Bismillahirrohmanirrohim...

37 6 0
                                    

"Risa?, ayo nak beri kepastian kepada keluarga nak Farhan." Pinta umi.

Saat mendengar permintaan umi, kuangkat kepalaku menghadap umi. Dan ku ucap basmalah.

"Bismillahirrohmanirrohim, i-iya umi." Jawabku gugup.

Sontak seisi ruangan dirumahku mengucapkan hamdalah.

Alhamdulillah...

Farhan pov

"Alhamdulillah, terima kasih, ya Allah... " kataku dalam hati.

Apa benar Risa menerimaku?. Sungguh saat ini aliran darah dalam tubuhku seakan berhenti. Apa Risa benar benar telah melupakan Raihan?

Yang ada di benakku saat ini adalah bagaimana jika Risa menerimaku hanya karena rasa kasihan atau semacamnya. Tapi kutepis dengan cepat prasangka yang buruk itu.

"Alhamdulillah misbah, kita akan besanan." Ucap ayahku.

"Iya Gar, alhamdulillah jadi kapan kita bisa atur rencananya? Kalau bisa secepatnya saja." Ucap abi Risa.

"Ya, tentu saja. Bagaimana dengan Calonnya dulu..." timpal ayahku.

Degggg....

Aku benar benar malu. Yang kulakukan hanya menunduk dan menatap sudut meja ruang tamu rumah Risa saja.

"Gimana nak farhan apa kalian tidak keberatan kalau pernikahannya dilangsungkan secepatnya saja?." Tanya umi Risa.

"E...eiya umi, kalau Farhan in syaa Allah setuju setuju saja. Tapi bagaimana dengan Risanya sendiri?." Tanyaku sambil menatap Risa.
Dan tanpa sengaja tatapan kami bertemu walau hanya beberapa detik saja dan dia kembali menunduk.

"In syaa Allah, aku juga setuju." Jawabnya tiba tiba.
Tapi entah kenapa, tidak ada sama sekali raut bahagia di wajah Risa. Apa benar perasaan Risa masih tertuju untuk Raihan?

Tanyaku dalam hati. Jika aku terus memikirkan itu rasanya seperti sesak yang menghantam dada ini.

Risa Pov.

"Bagaimana bisa Farhan tiba tiba saja melamarku? Apakah sudah dari dulu perasaannya ada? Maa syaa Allah. Aku salut padanya karena dia tidak pernah sama sekali memberiku pertanda bahwa dia memiliki perasaan terhadapku dan mampu memendamnya selama 4 tahun ini." Ini yang ada dalam benakku saat keluarga Farhan datang ke rumah.

Diri ini masih saja bingung dan rasanya masih belum bisa percaya dengan apa yang terjadi. Pikiranku menyimpan berjuta pertanyaan. Hingga rasanya aku selalu saja menunduk tanpa tersenyum kepada Farhan.

Entahlah apa yang sudah difikirkan Farhan. Mungkin dia telah berfikir bahwa aku tidak bahagia.

Farhan pov

Ayah dan abi Risa telah sepakat acara pernikahan diadakan secepatnya saja yaitu 2 bulan lagi.

Jujur saja, aku sangat bahagia. Dia yang selalu kuperbincangkan denganNya di sepertiga malam sebentar lagi akan menjadi penyempurna agamaku.

Waktu terus bergulir. Hingga sampai 15 hari lagi acara akad akan dilangsungkan. Semua persiapan telah mama siapkan dan keluarga Risa siapkan. Seperti catering, WO dan pakaian. Aku dan Risa tidak dibiarkan bertemu ataupun berkomunikasi sampai hari H kami. Lafaz akad sudah fasih ku ucapkan karena sungguh bagiku saat akad nanti adalah masa yang lebih menegangkan dari pada menunggu hasil ujian seperti di Cairo dulu. Huhhhh.

"Farhan" panggil mama

"Iya ma...." jawabku

"Sebentar lagi kamu akan menjadi imam untuk keluarga kecilmu. Dan pasti kamu sudah tahu apa pertanggungjawabanmu kelak bila kamu tidak bisa menjadi imam yang baik untuk istrimu dan anak anakmu." Jelas mama panjang lebar.

Pesantren Hingga JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang