14. Semangat baru🐣

46 17 1
                                    

Ada ular dikali mati
Mati disamping ular naga
Jika memang sabar dihati
Insyaallah ikhlas di raga

*****

Sabtu, Aku bangun kesiangan pagi ini, mungkin karena terlalu lelah. Karena malam sabtu yang aku habiskan bersama Riki di pasar malam.

Lena sudah membangunkanku sedari subuh, tapi aku masih malas untuk  bangun. Dan sekarang sudah pukul 9 pagi, aku baru bangun.

Aku berdiri dari kasur langsung mandi dan bersiap siap untuk pulang. Jika dipikir pikir sudah satu minggu Aku pergi dari rumah. Lagipun tidak ada yang peduli padaku, jadi untuk apa Aku terus lari minta dikejar! Bila tidak ada yang ingin mengejar?

Aku sudah memikirkan matang matang untuk tetap bersikap biasa saja, tidak perlu aku mengemis untuk dikasihani orang orang yang aku sayang.

Jika mereka menyayangi ku, harusnya saat ini mereka merasa kehilangan. Namun nyatanya sebaliknya, keluargaku terlihat lebih bahagia ketika tidak pernah ada aku.

Dan jika nanti di rumah itu kembali ada keributan yang disebabkan oleh diriku , aku berjanji untuk lebih dewasa menyikapinya, tidak langsung pergi dari rumah seperti ini.

Bisa dibayangkan betapa bahagianya mak lampir gila itu tanpa aku dirumah. Pasti hidupnya bahagia, bahagia bisa memeras harta ayah semaunya. Sungguh bebasnya virus licik sepertinya. Memang harus ada pawangnya, untuk itu aku datang sebagai pawang yang dibutuhkan.

Aku bisa sendiri, hidup tidak selalu tentang kesedihan. Manusia yang hebat harus bisa bangkit dan semangat. Mungkin saat ini memang roda berputar untukku berada di titik kesedihan. Tapi aku yakin suatu saat pasti ada masanya untuk mengembangkan tawa yang indah. Tuhan sudah mengatur takdir setiap hambanya.

Lena masuk ke kamar, lalu duduk disamping ku yang sedang beres beres.

"Yakin nih mau pulang? Yah bakal ilang temen tidur gue" Lena memeluk ku dari samping.

"Lebay deh. Lagian udah seminggu juga gue kabur dari rumah, gak gentle banget gue. Kayak pengecut yang lari dari masalah tau gak. Gue harus bisa lewatin masalah bukan malah lari terus ngumpet gini. Banci lah" balas ku, tanganku masih melipat baju baju di hadapan ku.

"Bisa aja lo" sinis Lena.

"DEA, ADA TEMEN LO DI BAWAH NI" suara kak Raihan dari luar kamar.

"Siapa ya? " Aku melirik melihat Lena disamping.

"Gak tahu" jawab lena mengedikan bahu.

"Gue turun dulu ya" aku keluar kamar untuk melihat siapa temenya.

Sampai dibawah ternyata ada Karina, Tiara dan Syafa yang sudah duduk manis di sofa ruang tamu.

"Karina Tiara Syafa" panggil ku dari arah belakang.

Karina dan Syafa langsung menoleh kebelakang dan tersenyum padaku.

Dea duduk di sofa sebelah Karina dan Syafa. "Kok tahu gue dirumah Lena"

"Tadi nanya Riki dulu" saut Syafa.

"Eh De, hangout yuk! " Ajak Karina.

"Gue gak bisa hari ini. Gue harus pulang ke rumah soalnya" kata ku.

"Yah padahal mau gue ajak ke tempat makan samping mall Mars. Tempatnya kekinian banget soalnya. Apalagi buat foto foto, buerrr lucu lucu De. Bagus abis pokoknya! " cerocos Karina panjang lebar

"Ayo lah De" Tiara menarik tangan kanan ku.

Kepalaku geleng geleng "Besok aja gimana? Gue hari ini pulang dulu gitu"

Karina pindah sofa, sekarang dia duduk satu sofa dengan aku. "Besok? Besok kan minggu De, pasti rame tempatnya"

"Emang lo kira kuburan, namanya juga lestoran pasti rame lah" Syafa melempari Karina dengan kacang yang baru saja di hidangkan oleh pembantu rumah.

"Yang punya lestoran juga maunya rame Kar" timpal Tiara, mulutnya masih mengunyah kacang.

"Ye kalian. Btw tu kacang enak? Pasti bikin jerawatan deh" Karina berbicara sendiri.

"Emm nyam nyam nyam" goda Tiara dan Syafa berbarengan.

"Kalian mending pulang deh, besok dateng lagi kerumah gue. Baru kita pergi" kata Dea pada teman temannya.

"Au ah males" Jawab Tiara.

"Yaudah pulang yuk ah" Karina berdiri dari sofanya.

"Besok beneran ya De" Syafa juga berdiri dari sofanya. Tangnnya masih menggenggam kacang.

"Iya, telfon aja nanti" teriak ku saat teman teman sudah keluar pintu.

Aku juga berdiri. Kembali ke kamar untuk mengambil barang barangku.

Setelah aku selesai menyiapkan semuanya aku berpamitan pada Lena, Mami, Papi Lou, dan kak Raihan.

"Dea besok ikut papi ya, ketemu temennya papi" Ajak papi Lou.

"Iya sayang, sekalian salam perpisahan besok" Bujuk mami.

"Iya. Jam berapi mi? " alisku naik melihat mami.

"Jam 7 malem" balas kak Raihan.

"Nanti kita jemput" Lena memelukku.

"Yaudah Dea pamit, makasih banyak ya semuanya" aku menyalami tangan mami dan papi, "Dea udah ditunggu gojek diluar"

Aku merasa sekarang waktunya aku kembali menjadi Dea yang dulu. Dea yang kuat dan tak rapuh. Saatmya menunjukan pada dunia bahwa aku siap menerima ujin serta berbagai cobaan, karena kini Dea kembali datang dengan semangat yang baru.

Rasanya kaki ku bisa melangkah dengan ringan keluar dari rumah Lena. Semua rasanya hilang, tentunya dengan adanya sengatan listrik dari keluarga kecil ini.

Aku melihat mobil taxi didepan, dengan segera aku masuk dan duduk di kursi penumpang "Jalan pak"

Mobil taxi berjalan menembus padatnya jalanan jakarta. Aku yang melihat merasa bosan, jadi aku memilih memainkan handpone. Sesekali mulutku tak bisa menahan tawa melihat meme lucu warga negara +62.

"Loh pak salah jalan. Seharusnya belok kanan bukan kiri" kata ku saat melihat jalanan yang berbeda dari biasanya.

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Hai hai hallow

Untuk kali ini aku minta apresiasi dari kalian semua pembaca cerita aku yaitu "TAKDIR" untuk ngasih vote disetiap part yang ada.

Jujur setiap vote itu udah kayak sengatan listrik buat aku untuk terus bertahan dan terus stay di cerita  aku ini.

Sebelumnya makasih buat yang mau baca, tapi aku mohon banget. (maksa nih, hwhe)

Yaudah gitu aja. Sekali lagi makasih💜

Aku bilang gini bukan berarti sombong ya man teman atau gimna gimnaa. Tapi aku pengen banget gitu diapresiasi sama kalian💝

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang