Good Comment

5.2K 662 21
                                    

Aku masih tertegun sambil sesekali mengusap air mataku yang tidak henti - hentinya membanjiri kedua pipiku sejak beberapa jam yang lalu.
Pandanganku kosong.

Mataku sudah bengkak ketika pertama kali bangun untuk ke kamar mandi subuh tadi.
Dan saat ini aku tidak bisa keluar dari kamarku.
Takut dilihat oleh Ibu dan Ayahku.
Pasti aku akan diinterogasi dalam waktu yang cukup lama.
Harus menjawab banyak pertanyaan yang membuat rasa pening di kepalaku makin bertambah.
Aku tidak menginginkannya.
Karena keadaan akan bertambah kacau.

Sungguh masih tidak kupercaya bahwa kejadian kemarin telah memberikan luka yang begitu membekas di hatiku.

Revaldo Wiranata, Pacarku!
Bagaimana mungkin?
Dia seakan - akan kerasukan setan!
Hanya nafsu birahi yang kulihat di kedua sorot matanya kemarin.
Seperti telah meneguk minuman yang diisi penuh oleh obat perangsang.

Jujur, aku sangat takut.
Aku takut diperkosa olehnya.

Umurku 24 tahun, tepatnya bulan juni lalu.
Dan aku masih perawan.
Sumpah Demi Tuhan, aku masih mempertahankannya sampai saat ini.
Beberapa kali berpacaran tidak lantas membuatku terbuai dalam keadaan.

Aku mempertahankan prinsipku.
Bukannya aku so' suci.
Bukannya aku tidak open minded.
Aku ingin melepas keperawananku, mungkin suatu hari nanti.
Dengan orang yang tepat.
Tidak berarti harus yang jadi suamiku.
Dan aku belum menemukannya sampai saat ini.

Tentu saja proses ini tidak bisa kulewati dengan mudah.
Mengingat dunia perkuliahan dan lingkungan kerjaku saat ini yang tidak bisa terlepas dari berbagai macam pergaulan bebas yang sudah menjadi kebiasaan umum di kota - kota besar.
Aku telah banyak menyaksikan berbagai bentuk perselingkuhan, cinta sesama jenis, seks bebas, dan berbagai aktifitas lain yang pada awalnya tidak bisa kumengerti dengan akal sehat.
Lama - kelamaan aku sudah terbiasa, bersikap cuek dan tidak mau peduli dengan segala urusan orang lain.
Selama itu tidak mengganggu kehidupanku.

Kalian tahu?
Bahwa aku pernah menjadi saksi bisu hubungan seksual yang terjadi antara kedua temanku di dalam satu ruangan yang sama?

Aku tidak tahu setan apa yang merasuki mereka saat itu.
Sewaktu pertama kali tinggal di kosan saat jaman kuliah, aku pernah sharing kamar dengan teman wanitaku.
Well, dia bisa dibilang sangat liar.

Malam itu aku tidur agak cepat karena rasa lelah yang mampu membuaiku dalam balutan selimut.
Posisi kasurku dengan teman wanitaku bersebrangan.
Saat itu aku tidur dengan posisi memunggungi kasurnya.
Sayup - sayup kudengar suara desahan yang terdengar nikmat dibelakangku saat aku hendak bangun karena rasa kebelet pipisku.

You know how's my feeling?
Gak bisa digambarin dengan kata - kata!

Jangankan untuk bangun, bergerak sekecil apapun aku tak mampu.
Apa kalian berharap saat itu aku tiba - tiba akan bangun begitu saja dan bilang : "Punten ganggu, saya mau ke wc dulu mau pipis. Silahkan dilanjut aja".
atau... aku harus pura - pura tidur sambil berjalan untuk menuju wc?

Aku hanya diam mematung menghadap dinding lembab tepat di hadapanku sambil bernafas pelan.
Mendengarkan desahan - desahan lembut yang saling bersahutan.
Mendengarkan setiap pergerakan kecil yang dilakukan sampai mereka memakai kembali pakaian yang sempat dilucuti.
Mendengarkan percakapan kekhawatiran mereka yang takut jika aku terbangun.
Padahal aku sudah bangun, dasar manusia - manusia sinting!

Bagaimana bisa mereka melakukannya di tempat seperti ini?
Disaat ada orang lain selain mereka?
Aku bahkan sampai harus merelakan kandung kemihku merasa kesakitan karena harus menahan keinginan kencingku dalam waktu yang cukup lama.
Ya, mereka habis tiga ronde malam itu.

Hotelier's Life (Completed) [SUDAH TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang