11

990 113 14
                                    

Wendy terduduk lesu di bangkunya, kepalanya masih pusing memikirkan prihal perjodohan yang disampaikan ayahnya kemaren, ia masih tidak berbicara dengan kedua orangtuanya, bahkan saat ingin berangkat sekolah tadi, ia langsung keluar rumah tanpa berpamitan terlebih dahulu.

"aish!, berpikirlah wendy!, cari cara supaya perjodohan itu dibatalkan"  rutuk wendy sambil memukul-mukul kepalanya. Membuat seulgi yang berada di disampingnya menatap penuh curiga kearahnya.

"yah!, ada apa?!, kau seperti habis diperkosa saja" ujar seulgi spontan yang langsung mendapat delikan tajam dari wendy.

"hehe, aku hanya bercanda" seulgi memberikan tanda v dengan jarinya. "ada apa?, kau ada masalah?" sambungnya lagi sembari merapatkan bangkunya ke arah sahabatnya itu.

Wendy hanya mengelengkan kepalanya sebagai jawaban, ia lantas bangkit dari kursinya lalu melangkah meninggalkan kelasnya, sepertinya suasana taman sekolah sangat cocok untuknya sekarang.

Wendy berjalan dengan gontai, membuatnya tanpa sadar menabrak bahu seseorang. "ah, maafkan aku" gumam wendy sembari mendongakkan kepalanya, namun sedetik kemudian ia membeku di tempatnya saat menyadari siapa yang ditabraknya barusan.

"kau lagi!" mendengar suara berat itu, membuat wendy sedikit bergedik, ia lebih memilih menundukkan kepalanya, daripada menatap sepasang mata tajam dihadapannya itu.

Pangeran suga sedikit menahan kesal kepada gadis pendek didepannya itu, ia sudah hendak beranjak pergi dari tempat itu, namun diurungkannya karena tiba-tiba ia teringat foto yang diberikan ayahnya kemaren.

"ehmm" dehem pangeran suga tanpa berminat menatap gadis dihadapannya itu. "bisakah kau ikut aku sebentar?" wendy sedikit mengerutkan keningnya mendengar ucapan pangeran dingin itu.

"k--kemana?" tanya wendy takut, ia sebenarnya tidak ingin bertemu dengan pangeran itu, namun nasib sial sepertinya sangat senang menghampirinya untuk saat ini.

Pangeran suga langsung menarik lengan wendy tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dahulu, ia melihat sekelilingnya saat sudah berada di depan gedung musik, pangeran suga lalu membuka pintu dihadapannya dengan sangat pelan, takut ada yang mendengar dan melihat mereka.

"aku yakin kau sudah tau prihal perjodohan itu" ujar pangeran suga, sembari melepaskan cengkramannya dari tangan wendy.

Wendy hanya diam, tidak tahu harus menjawab apa.

"bagaimana menurutmu?" lanjut pangeran suga, sembari mengedarkan pandangannya ke ruang musik.

"a...ak---

"aku baru tau, ternyata kau gadis yang licik" potong pangeran suga, membuat wendy sedikit tersentak mendengar ucapannya. "aku tidak yakin, apakah kalung yang diberikan kedua orangtuamu itu asli" lanjut pangeran suga sembari tersenyum meremehkan gadis dihadapannya itu.

Wendy mengepalkan tanganya kuat, saat mendengar ucapan tersebut ingin rasanya ia memukul wajah pangeran dingin itu,  helo!, bahkan membayangkan pacaran denganya saja wendy tidak pernah apalagi sampai harus menikah, ia tidak akan pernah rela hidup bersama pangeran sombong itu, bahkan pangeran suga tidak pernah masuk dalam list lelaki idamannya, jadi bagaimana bisa ia menerima perjodohan itu?!,  membayangkannya saja wendy sudah bergidik ngeri, apalagi harus menjalaninya, bisa-bisa ia mati muda, oh ayolah tuhan, beri ia jalan untuk membatalkan perjodohan itu.

"berapa uang yang kau perlukan" wendy sontak mendongak menatap sepasang mata pekat di hadapannya.

"untuk apa?" tanya wendy ketus.

"tidak usah berpura-pura, aku tau orangtuamu sangat membutuhkan uang, makanya mereka menjual dirimu untuk kunikahi" ucap pangeran suga sambil menampilkan smirknya. "aku hanya kasihan padamu, jadi aku ingin memberikanmu uang, agar kau bisa kabur dari orangtuamu tanpa harus menikah denganku" lanjut pangeran suga lagi.

Princess Hours (WENGA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang