Bab 11

19 2 0
                                    

A Novel by

Khansa Al-meera

📖

🍁🍁🍁


Hatiku selalu saja tidak tenang. Ada perasaan bahagia, takut, terharu, dan semua itu menjadi candu. Setiap malam aku juga tidak selalu bisa tidur dengan segera. Karenanya, aku lebih sering membuka buka buku, membaca atau bahkan hanya menatap lembaran-lembaran kertas dengan sesekali tersenyum.

Aku menutup kedua mata dengan sebelah tangan.

"kenapa aku bisa segila ini?," rutukku sendiri.

Pukul 11 malam, kamarku sepi. Lampu belajar dengan setia menemani. Remang-remang kondisi kamarku saat ini. Lalu aku menoleh ke sebelah kiriku, jendela masih bisa menunjukkan pemandangan malam yang lampunya berasal dari rembulan, terang.

Aku mendorong kursi ke belakang lalu beranjak ke tepi jendela. Mirip seperti di film-film dongeng saat seorang putri kerajaan sedang merindukan pangerannya datang.

Mungkin aku mengkhayal seperti itu?

Nyatanya tidak.

Aku langsung menutup gorden setelah tau tembok tetangga disandari banner sponsor "Sutra" terpampang di depan mata.

Benar benar bukan pemandangan bagus. Sial! Scene ketenangan seorang putri kerajaan hancur seketika.

Aku membanting tubuh ke atas ranjang sambil mengotak atik hp.

Dan aku malah betah untuk tidak tidur.

Dengan iseng aku membuka youtube.

Klik.

Komunitas Rindu Menikah

Apa apaan ini?! Kontennya pas dengan kondisiku.

Aku memaki maki dalam hati.

Tapi pada akhirnya aku mengklik konten youtube dan menonton sampai tengah malam.

Sekian.

🍁🍁🍁

Aku mengerjapkan mataku dengan susah setelah mendengar alarm yang meneriakiku berkali kali.

Pukul 2.30, aku terlambat 30 menit untuk sholat tahajud. Aku tidur terlalu larut, menyesal.

Tapi dapat ilmu juga tentang menikah. Setidaknya aku tidak akan katrok-katrok amat ketika sudah akad.

Halah, aku bicara apa sih!

Setelah mengumpulkan nyawa aku duduk di pinggir ranjang, lalu dengan tegas berdiri menuju kamar mandi.

Dingin.

"Afra? Itu kamu nak?, " panggil ibu dari luar kamar mandi. Untungnya wudhuku segera selesai dan aku menjawab panggilan ibu.

"ada apa bu?, " tanyaku sambil mengusap wajah yang masih basah.

"nanti antar ibu ke pasar ya, siap siap buat nanti ba'da isya," kata ibu lalu menuju kamar mandi.

Memangnya nanti ba'da isya' ada apa?

Aku melongo sendirian.

Karena tidak ingat ada apa dan waktu terus berjalan, maka aku lebih memilih menuju kamar dan segera qiyamullail.

Aku, Kamu dan Irisan Pena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang