Devil's Allure (JinV)

08. First Obsession

Jika ingin membaca chapter sebelumnya / ganjil bisa dicek di akun 

Happy reading!

First Obsession

Sang CEO barjalan menuju sofa yang ada di ruangannya, Taehyung masih tak bergeming.

"Taehyung-ssi?"

"Ah ne, Daepyonim."

"Kenapa? Apa kau yakin kau tidak keberatan?"

"Anibnida, hanya saja, aku jadi merasa canggung. Orang sehebat anda menyuruhku menemani anda makan siang. Aku beruntung sekali." Senyum kotak itu mengembang.

Tawa Seokjin kembali mengalun, dan Taehyung kembali terbuai dengan pesonanya.

'Jika saja orang ini bukan target penyelidikanku, mungkin saja aku sudah jatuh dalam pesonanya.' Taehyung menggelengkan kepalanya. 'Tidak! Tidak boleh, Taehyung! Dia musuhmu! Fokus!'

"Aku begitu penasaran apa yang ada dalam kepala cantikmu itu. Aku yakin kau sedang memikirkan sesuatu di dalam sana."

"Huh? Eung... Itu... Astaga aku malu sekali sudah bersikap konyol di hadapan anda, Daepyonim." Taehyung memukul pelan kepalanya lalu sibuk merutuki tindakannya.

Seokjin memperhatikan tingkah laku pria manis yang ada di sampingnya ini. Rasanya begitu mudah untuk jatuh cinta pada sosok itu. Otak cerdas, paras manisnya yang lebih menjurus ke arah cantik, sikap kikuknya membuat Seokjin menginginkan Taehyung hanya untuk dirinya sendiri.

"Kau begitu menarik perhatianku, Taehyung-ssi. Atau bolehkah aku menghilangkan panggilan formal itu?"

"NE?" Taehyung langsung menutup mulutnya karena terlalu terkejut dengan pernyataan dan permintaan sang atasan sehingga tanpa sadar ia berbicara terlalu keras.

"Maksudku... Aku... Eung..." Taehyung bingung mau menjawab apa, ini sungguh di luar ekspektasinya.

'Brengsek, taktik macam apa ini? Apa yang sebenarnya orang ini inginkan? Sialan.'

Taehyung benar-benar blank. Tak ada satupun yang terlintas di benaknya—kecuali makian yang tak pernah berhenti bergaung untuk Kim Seokjin.

"Wajah blank-mu benar-benar menggemaskan, Taehyung-ah."

Seokjin benar-benar menghilangkan formalitas di antara mereka. Bahkan baru saja tangannya terulur untuk mengusak pelan puncak kepalanya.

"Jadi, aku membaca CV-mu. Dan dari pengalaman bekerja yang kau cantumkan membuatku ingat akan sesuatu. Dulu kau pernah bekerja di sebuah perusahaan, yang beruntungnya, kau keluar sebelum perusahaan itu dinyatakan bangkrut. Bisa kau ceritakan padaku?"

'Apa ini pertanyaan jebakan?' Taehyung paham, ia harus berhati-hati dalam menjawab.

"Ah, itu. Aku masuk di sebuah perusahaan yang sektor keuangannya begitu kacau. Aku sampai bingung harus bagaimana, belum lagi jika diperhatikan banyak sekali dana yang tidak jelas asal-usulnya ataupun tidak jelas ke mana hilangnya. Aku tak bisa bekerja jika seperti itu, karena itu aku memilih mengundurkan diri sebelum aku terkena dampak lanjutan, aku tidak menyangka jika pada akhirnya perusahaan itu bangkrut." Taehyung benar-benar harus memilah kata-katanya. Ia takut kelepasan bicara.

"Apa kau tahu jika di perusahaan itu pernah terjadi kasus pembunuhan?"

"Huh? Pembunuhan? Benarkah? Aku tidak tahu hal itu. Astaga, aku benar-benar beruntung memilih resign dari perusahaan itu."