Backstreet

5K 570 11
                                    

Hari kedua jadian dengan tamu berstatus diamond member dan saat ini sedang menginap di hotel tempatmu bekerja, bagaimana rasanya?

Senang dan awkward pastinya.

Senang karena ini adalah mimpi bagi setiap wanita yang mendambakan seorang pacar tanpa cela sedikitpun, seperti sosok Pak Arkana.

Senang tidak bertepuk sebelah tangan karena bisa bersatu dengan orang yang sama - sama memiliki perasaan cinta sepertimu.

Lalu, awkward itu ketika kamu harus handle langsung orang yang menjadi tamu VIP dan sekaligus pacarmu di hadapan umum, berpura - pura dengan sempurna bahwa tidak ada hubungan khusus yang terjalin.

Di dalam lingkungan hotel Pak Arkana adalah tamuku.
Orang yang harus dihormati dan dilayani dengan sebaik - baiknya selama tinggal disini.
Sedangkan, di luar hotel dia adalah pacarku.
Laki - laki tampan dengan perawakan ideal yang kapanpun bisa kupeluk dan kucium sesuka hati.

Berdasarkan atas kesepakatan kami berdua tadi malam.....maaf kuulang!

Lebih tepatnya atas paksaan dari hasil rengekanku semalam, untuk sementara ini kami akan berpacaran secara sembunyi - sembunyi dari orang - orang hotel atau beberapa orang yang tidak pantas mengetahui tentang hubungan ini.

Itu loh, orang - orang sering bilangnya gaya pacaran backstreet.
Yang kalau putus nantinya hanya kamu, dia dan Tuhan yang tahu. Ditambah teman curhat terdekatmu atau teman dari hasil keceplosan mulut bodohmu.

Aku hanya belum siap saat ini.
Menanggung beban dari cemoohan orang - orang mengenai status sosial kami, yang dari dulu sering tidak pernah terfikirkan dalam benakku.

Aku belum sanggup menerima kritikan pedas dari sebagian orang yang mungkin berfikir bahwa diriku adalah seorang pelacur, wanita yang rela menjual tubuh secara cuma - cuma hanya untuk memperoleh fasilitas mewah dari tuannya.

Dan aku hanya belum memiliki rasa percaya diri untuk memberitahukan pada dunia, bahwa pacarku adalah orang yang sangat sempurna, yang setiap kali jika aku berjalan berdampingan dengannya, nyaliku serasa menciut karena merasa tatapan dari orang - orang sekitar seperti merendahkanku.

Ini hanyalah buah dari pikiranku. Kalian tahu kan bahwa sisi lain dari diriku adalah orang yang pesimis?

"Selamat pagi, Pak Arkana!" sapa Firman saat seseorang yang tadi malam baru berkencan denganku baru turun dari guest lift.
Sepertinya, dia hendak menuju restoran untuk menyantap sarapan pagi. Letak restoran di hotelku memang di lantai dasar sama dengan lobby hotel.

"Selamat pagi, Mas. Pagi, Mbak Naya," balasnya sambil tersenyum pada kami berdua. Kami pun membalas senyumannya.

Mbak Naya?
Rasanya aneh mendengarnya.
Aku maunya dipanggil 'Sayang' sama seperti semalam.

"Mau sarapan ya, Pak? Silahkan!" kataku berpura - pura bersikap layaknya kepada seorang tamu. Kulihat dia agak menahan tawa.

Entah apa yang terlintas dalam benaknya, saat ini dia malah berjalan menghampiri konter FO tempatku berada, bukannya meneruskan langkahnya untuk menuju ke arah restoran.

"Wajah Bapak kelihatan cerah banget loh pagi ini! Kelihatan banget kalau lagi bahagia," kata Firman setelah bergeser ke konter tempatku berada. Dia mulai mengeluarkan jurus pamungkasnya. Basa basi busuk untuk bersilat lidah dengan tujuan agar cepat akrab dengan seorang tamu. Menggelikan.

Hotelier's Life (Completed) [SUDAH TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang