Cemburu

5K 504 16
                                    

"Naya....kamu bisa masuk hari ini ? Check out-an lumayan rame, sama ada tiga grup tahu bulat, baru mau di pick up hari ini sama tim reservasi."

Suara Pak Aldo terdengar tegang di telepon. Dia adalah Duty Manager incharge malam tadi.

Ini hari minggu. Dan waktu baru menunjukkan pukul enam pagi.

"Lah....ada yang sakit lagi ?" tanyaku yang saat ini masih tiduran di atas kasur.

"Ayahnya si Qirani meninggal tadi subuh. Kamu belum baca grup, ya ? Harusnya dia yang incharge bareng Mario pagi ini. Kalau si Firman Saya geser ke middle, nanti yang siang pincang, kasian. Lagi back to back* nih soalnya," jelas Pak Aldo.

"Innalilahi.....Yaudah, aku usahain secepetnya buat sampe hotel. Tapi, kayaknya Aku bisa masuk sekitar jam 9, soalnya ini lagi di rumah Arcamanik. Takutnya macet di jalan, sama butuh waktu buat siap - siap juga," kataku menerangkan keadaan.

Kemarin siang aku memang memutuskan untuk pulang ke rumahku saja, karena tidak ada kegiatan apapun yang bisa kulakukan di kosan. Daripada aku harus merana sendirian di sana, mending aku berbincang dengan Ibu dan Ayahku di rumah.

"Oke, nggak papa. Nanti ada Bu Tere jam delapan, kok. Schedule kamu langsung Saya rubah di sistemnya, ya. Makasih banyak ya, Nay. Hati - hati di jalan," kata Pak Aldo.

"Iya sama - sama, Pak," balasku.

Pak Aldo kemudian menutup telepon.

Ya, beginilah hidupku semenjak jadi Group Coordinator. Sudah waktunya untuk menekan ego dan merelakan diri untuk berkorban pada setiap keadaan tak terduga. Seperti hari ini dan dua minggu ke belakang, ketika tim FO membutuhkan bantuanku, dan selama aku bersedia. Lagi - lagi harus kurelakan waktu liburku untuk kembali masuk kerja.

Aku segera beranjak dari tempat tidurku sambil membawa handuk dan menuju toilet yang letaknya berada di luar kamar.

"Loh, De......tumben hari libur gini, pagi - pagi udah mau mandi ?" tanya Ibuku saat dia baru selesai menyapu halaman rumah, ketika berpapasan denganku di ruang tamu.

Dirumah, panggilanku adalah 'Dede', karena aku adalah anak paling bontot. Tapi, tergantung mood ibuku juga sih, kadang aku bisa dipanggil 'Naya' juga, selayaknya teman - teman kantor memanggilku.

"Naya masuk kerja, Bu, jadinya. Temen Naya yang harusnya masuk pagi ini, ayahnya meninggal tadi subuh. Jadi, Naya yang gantiin dia incharge," kataku menjelaskan.

"Innalilahiwainnailahirooji'un.......Yaudah, Naya sekarang mandi aja. Ibu bikinin nasi goreng buat sarapan kamu, ya," kata Ibuku sambil bergegas menuju dapur.

"Masukin tupperware aja ya, Bu. Biar Naya sarapannya di mobil aja. Soalnya, udah mepet banget nih waktunya. Takut keburu macet. Terima kasih Ibu sayaaaang," kataku setengah berteriak sambil melipir ke kamar mandi.

"Iya - iya," sahut Ibuku dari arah dapur.

Hanya butuh lima menit untuk mandi ular. Aku mengenakan dress warna putih berbahan katun di bawah lutut. Baju yang sudah lama tersimpan dan terlipat rapih di dalam lemari pakaianku. Baju yang mendeskripsikan pribadiku yang feminim. Lengkap dengan ballerina flats Zara warna broken white.

Segera kubawa sling bag dan barang - barang kecil, seperti make-up dan tissue basah yang sudah tersimpan rapih di dalam paper bag yang kubawa satu hari sebelumnya.

"De...ini buat sarapannya, jangan lupa di makan. Sama jangan ngebut bawa mobilnya," kata Ibuku seraya menyerahkan tempat makan dan minum yang sudah terisi dan terbungkus dalam sebuah jinjingan kecil, ketika aku hendak masuk ke dalam mobil.

Hotelier's Life (Completed) [SUDAH TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang