8. Ayah jahat 🐣

59 23 9
                                    

Update lagi yeah :)

Cerita ini
Mungkin sudah selesai
Termakan oleh waktu
Waktu iya waktu

Dan bodohnya aku
Aku masih menganggapnya
Bahwa ini belum selesai
Iya aku egois

*****

Rencana ku berhasil membuat mak lampir sakit perut seharian penuh. Dari tadi dia juga bolak balik dari toilet, sampai ayah melihatnya dengan cemas.

Aku yang melihat hanya tersenyum puas,  teringat tadi aku memasukan bubuk cabe ke dalam gelasnya. Biarkan saja iblis itu, sekalian tidur di toilet. Bukankah tempat setan itu toilet?

Sedangkan Rosa dari tadi sudah memarahiku, padahal ini kan pertunjukan yang luar biasa keren, kenapa tidak dinikmati saja si?

Setelah puas melihat Mak lampir Santi lemas karena bolak balik dari kamar mandi aku memutuskan untuk ke kamar, aku ingin merayakan keberhasilan ku.

Dan belum juga aku genap melangkah ayah sudah memanggilku, sepertinya dugaanku benar. Lagian siapa juga yang salah.

"Iya, kenapa yah? " balasku.

"Ayah pengen ngomong sebentar sama Dea" balasnya tajam.

"Ngomong aja"

"Ke taman belakang rumah sekarang" suruhnya tak kalah tajam.

Aku menghembuskan nafas kesal. Mau tidak mau aku harus nurut. Ahirnya aku melangkah ke taman rumah belakang, walaupun dengan malas.

Saat aku sampai, ayah sudah menungguku di kursi pinggir kolam ikan. Sedikit cerita, kolam ikan itu adalah kolam yang dibuat kakekku untuk bunda, karena bunda sangat menyukai ikan koi. Dan setiap hari bunda akan datang ke kolam hanya untuk sekedar bicara pada ikan koi.

"Saraca Dea Asoca sini" panggil ayah.

Hatiku jadi tidak tenang, karena ketika ayah sudah memanggil namaku dengan lengkap berarti aku sudah membuat kesalahan fatal. Padahal nyatanya tidak!

Dengan berat hati aku duduk di kursi samping ayah. Dan mataku menatap lurus ke depan takut melihat wajah ayah yang emosi.

"Ayah tahu, kamu yang memasukan bubuk cabe ke dalam minuman mama kamu " ujar Ayah.

"Dea, apakah ayah pernah mengajari kamu berbuat hal se-enak nya seperti ini? " lanjut ayahku.

"Ayah" panggilku lirih, " Ayah tahu, apa yang dilakukan dia ke Dea dan Rosa itu lebih menyakitkan yah"

"Kapan sih Dea kamu menerima mama Santi sebagai mama kamu, ayah capek Dea. KAMU ITU EGOIS" bentaknya.

"Yah sampai kapan pun Dea gak akan pernah nganggep dia mama Dea. Dan demi perempuan itu ayah bentak Dea? Mana ayah yang lembut? Apalagi yang ngebentak Dea adalah orang yang Dea sayangi dan orang yang Dea anggep bisa ngelindungi Dea" aku melihat mata ayah, aku bahkan sudah tidak bisa menahan emosiku.

"Ayah tahu, selama ini Dea menderita di sini? Apa ayah peduli? Enggak kan? Ayah lebih peduli dengan bisnis ayah! Tanpa mau tahu gimana kabar anak ayah ini"

"Yah, Dea udah gak punya siapa siapa selain Ayah, dan cuma ayah satu satu orang yang diamanatin bunda buat jagain Dea sama Rosa. Tapi apa ayah ngelakuin amanat bunda? "

"Ayah udah kayak orang lain buat Dea sama Rosa, mana Ayah yang dulu? Yang dengerin cerita Dea sama Rosa setiap harinya? Mana? Sekarang seolah olah pikiran ayah cuma ada wanita itu! " Air mataku mulai membasahi pipiku, tapi aku membiarkannya.

"DEA, KAMU UDAH MULAI KURANG AJAR YA SAMA AYAH"

aku memaksakan senyum getir diwajahku. "Ayah bukannya Dea kurang ajar, tapi salah kalau dea pengin ayah yang dulu. Bahkan sekarang, apakah ayah pernah datengin makam bunda yah? Gak pernah kan? Se begitu pentingnya bisnis ayah? Sampai ayah ngelupain bunda? Sebegitu terhormatya perempuan itu dibanding bunda? "

"Aku permisi yah, kalau seandainya keberadaanku di sini mengganggu keharmonisan keluarga ini. Karena bagi Dea, keluarga Dea lebih penting dari segalanya"

Aku melangkahkan kaki ku berjalan melewati ayah yang berdiri mematung. Aku sudah terlanjur sakit hati dengan semua sikap Ayah padaku.

Tanganku mengusap wajahku, dan aku pergi dari rumah neraka ini.

*****

Aku memutuskan untuk berjalan jalan di sekitar taman, pikiranku kacau sekali. Aku bahkan ingin menangis detik ini juga,  aku butuh seseorang untuk meluapkan semuanya.

"Deaa"

Aku menoleh kebelakang, dan mendapati Riki yang berjalan menghampiriku.

"Ngapain sore sore gini mukanya murung? " Serunya

"Gak papa" balasku dengan tatapan kosong.

"Duduk situ yuk! "

Aku hanya mengangguk dan ikut duduk disampingnya.

"Lo bisa cerita ke gue, kalo ada masalah"

"Gue gak papa, makasih"

"Ayo lah Dea, ini bukan Dea yang gue kenal. Dea yang gue kenal itu Dea yang ceria dan senyum setiap saat" Rayu nya.

Dan saat ini hujan telah mengguyur taman dan seisinya, termasuk aku Riki. Ahirnya aku meneteskan air mataku bersamaan dengan butiran hujan yang membasahi wajahku.

Terima kasih tuhan, hujan mu adalah rahmat dari mu

"Bilangnya gak papa tapi nangis" sindir Riki.

"Gue gak nangis, mana ada Dea nangis"

"Gausah sok bohong deh lo, mata lo aja bengkak gitu"

"Rik lo ngapain disini? " aku mecoba mengalihakan pembicaraan.

"Lah lo sendiri ngapain disini? "

"Gak tahu, tiba tiba aja kaki gue jalan ke sini"

"Yaudah sama"

"Maksud lo?

"Iya, gue gak tahu gitu. Tiba tiba aja gue udah sampe sini aja"

Aku mangut mangut saja, dan kembali diam. Tidak berani melihat Riki disampingku, dia terlihat cool sekali dengan wajah basahnya.

"Dea!" panggilnya.

"Hmmm"

"Lo beneran gak mau cerita? "

"Cerita apa si Rik? "

"Cerita masalah lo lah, masak cerita rakyat si"

"Gue gak ada masalah juga"

"Ada tahu"

"Apa?" aku bingung, sebenarnya aku dengan Riki sedang mambahas apa si.

"Masalah lo adalah lo itu cewek ceria, dan kenapa hari ini cewek ceria itu jadi pendiem gini? " liriknya padaku

"Rik, lo tahu gak? Ada kalanya orang yang kuat itu jadi lemah, dan ada kalanya diem itu lebih baik dari pada bicara tapi tak dihargai"

"Dea tapi lo salah, lebih baik lo ungkapan semuanya dari pada harus lo pendam sendiri. Karena itu lebih menyakitkan"

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Sumpah gaje amat ya Allah :(

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang