Aku tahu tugasku adalah membersihkan rumah dan memasak masakan untuk Mak lampir gila itu. Tapi aku hari ini benar benar tidak bisa, aku ada acara dengan Bastian. Teman sekelasku yang diam diam aku sebut namanya disetiap doaku. Tapi apa aku gila jika membiarkan Rosa melaksanakan tugas itu sendiri. Kakak macam apa aku! Bodoh!

Handpone ku berdering, sudah berulang kali tapi aku mengabaikannya. Aku harus menyelesaikan tugas ku dulu.

Ting.

SiAbas Bastian
anjirt gamau ngangkat!
lo jadi gak ke rumah Rafael. Kalo gak, gue gak tulis nama lo sebagai kelompok gue.

Tidak bisa kah dia menunggu ku sebentar saja? Tapi bisa gawat kalau aku tidak mendapat nilai dari tugas kelompok itu, ayah akan marah besar padaku.

Aku pasrah, jika kalian menganggapku kakak terjahat didunia, karena membiarkan adikku bekerja sendiri.

"Ros, kakak ada urusan, kamu gak papa kan beresin rumah sendiri? "aku menghampiri adikku yang sedang mencuci piring. "kakak minta maaf banget, tapi kakak janji bakal gantiin tugas kamu minggu depan" aku terus berusaha menahan air mata ku agar tidak tumpah.

"iya, kakak pergi aja. Have fun ya kak" kata adikku dengan tatapan masih di wastafel. Aku tahu pasti Rosa kecewa denganku.

Aku langsung pergi ke depan rumah untuk menemui tiara, teman sebangku ku. Untung saja mama ku tidak ada dirumah, tadi baru saja dia pergi ke mall.

"Yuk tir, Bastian udah marah marah sama gue" ucapku padanya, sambil memakai helmku.

"Yaelah, ayok".

Kami tancap gas ke rumah Rafael. Bastian sengaja memilih rumah Rafael karena ibu dan ayahnya sedang berlibur ke luar kota.

*****

"Deeaaaaaa, lama banget sih lo, ngapain aja dijalan? Pasti goadain tukang ojol dijalan ya? " karina, sahabat kecilku menyerbu ku saat baru sampai di depan gerbang rumah Rafael.

*Pletak* aku jitak kepalanya.

"Enak aja lo kalo ngomong" aku meletakkan pantatku di kursi rumah Rafael. Rumah Rafael tidak terlalu besar namun nyaman. Banyak pepohonan yang ditanam disini. Rasanya benar benar menenangkan.

"Ehh Raf, mana nih makanannya, masak gue udah dateng gini belum ada makanannya sih" aku mulai bergurau dengan temanku. Disini kalian bisa menyimpulkan bahwa aku akan menjadi pendiam di rumah dan menjadi orang paling ceria di sekolahan.

Rafael tersenyum kikuk padaku " Baru dateng juga lo, lagian kerjain dulu tugasnya, nanti gue bikinin minum, yakan Bas? " lirik Rafael pada Bastian.

"Iya, eh Dea. Lo baru dateng kan? Kerjain tugas nomor 5-8. Udah dibagi soalnya" suruh Bastian padaku.

Aku hanya tersenyum lembut padanya dan mulai mengerjakan tugasku.

"Udah nih Bas, ada lagi yang harus gue kerjain? " Tanya ku padanya.

"Udah? Cepet amat. Yaudah salin semua jawabannya, trus taroh di lembar kerja kelompok ya. Sekalian lo cek jawabannya" balasnya tanpa melihat ku, dia masih fokus dengan kertas di depannya.

"Oh, iya" Balasku singkat. Aku langsung menyalin jawaban semua anggota kelompoku, dan sesekali mengingatkan jawaban yang kurang tepat.

"Gue boleh pulang dulu gak? Gue ada urusan hari ini" setelah menyelesaikan tugasku aku pamit pada mereka, aku merasa tidak tenang saat mengingat Rosa dirumah yang mengerjakan tugas rumah sendirian.

Rafael menggenggam tangan ku dengan tiba tiba saat aku ingin berdiri, aku reflek menepisnya dan menyebabkan tanganku tertampar tembok.

"Aduuh" ringisku kesakitan

"Eh sorry De, lagian buru buru banget sih. Kan gue belum bikinin minum buat lo"

"Aduh bang Rafael bikinin minum aja aku, pasti aku minum kok" saut Tomy, temanku yang otaknya terbalik 180 derajat.

"Gila lo. Tom! Lo gak ke pernikahan kak Ros? " tanya Rafael pad tomy.

"Lah emang kak Ros nikah? Ya ampun adeq tomy di langkahin kak ros dong. Upin Ipin pasti jadi pengapitnya deh. Yah padahal belum lulus tk" gerutunya dengan dirinya sendiri.

Aku hanya geleng geleng kepala melihat tingkah konyol temanku yang satu ini. Aku merasa setiap didekat mereka beban hidupku akan hilang dan sirna begitu saja. Tapi aku terlalu egois jika hanya memikirkan kebahagiaanku sendiri. Di sana, dirumah ku ada adikku yang harus ikut merasakan kebahagiaan ini.

"Yaudah gue pulang dulu. Tiara, karinaa, gue duluan"

"Eh naik apa anjer, lo tadi berangkat kan bareng tiara" sahut karina sambil berdiri menghampiriku.

"yaelah, zaman sekarang mah zaman canggih kar, kalo pinter jangan dibagiin dong" aku tertawa melihat wajah karina yang masih berantakan setelah mengerjakan soal tadi.

Ahirnya aku pulang. Sesuai janjiku pada rosa aku akan menggantikan tugasnya. Aku mengerjakan dua kali ruangan rumah, disaat seperti ini ku berharap ayah pulang dan melihat apa yang dilakukan mak lampir itu pada ku dan rosa.

*Ctarr*

Aku tidak sengaja menyenggol foto keluarga ku dulu, lengkap dan utuh. Jujur aku tak tahan menahan butiran air mata yang ingin keluar saat melihat foto bunda, aku merindukannya. Sosok perempuan kuat yang akan menjadi panutanku nanti. Aku hanya bisa menangis dalam diam ku, mengusap usap foto ditanganku, tetes demi tetes air mataku membasahi foto keluargaku.

"Semoga bunda tenang disana ya.. Hiks.. "

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang