11. Masalah 🐣

71 19 9
                                    

Kata katamu
Manis seperti coklatku
Indah seperti bunga mawarku
Cantik seperti bidadariku

Tingkahmu
Lucu seperti kucingku
Imut seperti hamsterku
Gemes seperti aku, hehe

*****

Jari jariku mengusap wajahku yang masih basah, aku mencoba untuk tegar sekarang. Aku terus memaksakan senyum lembut pada Riki. Sedangkn Riki sedari tadi hanya menatapku sambari merapikan rambutku.

Aku dengan cepat turun dari mobil Riki. Berjalan beriringan bersamanya melewati koridor sekolah. Banyak murid yang berlalu lalang dan sesekali menyapa Riki. Maklum saja Riki adalah kapten vutsal se sma.

"Bedak lo luntur tuh De. Lucu banget sumpah, BWAHAAHA" kata Riki tersenyum mengejek melihat wajahku.

"Ini juga gara gara lo! Lo yang maksa gue cerita" tungkasku

"Lagian cengeng banget sih" balasnya tak mau kalah.

"Biarin"

"Lo juga tumben bedakan! Kenapa? " katanya.

"Pengen aja sih. Sekalian kan Lena punya alat make up lengkap" jelasku.

"Makanya Lena selalu cantik setiap saat" timpal Riki dengan menyubit hidungku.

"Sakit Goblok! "

"Ngegas mulu neng"

"Bodo. Lena juga kalau gak pake make up cantik kali" tukas ku.

"Tetep cantikan lo kok" jawab nya.

"Bisa aja kang somay"

"Eh De, jadi lo salama ini sodaraan sama Lena ya? Gue baru tahu"

"Iya, jangan bilang siapa siapa"

Setelah itu Aku dan Riki masuk ke ruang kelas bersama. Saat aku masuk, kelas mendadak menjadi hening. Aku dan Riki saling tatap.

"Anak buah lo kenapa tumben matung gini? " aku menyenggol bahu Riki.

"Kagak tahu lah gue"

Lalu aku berjalan meninggalkan Riki. Aku memilih duduk dikursi samping Karina. Hari ini dia sudah mulai berangkat sekolah, walaupun wajahnya masih terlihat lesu.

"Cie berangkat sama kapten. Tumben De? " Karina melihatku, menatap wajahku dengan lekat.

"Gak tahu tu, tiba tiba nyamperin ke rumah" jawabku. "Oh iya lo udah sembuh emngnya? Kenapa harus berangkat? "

"Gue udah gak papa kok" Dia tersenyum manis padaku.

Aku hanya mengangguk. Tanganku meletakan tas pada punggung kursi. Dan aku langsung berdiri mengahampiri kursi Bastian, aku ada urusan dengannya.

"Bas" panggilku.

"Apa? " tatapannya masih ke ponsel

"Gue mau ngomong sama lo"

"Ngomong aja" Balasnya tanpa melihatku

"Gue minta maaf"

"Gue maafin" jawabnya dingin.

"Gue bener bener gak tahu kalau bakalan dijemput Riki"

"Oh" timpalnya dengan arah pandangan masih ke ponsel

"Gue Kira lo bareng Tasya"

"Kenapa lo bisa mikir gitu? " sautnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Ya, karena lo pacarnya"

Lalu Bastian menoleh menamplikan senyum kecut ke arahku. Sambari berkata " Gue kecewa sama lo De" Bastian pergi meninggalkanku, dia memilih keluar kelas.

Seharusnya disini aku yang merasa dipermainkan, kenapa seolah olah dia yang menjadi korban?

"Bastiannn tungguuuu" aku mencoba mengejarnya, namun baru tiga langkah. Riki menarik tanganku dari belakang, dia berjalan menghadapku, dan tersenyum manis.

"Gausah dikejar! Biar gue aja" katanya.

"Ini urusan gue. Lo gausah ikut ikut"

"Karena gue, lo jadi ada masalah sama Bastian, jadi ini urusan gue juga"

"Tap-"

Belum juga aku menjawabnya, Riki sudah berlari keluar kelas. Aku menghembuskan nafas lelah, aku hanya akan pasrah.

Aku kembali duduk di kursi, dengan hati yang was was. Apa yang akan dilakukan mereka berdua? Tidak seharusnya aku melibatkan Riki didalam urusanku. Mungkin aku sekarang berada adalam dilema, antara berhenti mengejarmu atau terus melangkah demi perasaan ini.

*****

Sepulang sekolah aku diantar oleh Riki. Padahal tadi aku sudah menolaknya tapi karena Lena memaksaku untuk pulang bersama Riki, aku hanya mengangguk pasrah.

Kata Lena, hari ini keluarganya akan ke bandara menjemput kakak Lena yang baru menyelesaikan sarjana di universitas London.

Saat ini aku sedang di dalam mobil Riki. Aku harap ini yang terahir adanya masalah diantara aku, Riki dan Bastian.

Aku sengaja tak melihat ke depan, dan lebih memilih melihat kesamping jendela. Pikiranku kacau sedari tadi, aku rindu Rosa, ayah, bunda.

Sudah hampir dua hari ini juga aku pergi dari rumah. Dan iya, tidak ada yang mencariku sampai saat ini, bahkan Rosa yang aku kira menyayangiku. Dia bahkan tidak menanyai kabarku.

Sekarang aku semakin sadar jika keberadaanku memang tak pernah diharapkan. Ayah mungkin lebih memilih perempuan itu, dan Rosa ternyata tak pernah menganggapku ada sebagai kakaknya, sekarang aku cukup tahu tentang keberadaanku.

Perlahan tapi pasti, aku mulai sadar. Aku bukan orang penting dikeluargaku. Mereka ternyata lebih bahagia tanpa adanya aku.

"Kenapa diem De?" panggil Riki melihatku dengan senyum di wajahnya.

"Gak papa"

"Nanti malem lo free gak? "

"Kenapa emangnya? "

"Gue mau ajak lo ke pasar malem dong. Tapi tenang neng, gak bakal ada masalah lagi kok sama Bastian. Gue bakal. Kabarin Bastian"

"Kenapa harus ngabarin Bastian? "

"Gak papa sih. Dari pada kayak tadi pagi? "

"Gue kan gak ada hubungan apa apa sama Bastian"

"Iya deh iya neng. Abang mah bisa apa atuh."

"Ngelawak aja "

"Pokoknya nanti malem gue jemput dirumah Lena pukul 7, oke?"

"Iya"

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Assalamualikum  Wr. Wb

Happy Teacher's Day.

Hargai jasa jasa mereka ya..

Jangan bandel jadi murid

Love you....

Makasih untuk pembaca yang banyak, Lia gak nyangka banget bisa segini banyaknya.

Terus support Lia. Jangan ninggalin Lia pas lagi sayang sayangnya ya...

Wassalamualaikum Wr. Wb

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang