15. Penjelasan🐣

55 17 5
                                    

Sekarang disini lah aku berada, di dalam cafe lurteround yang ada dipusat kota. Cafe yang terkenal karena ke indahan tempatnya serta banyak spot foto yang bagus untuk digunakan.

"Ngelamun aja sih" kata cowok didepanku.

Aku menggeleng, "Eh enggak"

"Marah ya? " Tanya nya.

"Gue? Enggak lah, cuma kesel aja sama lo"

"Sorry ya De. Gue gak bermaksud nyulik lo. Masak Bastian yang ganteng dan kece jadi penculik si" ucap Bastian, ya cowok didepanku adalah Bastian, cowok yang diam diam aku cintai.

"Apaan sih"

"Senyum napa si, dari tadi cemberut mulu dah"

"Gue tuh pengen pulang Bas"

"Iya nanti habis ini kita pulang"

"Lah pengen gue kan sekarang" cibirku

Seharusnya sekarang mungkin aku sudah ada di rumah, bergelut dengan gulingku dan terhanyut indah bersama mimpiku.

Tapi Bastian mengganggu rencana yang sudah aku buat, benar benar kurang kerjaan sekali. Bayangkan saja dia bisa bisanya menjadi sopir didalam taxi yang aku pesan tadi. Sangat tidak masuk akal, alias gila.

Dengan santainya dia menyengir saat aku memarahinya tadi, dan dengan seenak udelnya dia membawaku ke cafe ini. Sungguh tak tau malu Bastian.

Satu pelayan menghampiri meja kami, dan aku lihat Bastian dengan senang hati mengambil daftar menu yang tadi dibawa pelayan.

"De lo minum kopi latte aja ya! " Bastian menyenggol tanganku yang ada dimeja.

"Kenapa jadi maksa lo"

"Udah biar cepet aja"

Aku mendengkus kesal, "Terserah"

Dia terkekeh, lalu tangan nya dengan lembut mengusap usap puncak kepalaku.

Duh bisa meleleh nih ati -Dea

"Gak usah pegang pegang deh"

"Ihh gemes banget sih lo" tanggannya sekali lagi mengusap puncak kepalaku.

Kali ini aku membiarkannya. Pelayan juga sudah pergi sedari tadi setelah Bastian mengucapkan pesenan kami.

Aku melihat Bastian, dan dia tersenyum lembut padaku, tak lama kemudian pelayan tadi datang dengan nampan berisi dua minuman pesanan kami.

"Ini pesanannya, saya tinggal dulu" kata pelayan tadi dan langsung meninggalkan meja kami.

Setelah pelayan pergi Bastian menatapku dan tersenyum manis, "Sebenernya ada yang gue omongin sama lo"

Aku balas menatapnya, "Ngomong aja"

"Sejak kapan lo deket sama Riki? " Bastian meminum pesanannya.

"Sejak satu kelas sama dia lah, kan kita anak buahnya. Dia itu ketua kelas kita, jadi ya harus deket biar gak mis komunikasi aja"

"Harus banget sedeket itu ya? "

"Maksudnya? " satu alisku terangkat.

"Ya harus berangkat bareng, pulang bareng, juga ngabisin malseb berdua. Emang harus sedeket itu hubugan kapten kelas sama anak buahnya? " matanya memancing ke arahku.

"Enggak harus segitunya emang. Gue sama Riki gak sedeket itu juga kali. Ya waktu itu gue berangkat bareng dia juga kan karena emang na--"

"Sampe lupa udah ada janji buat berangkat bareng sama gue? Gitu? " potong Bastian.

"ihhh dengerin dulu. Waktu itu gue lupa, beneran. Dan waktu gue turun ke ruang tamu, mami Lena bilang kalau udah ada Riki, jadi mau gak mau gue bareng dia"

"Trus? "

"Ha? Trus apa? Nanbrak nanti kalau trus mulu"

"Trus kenapa bisa lupa? "

"Ya gak tahu, mungkin karena saat itu gue juga lagi banyak pikiran"

"Oh, trus buat pulang bareng? "

"Trus mulu perasaan. Lagian lo kenapa si nanya mulu"

"Gue butuh penjelasan! "

"hmmmm" aku menyeruput minumanku.

"Beneran Dea"

"Gue udah pengen pulang bareng Lena saat itu, tapi Lena bilang bakal njemput kak Raihan, kakaknya Lena yang baru pulang dari London. Jadi Lena nyuruh gue bareng Riki dan udah bilang ke Riki juga kalau gue bakal bareng dia"

"Kenapa gak nolak? "

"Gimana mau nolak! Kan lumayan ngurangin ongkos naik angkot"

"Oh, trus? "

"Kok trus lagi? "

"Ya trus kapten kelas sama anak buahnya cuma berdua ngabisin malseb di pasar malam? "

"lo tuh kenapa sih Bas? Gue gak ngabisin malseb berdua kali. Ada orang banyak disna! " aku mulai kesal dengannya.

"Lo tahu De, gue waktu itu khawatir sama lo kar--"

"Hai, Bastian" cowo berambut lurus ke samping itu menghampiri kami, dan lamgsung berjabat tangan dengan Bastian. Aku hanya memilih diam.

"Hai Dareen. Lo mau manggung siang ini? " tanya Bastian pada cowo didepannya, yang aku yakin namanya adalah Dareen.

"Yoi bro" Dareen berhenti bicara dan melirik ke arahku.

Bastian yang tahu maksud Dareen langsung tersenyum, "Oh iya ini Dea. Dia temen sma gue"

Aku menyalami tangan Dareen yang sudah menggantung diudara, dia lalu tersenyum ramah padaku, "Gue Dareen, temen smp nya siAbas, juga temen main dirumah"

Aku mengangguk, "Iya"

Setelah itu aku lihat Dareen naik kepanggung untuk mengibur para pengunjung cafe.

Suaranya merdu, enak sekali didengar. Saat ini dia sedang mebawakan lagu milik Judika.

Tak pernahkah kau sadari
Akulah yang kau sakiti
Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari

Setiap lirik yang dibawakan oleh pria itu terasa hidup dan menusuk hati. Aku jadi menikmatinya.

Oh Tuhan tolonglah aku
Hapuskan rasa cintaku
Akupun ingin bahagia
Walau tak bersama dia

Suaranya parau, Dareen benar benar menghayati setiap kata yang ia ucapakan. Aku juga bisa melihat sepertinya sedang sakit hati, karena dilihat dari pembawaan lagu ini dia sangat mendalami.

Atau mungkin juga memang dia pandai dalam membawakan lagu, dia dengan mudah mengekspresikan setiap lagu yang dia bawa.

Akupun ingin bahagia
Walau tak bersama dia

Bait terahir Dareen selesaikan dengan suara tepukan di setiap penjuru cafe. Membuatnya tersenyum ramah ke semua pengunjung cafe. Aku tak sengaja bertatapan dengan nya, lalu seutas senyum ia berikan padaku.

"Pulang yuk Bas" Ajak ku melihat Bastian.

"Yaudah ayo. Bentar gue panggil mbak mbak tadi dulu"

"Uangnya taroh aja dimeja, nanti juga diambil " kataku.

"Kalau diambil orang gimana? "

"Masak setan yang ngambil"

"Nah tu pelayannya, mbak sini" Bastian memanggil pelayan tadi.

"Ini uangnya, saya pamit" Kata bastian sebelum pergi.

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Votenya jangan lupa(^з^)

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang