19. Perkelahian 🐣

59 13 6
                                    

Pagi hari yang kurang cerah, padahal ini adalah hari senin. Hari dimana upacara wajib dilaksanakan setiap hari senin.

Tapi bagi beberapa siswa kebanyakan, ini adalah sebuah kehagiaan yang luar biasa dan patut disyukuri karena dengan cuaca yang sedikit mendung mengkibatkan dibatalkannya upacara.

Aku sendiri senang karena upacara batal, aku malas harus panas panasan di tengah lapangan sedangkan guru guru dibawah bayangan pohon yang sejuk.

Aku masuk kelas langsung duduk di kursi samping Tiara.

"Tir Syafa sama Karina mana? "

"Oh mereka lagi ke kantin, katanya belum sarapan. Mau sarapan dulu kali"

"Hai hallow gaes" suara karina memotong pembicaraan kami.

"Heh gue bawa kabar terbaru sekaligus kabar hot" ucap Syafa sambil memakan kentang yang ditangan Karina.

"Apaan? Pak Danu nikah?" balas Tiara.

"Ye lu mah pak Danu mulu, ini lebih hot" Jawab Syafa.

"Apaan sih yang hot! Pasti ujungnya gibah kan?!"

"Serah lu dah" Syafa mendengkus kesal.

Aku memilih diam mendengarkan mereka berbicara, sambil makan kentang.

"Jadi tadi kata Siti, dia bilang kalau Bastian putus sama Tasya."

"Siti anak ips 4 itu? Yang satu kelas sama Tasya? "

"heem"

"Busyet! Gue kira tuh anak kagak doyan sama berita, tapi ternyata mateng juga jiwa ghibah dia"

"Udah ah, gak enak ngomongin orang! Mending kalian duduk. Pak arifin bentar lagi masuk" kata ku.

Baru saja aku berbicara, pak Arifin langsung masuk ke kelas kami tanpa salam dahulu, hingga membuat kelas gaduh karena kaget.

*****

Sepertinya hari ini surga untuk anak Sma Pelita Jaya, dikarenakan hari ini salah satu guru sedang mengadakan acara, Ahirnya semua murid dipulangkan lebih pagi. Padahal biasanya apapun keadaannya dan alasannya Ama Pelita Jaya tidak akan memulangkan warga sekolahnya cepat.

Besok adalah jadwal piket harianku, jadi aku memilih piket sekarang dari pada besok, hitung hitung karena pulang pagi.

Sebelum mengambil sapu, aku memilih ke toilet dulu. Diperjalanan sepanjang lorong terlihat sepi, mungkin memang efek pulang pagi.

"Lo gak pantes buat Dea! "

Samar samar, telingaku mendengar seseorang beradu argumen di sekitar lorong, niatku ke toilet jadi goyah. Aku memilih mengecek dan nelihat siapa mereka.

"Hah Bastian? Sama Riki? " Ucapku lirih sambil melihat mereka.

"Trus menurut lo, diri lo pantes buat Dea? " Balas Riki meremehkan.

"Iya! Dea pantes buat dapetin gue, dari pada harus sama lo pecundang! "

"Pantes? Hah, ngaca bro. Lo aja baru putus sama Tasya! Sekarang udah ngebet banget pengen Dea, gue yakin lo cuma mau mainin Dea!

"Gue gak akan pernah main main soal perasaan! "

"Bilang aja lo pengecut! Capek gue ngomong sama lo, gue mau pulang! " Riki pergi meniggalkan Baatian dengan wajah kesalnya.

Belum genap Riki melangkah, Bastian memukul pipi kanan Riki. Dan sayangnya Riki hanya diam tidak membalasnya! Aku yang melihatnya secara diam diam ikut merinding, tanpa pikir panjang aku langsung menghampiri mereka, karena firasatku sudah benar benar buruk.

Aku belum sampai disana, suara pukulan keras dari Bastian kembali mengenai pelipis mata kiri Riki, sekaramg bahkan bagian sudut bibirnya sudah keluar darah.

Aku berlari secepat mungkin sebelum terjadi apa apa, karena sekarang Riki sudah telantang dibawah badan Bastian yang masih memukulnya.

"BASTIAN STOP! "

Aku rasa Bastian kaget, bisa dilihat dari gelagat tubuhnya yang tidak stabil, aku lihat juga dia sepertinya mulai sadar. Kembali mengatur nafas yang tadinya memburu menjadi normal.

Bastian menghentikan aktifitasnya, dia berdiri dari atas badannya Riki. Aku menjongkokan diriku memandang Riki yang malah tersenyum ke arahku dengan lebam lebam diwajahnya.

"Bas lo gila? Cowok macam apa yang beraninya mukul orang yang udah gak berdaya gini?"

"Lo salah pah-"

"Ternyata gue salah nilai lo selama ini Bas!! Gue kira lo orang yang baik dan bertanggung jawab, ck... Tapi ternyata lo itu pengecut Bas!"

"Apa maks-"

"Gue gak pernah nyangka kalau selama ini orang yang gue bangga banggain ternyata malu maluin"

"Tapi ini bukan sepenuhnya salah gue De"

"Mau siapa pun yang salah!! Berantem bukan solusi terbaik menyelesaikan masalah"

Bastian masih berbicara, tapi aku membiarkannya. Aku memilih menghubungi Nita, ketua pmr untuk segera menangani Riki yang wajahnya sudah dipenuhi luka lebam karya dari Bastian.

Aku mendongak menatap mata Bastian dengan tajam, menunjukan bahwa aku sedang tidak bercanda, "Lo lebih baik pulang!! Gak berguna lo disini"

Bastian diam, lalu berjalan menjauh dari tempatku, dan selang beberapa menit setelah itu, ,Nita datang dengan teman temannya untuk mengangkat Riki ke uks.

Aku juga melihat wajah Riki sebelum ahirnya Riki diangkat oleh anggota Pmr.

"Gue marah sama Bastian belum tentu gue belain lo! Dan gue diem bukan berarti gue suka sama apa yang lo lakuin tadi!! Intinya gue kecewa sama kalian berdua!1!1" kataku tegas.

Aku langsung berdiri membersihkan bajuku dan pergi meninggalkan tempat ini. Aku juga memilih pulang, batal melaksanakan piket harianku.

Kepalaku raaanya pusing, atau sekarang rasanya mau meledak? Pikiranku benar benar kacau hari ini! Entah apa yang membuanya seperti ada batu yang sangat besar berada di kepalaku.

Tanganku memegang kepalaku, nyeri sekali rasanya jika seperti ini. Bahkan rasa sakit yang kemarin di jambak Tasya saja belum pulih, apalagi ditambah masalah Riki dengan Bastian.

Jika menurutku semua ini salahku, kenapa aku bisa mengingkari janji ku sendiri! Janji yang pernah aku buat agar aku tidak mlibatkan Riki atau pun Bastian dalam setiap aktifitasku.

Namun tak apa, mungkin ini pelajaran berharga untuk diriku kedepannya, agar lebih berhati hati dedepannya!


¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Ahirnya bisa kembali lagi, udah lama kayaknya gak up. Mwhwhw

Maapin aku yang suka telat update. Makanya vote dan komen sebanyak banyaknya, biar bisa up cepet♡

Ayo Vote+Komennya ditunggu!!

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang