"Morning,"
Evan menyapa Ashley di pagi hari itu, tersenyum lebar lalu mengecup bibir merah muda milik gadisnya tersebut dengan gemas. Ashley memalingkan wajahnya, membuat kecupan dari Evan tersebut lepas, dia bergumam tidak jelas karena Evan membangunkannya. Pria itu membuat keributan tadi dengan menyalakan berbagai jenis musik yang membuatnya terpaksa harus keluar dari mimpinya, padahal mimpinya tadi sangat indah.
"Ayolah bangun, ini sudah jam 8 pagi."
Ashley membuka matanya melihat wajah prianya tersebut, dia mengulurkan kedua tangannya pada leher Evan lalu memberikannya ciuman pagi hari. Lupakan fakta bahwa mereka baru saja bangun tidur. Evan membalas cepat ciumannya tersebut, sehingga pria itu mulai mendominasi ciuman mereka sampai tubuh Evan sudah berada di atas Ashley yang masih menggulung tubuh polosnya tersebut dengan selimut tebal berwarna hitam.
Ya. Semalam mereka melakukannya. Ashley sendiri masih belum mempercayainya jika mereka benar-benar melakukannya. Semuanya terjadi begitu saja setelah ciuman panas mereka, dia harus berbicara tentang ini pada Linda untuk menentukan jenis kontrasepsi yang harus digunakannya. Ini benar-benar diluar dugaannya.
"Evan,"
Dia mendorong dada Evan untuk menjauhinya. "Kita tidak memiliki waktu lagi, bukankah kau yang bilang tadi?"
"Aku hanya bilang ini sudah jam 8,"
"Dan kita berjanji bertemu keluargamu di jam 12, belum lagi kau harus bertemu Brenda lebih dulu kan di jam 10 ini?"
Evan mengangguk, dia mengecup bibir Ashley kembali sebelum menanggalkan selimut dari tubuh Ashley lalu menggendongnya. Ashley berteriak, dia tidak mau ke kamar mandi bersama Evan karena dia seorang wanita yang butuh privasi dan juga pasti mereka akan menghabiskan waktu lama di dalam sana.
.
.
.
Dugaan Ashley benar, mereka menghabiskan waktu hampir satu jam di kamar mandi. Ya, sudah bisa dibayangkan apa saja yang mereka lakukan di dalam sana selain benar-benar membersihkan diri mereka.
Sementara Evan tengah bersiap-siap dan menelpon Brenda. Ashley berada di dapur menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, dia masih mengenakan dress miliknya kemarin dan rambutnya yang setengah kering tersebut diikat asal karena ia terlalu sibuk membuat sarapan yang terlambat ini. Jika Evan lebih sering sarapan dengan makanan yang manis, maka ia terbalik, sebenarnya ia menyukai makanan yang asing, berlemak dan berkarbohidrat tinggi. Evan akan melalui hari yang panjang sekarang, jadi semua makanan ini bisa tetap menjaga tenaga kekasihnya tersebut.
Biasanya dia akan sarapan dengan dua telur mata sapi, tiga buah sosis, dua buah bacon, potongan kentang dan satu mangkuk salad. Tidak butuh lama menyiapkan ini semua. Dia bisa merapihkan dirinya lebih dulu sembari menunggu Evan yang juga belum keluar dari kamar, Evan pasti masih bingung dengan pakaian yang dikenakannya. Evan tadi bertanya padanya harus mengenakan pakaian santai atau pakaian rapih. Dia menyarakan pakaian yang santai dan rapih untuk Evan sendiri.
Evan keluar dari kamarnya, dia mengenakan pakaian biasanya. Sebuah celana jeans dan tshirt putih dengan jaket berbahan kain. Setelahnya, dia duduk di kursi meja makan lalu memuji masakan buatannya yang sebenarnya tidak ada apa-apa di bandingkan Evan yang benar-benar bisa memasak sedangkan dirinya hanya menggoreng saja.
"Kau sudah memutuskan pakaian yang akan kau kenakan,"
"Ya. Pakaian seperti ini tidak akan membuat situasi semakin tegang." Jawab Evan memegang garpu untuk bersiap untuk menikmati sarapannya. "Kau mau pergi lebih dulu ke rumaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE GIRLFRIEND [COMPLETE]
Lãng mạn[COMPLETE] Happy Reading ~ Evan Louis Johnson adalah pria populer di universitas tempatnya berkuliah, dia tampan dan yang penting adalah dia seorang pewaris itulah mengapa para wanita mengejar dirinya karena bermimpi akan menjadi Cinderell...