12. Pasar malam 🐣

68 20 12
                                    

Untuk malam ini
Malam yang mungkin aku inginkan
Malam yang akan aku rindukan
Malam yang penuh bersamamu

Suatu saat nanti
Ini kan menjadi suatu kenangan
Sesuatu yang tak terlupakan
Sesuatu yang tak pernah terulang

*****

Malam yang cerah untukku mengingat semua kebahagiaanku dulu. Tapi bukan sekarang saatnya aku mengingatnya, ini bukan waktu yang tepat.

Sedari pulang sekolah aku dan keluarga Lena melakukan makan siang di luar, sebagai sambutan untuk kak Raihan, yang baru menyelesaikan S2 nya.

Dan sekitar pukul 6 malam, baru memutuskan untuk pulang. Jujur aku merasa badanku lelah dan semua sendiku terasa pegal. Ingin rasanya tidur sebentar untuk mengistirahatkan otot di badan.

Baru aja aku ingin merebahkan tubuhku di atas kasur, suara ponsel disampingku mengganggu pendengaranku.

Aku langsung bangkit dan mengambil ponsel. Melihat siapa yang mengirim pesan malam malam seperti ini.

Riki_josedarmawan
Siap siap sekarang De, gue otw.

Aku menjitak kepalaku sendiri, hampir saja lupa jika aku ada janji dengan Riki. Aku langsung mandi dan siap siap.

"Deaaa" teriak Lena.

"Kenapa si? "

"Mau kemana? "

"Kepoo" aku melanjutkan ritual menyisir rambutku dan mengabaikan Lena.

"Oh iya De, lo udah ada kabar dari Rosa? "

Aku tersenyum getir pada Lena, "Belom, kayaknya mereka emang gak mau gue ada disana deh"

"Jangan mikir gitu do-"

"Deaa kamu udah ditunggu temen kamu dibawah" suara mami memotong pembicaraanku dengan Lena.

"Yaudah, gue cabut dulu. Bye" dengan buru buru, aku lari meninggalkan Lena dalam kamar.

Setiba nya aku dibawah aku tidak menemukan siapa siapa, bukankah tadi mami bilang sudah ditunggu dibawah?

"Temen kamu diluar, di depan mobilnya" suara mami mengagetkan aku.

"Ihh mami ngagetin tau. Yaudah kalo gitu Dea berangkat dulu" aku menyalami tangan mami.

Setalah itu aku langsung keluar rumah dan mendapati Riki berdiri di depan mobilnya, hari ini dia memakai batik jawa dengan celana jeans biru serta rambut yang disisir ke arah samping kanan. Mungkin hari ini dia lebih terlihat santai dan tentunya lebih tampan.

"Kenapa bengong? " tanya Riki sambil melambai lambaikan tangannya depan wajahku.

"Ha-, ap apa appaan si, enggak" balasku gugup, entah sejak kapan aku jadi gugup seperti ini.

"Mikirin gue ya? Emang si gue ganteng. Tapi jangan terpesona gitu lah" kata Riki dengan percaya diri sekali.

"Hiiii, ngeri gue" Aku bergedik ngeri mendengar semua kata katanya.

Setelah itu tak ada pembicaraaan lagi, aku dan Riki memilih masuk mobil untuk sampai ditujuan.

Malam ini jalanan memang terlihat lebih ramai, maklum saja ini adalah malam sabtu. Walaupun bukan malam minggu tapi malam sabtu juga adalah hari bebasnya anak sma.

"De lo turun sini dulu ya, gue parkirin mobil dulu" ucap Riki yang tersenyum ke arahku.

Aku membalas senyumannya, "Iya, jangan lama lama"

Aku menurunkan kaki ku dari mobil Riki, dan berjalan lebih dulu ke tempat duduk yang berada di samping mainan bianglala.

Baru saja aku sampai dan belum bermain apa apa, tapi rasanya aku sudah bahagia.  Melihat banyak orang tertawa disini membuat aku ikut tersenyum walaupun banyak juga anak kecil yang menangis karena permintaan mereka tidak dituruti orang tuanya.

Ketika aku menoleh ke samping, ternyata Riki sudah ada disana. Bahkan dia sudah mengantri tiket untuk naik bianglala. Aku segera menghampirinya dan ikut membantunya berebutan tempat untuk naik. Rasanya lucu dan menyenangkan.

"Kenapa? " tanya Riki ketika melihatku senyum senyum sendiri.

"Gak papa. Gue seneng aja, makasih ya Rik" balasku menggenggam tangannya untuk naik bianglala.

Aku sempat melihat wajahnya, dia terliahat kaget namun dengan cepat. Riki mengubah ekspresi nya lagi.

Sedari tadi aku bisa tertawa lepas, bahkan untuk mengingat semua masalah hidup aku tak bisa. Aku tak bisa berbohong, sangat menyenangkan dan bahagia rasanya bisa naik mainan jaman dulu.

Tapi Riki dari tadi malah main kameranya. Dan juga dia sering tertangkap basah sudah memotret diriku diam diam.

Saat bianglala berputar ada sensasi berbeda yang menyenangkan, apalagi ketika bianglala yang aku naiki berhenti di pucuk tertinggi. Aku tertawa melihat Riki ketakutan. Wajahnya sangat menggemaskan.

Waktu naik bianglala sudah habis, jadi kami diberhentikan untuk turun, aku mengajak Riki untuk lari larian disekitar pasar malam. Indah sekali kebahagiaan ini.

Kami kejar kejaran, setiap kali aku tertangkap oleh Riki aku akan menggelitikinya supaya tangannya lepas dari badanku. Dan saat aku bisa lolos dia mengomel ngomel seperti ibu ibu arisan.

"Rik beli minum dulu yuk, capek" aku berhenti untuk duduk di warung lesehan dekatku.

"Boleh, lo sih pake lari lari" mau gak mau Riki ahirnya ikut duduk disamping ku, dia juga memesankan minuman untuk ku.

"De, mau makan gak? "

"Gausah, nanti beli harum manis aja" kataku dengan tangan yang aku kibas kibaskan depan wajahku.

"Huh setelah ini naik apa ya Rik" aku membuka percakapan lebih dulu

"Naik kuda lumping gimna? " Riki memberi saran padaku.

"Kurang menantang tau" balasku.

"trus?" Riki mengangkat sebelah alisnya.

"Emmm, masuk rumah hantu aja gimana? " jawabku

"Yakin? Lo gak takut? " ejek Riki menyubit hidungku.

"Takut si, heheheh"

Pemilik warung datang membawakan pesanan kami, dan memberikan minuman itu dengan cara di taruh di meja kami, "Maaf ini minumannya"

"Oh iya buk, makasih" Anggukku serta aku tersenyum ke arahnya.

Ckrekk...

Aku kaget serta melotot melihat Riki, dan ya, Riki malah tertawa hebat.

"Riki ihh hapus gak, pasti jelek deh gue" lagi lagi Riki memotretku saat aku meminum pessanan kami.

Aku mencoba merebut kamera Riki, tapi tangannya panjang membuat aku kepayahan menyamainya.

"Cantik kok Dea, haha"

"Riki hapussss"

"Gak mau"

Ahirnya aku mengangkat kedua tanganku untuk meraih kamera Riki, dan sialnya aku kehilangan keseimbangan. Membuatku jatuh dipelukan Riki, kami sempat bertatap mata untuk beberapa detik, hingga ahirnya aku mengalihkan pandangan lebih dulu.

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang