Hotelier's Life (Completed) [SUDAH TERBIT E-BOOK]

My Last Day

Setelah menjalani one month notice, hari ini Rabu, 3 April 2019 merupakan hari terakhirku bekerja di hotel M sebagai Group Coordinator. Pada kenyataannya, masih belum ada orang yang pantas untuk menggantikan posisiku saat ini, sehingga beberapa jobdeskku akan kembali ke aturan awal. Tanggung jawab grup adalah bagi semua Guest Service Agent dan Duty Manager incharge.

Hotel M adalah hotel yang pertama kali menerimaku sebagai karyawan kontrak ketika diriku masih fresh graduate dan hanya bermodal pengalaman saat job training selama kurang lebih enam bulan di salah satu hotel multinasional yang berada di negeri
Jiran.

Hotel M menjadi tempat pertama yang memberikan gaji dan kesejahteraan karyawan lainnya untukku, dan juga telah memberikanku banyak ilmu serta berbagai pengalaman yang sangat berguna bagi pencapaian karirku di dunia perhotelan untuk kedepannya. Tapi, itupun jika aku akan meneruskan kembali niatku untuk bekerja di hospitality industry. Walaupun, sepertinya sangat mustahil dilakukan mengingat bahwa beberapa hari lagi aku akan menjadi seorang istri dari Arkana Diratama.

Hari ini aku akan menyelesaikan clearance dan hal lainnya yang memang harus dilakukan oleh seorang karyawan saat resign.

Berhubung aku tidak ingin lagi banyak membuang waktu untuk pergi kesana kemari atau mengurusi hal lain yang agak menguras energi, bersamaan dengan segala persiapan acara pernikahanku, aku memang sudah mengajukan segalanya untuk bisa diselesaikan dalam satu hari ini. Karena kedepannya, aku hanya ingin fokus terhadap satu hal yang sudah ada di depan mataku. Menjalani serangkaian acara sebelum pernikahan secara khidmat dan memilih untuk banyak beristirahat agar pikiranku tidak terlalu stres dan wajahku terlihat segar di acara yang sangat penting nanti.

Oh ya, empat hari lalu saat aku di Jakarta, ketika adegan panas yang menggantung itu terjadi, tengah malamnya Arkana memberitahuku bahwa dia sudah melaporkan perbuatan Revaldo kepada pihak keluarganya. Selama beberapa minggu ke belakang, dia berfikir keras untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut dan pada akhirnya keluarganya berdiskusi dengan keluarga Revaldo tanpa sepengetahuanku.

Pada awalnya, pihak keluarga Revaldo tidak menyangka dan tidak mempercayai perbuatan yang telah dilakukan oleh anaknya itu. Mereka membela mati - matian terhadap anak semata wayangnya tersebut.

Namun, pernyataan Revaldo di hadapan keluarganya sendiri dan juga keluarga Arkana, telah membuat berbagai pihak sangat terkejut dan meyakini bahwa tindakannya tersebut sudah tidak bisa ditoleransi. Sehingga, hasil diskusi keluarga pun menghasilkan sebuah keputusan besar.

Arkana tidak akan membuat tuntutan ataupun melaporkan perbuatan Revaldo kepada pihak yang berwajib, dengan catatan bahwa dia tidak boleh muncul kembali di hadapan kami dalam beberapa waktu yang cukup lama. Bahkan, Revaldo tidak diijinkan untuk sekedar datang menghadiri pesta pernikahan kami nanti. Selain itu, Arkana juga meminta pihak keluarga Revaldo untuk menjauhkannya sementara waktu dari kota Jakarta.

Persyaratan yang diajukan oleh Arkana pun akhirnya disetujui kedua belah pihak, termasuk Revaldo sendiri yang hadir disana. Orang tuanya akan segera mengirimnya ke Amerika, untuk melanjutkan program studi doktoralnya setelah sidang tesisnya selesai.

Revaldo mungkin akan sangat tersiksa dan merasa terkucilkan oleh perlakuan keluarganya sendiri. Namun, jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, aku merasakan sebuah kebahagiaan dan perasaanku begitu sangat lega ketika mengetahui tentang informasi tersebut.

Hanya saja, bagaimana nasib Riani beserta anak yang dikandungnya nanti ?
Tetap saja aku masih kepikiran, walaupun dia telah berulang kali mengatakan akan baik - baik saja dan bisa menyelesaikan segalanya sendirian.

"Domino's pizza, J.CO Donuts, martabak Andir, Coca Cola, done semua. Sama apalagi, Nay ?" tanya Firman saat mengabsen segala macam makanan sebagai farewell food di hari terakhirku bekerja.