18. Darah 🐣

65 17 5
                                    

Plaak

Tasya menamparku lagi.

"De lo gak papa? " Karina melihatku dengan iba lalu, "Heh manusia gila, lo tuh apa apaan hah? Maksud lo apa nampar Dea, bukannya kebalik ya? Lo yang murahan! Cabe aja bangga" cibir Karina

"Gue gak papa kar" anggukku.

"Kurang ajar ya lo" balas Nadya.

Kali ini aku hanya diam dan tersenyum ke arahnya, "Gue. Gak. Pernah. Melakori. Lo" ucapku dengan penekanan disetiap kata.

"Gak pernah lo bilang? Kemarin lo kemana aja sama pacar gue? Lo pergi ke cafe sama dia, mesra mesra-an. Apa itu gak murahan namanya"

"Gue gak pernah ada niat buat ngambil milik lo. Kenapa lo gak nanya sama pacar lo sendiri? "

"Alah Bacot lo" Syala melirik Nadya.

"Udah habisin aja Tas, bisa ngelunjak nih cabe kalau dibiarin" Nadya mengompori Tasya.

"Heem tuh harus dikasih pelajaran" sambung Syala.

"Diem lo semua! " Tiara berdeham.

"Kalian tuh babunya tasya ya? Dibayar berapa? Hah? Dan lo Tas! Lo lawan kita gak berani? Harus ngajak babu lo ini?" Syafa memekik melihat Syala dan Nadya.

Tanpa aba aba Tasya menjambak rambutku. Aku kesakitan, dan mencoba melepaskannya. Tapi Tasya sangat kuat, jadi aku mencoba membalas pada rambutnya.

Teman yang lain mencoba melerai kami, tapi aku melihat mereka kesulitan karena diganggu oleh Nadya dan Syala.

Padahal aku yakin semua pengunjung cafe melihat kami berjambak jambakan.

"TASYA!! DEAA!! "

Suara itu menghentikan aktifitas ku dan Tasya. Badan ku jadi berhenti bergerak, jantungku seperti diremas rasanya. Malu aku rasanya harus meladeni Tasya di cafe ini.

Aku melepas tanganku dari rambut Tasya, begitupun sebaliknya. Tasya melepaskan tangannya dari rambutku.

Aku menunduk menahan sakit dan nyeri dikepalaku. Berbeda dengan Tasya yang langsung bergelut manja dengan pemilik suara tadi.

Siapa lagi kalau bukan Bastian, pacar Tasya anastina. Di sana ada Rafael, Dewa dan Tomi yang melihat risi kearah Tasya.

"Lepasin Tas" Bastian berdecih kesal.

"Kenapa sih Bas? Aku bener kan? Kalau kamu di godain sama cewek murahan kaya Dea" Tasya kembali mengalungkan tangannya di bahu Bastian.

"Jaga mulut kamu Tas! Dea gak pernah gangguin aku apalagi godain!! " Ucap Bastian dengan tegas.

Kami semua yang ada disini membiarkan Bastian dan Tasya saja yang berbicara. Aku juga malas berurusan dengan mereka. Apalagi kepalaku rasanya masih nyeri dan berdenyut denyut.

"Kamu pulang aja deh, nanti aku kerumah kamu" Bastian menghela nafasnya menyuruh Tasya pulang.

Dengan wajah kesal Tasya pergi keluar cafe diikuti antek anteknya. Syala dan Nadya yang setia berada dibelakangnya.

"Duduk yok bwang, dedeq capek berdiri" Tomi membuka suara.

Kami semua langsung duduk diikuti Bastian dkk.

"Maaf De" Bastian melihatku.

Aku yang masih kesakitan hanya tersenyum sekilas dan mengangguk.

"Kalian kok disini? " Tiara melihat Dewa dan Rafael, sellanjutnya bastian dan tomi.

"Emang kenapa? Gak boleh?" Dewa balik bertanya pada Tiara.

"Ya boleh lah. Tapi untung si ada kalian dateng, jadi Tasya gak bisa nyakitin Dea lagi" balas Tiara.

"Iya, lo gak papa kan De? " Bastian menatapku.

Aku kembali tersenyum dan menggelengkan kepala tanda bahwa aku tidak apa apa.

"De kepala lo berdarah deh" Rafael melihat kepalaku yang semakin pusing.

"Hah? Mana? " Syafa panik dan segera mengambil tisu di tas Tiara.

"Mending ke rumah sakit aja deh De" Karina mengelus elus kepalaku.

"Iya, dari pada makin parah nantinya" balas Dewa.

"Ayo gue anterin De" bastian berdiri dan menarik tanganku.

"Auu sakit" rintisku sakit karena tarikan bastian yang kuat.

"Sorry sorry De. Gue gak bermaksud" Bastian segera melepas tanganku.

"Bwang Abas digendong dong nweng Dea nya. Kan pala nya pusing habis jambak jambakan" Tomi menyengir melihat Bastian dan Dea.

"Mulut lo ya tom. Jijik gue dengernya" Karina bergedik ngeri melihat Tomi.

"Yee lu mah gitu Kar. Kualat nanti sama calon suami lho ! " kata tomi.

"Mita amit gue jadi istri lo. Bisa struk gue" ucap karina.

"Kalian kalau mau berantem gue tinggal" Bastian melerai Karina dan Tomi, lalu berjalan mendahului kami.

Aku berdiri untuk berjalan keluar dengan dipapah oleh Syafa dan Tiara. Karina berjalan dibelakang.

*****

Dalam mobil Tiara hening, seperti suasana saat kami berangkat tadi. Tapi kali ini aku juga memilih diam, karena kepalaku rasanya sangat nyeri.

"Kita pulang aja deh, gue gak papa" Aku berkata melihat ke teman teman.

"Enggak! Kita harus tetep ke rumah sakit! " balas Tiara yang masih menyetir.

"Kepala lo berdarah De, harus diobatin dulu" kata Karina disampingku.

"Lo gak lihat mobil kita dikawal dari belakang sama mobilnya Dewa? Kalau kita pulang, bisa di bakar hidup hidup kita sama mereka besok" jawab Syafa melihatku dari kaca depan mobil.

Aku mengangguk pasrah, dan kembali tersenyum. Aku beruntung memiliki sahabat Seperti mereka yang menyayangiku apa adanya. Dan bahkan mereka mau ada disaat aku susah, padahal aku tidak memiliki apa apa yang bisa aku banggakan.

"Terima kasih ya Allah untuk orang orang yang selalu ada untukku. Mereka yang selalu mau bersamaku disaat aku berada dibawah bumi dan pantas untuk diinjak injak, mereka datang menganggambilku dan menganggap ku adalah sama seperti mereka" - Dea.

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Kalian kasian gak nih sama Dea?

Tapi kayaknya kasian kalian deh yang nunggu update-an aku yang lamaaaaanya se-abad. Hehe

Maaf ya semua, diusahain update cepet kok. Tapi harus vote dulu! Wajib pokonya!

Dah lah segitu aja, pokoknya intinya vote dan komen yang buanyakk banget biar cepet update.

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang