Meet Her Again

3.7K 381 8
                                    


Aku dan Mama Elina sedang berada di gerai Channel Beauty Senayan City saat ini. Walaupun usia Mama Elina sudah lima puluh tahun lebih, dia benar - benar masih sangat memperhatikan penampilannya. Entah mungkin karena dulunya dia adalah seorang sekertaris pribadi yang selalu dituntut untuk terlihat tampil sempurna, baik secara performa kinerjanya ataupun gayanya ketika berbusana, sehingga hal tersebut mempengaruhi kehidupannya sampai saat ini. Dan satu hal yang akan selalu kuingat, ketika dia menasehatiku saat kami berdua sedang makan siang tadi.

"Sebagai seorang wanita, kamu harus pintar merawat diri. Tidak masalah jika harus mengeluarkan biaya yang lebih besar di setiap bulannya, dengan tujuan untuk hanya memanjakan dan mempercantik diri sendiri. Toh kecantikan yang kita miliki pun memang jelas - jelas akan dipersembahkan bagi suami kita sendiri. Kamu harus rajin dan pinter dandan, supaya kedua mata Arkana tetap fokus sama kamu, tidak gatal lirik sana sini. Walaupun Mom tahu, dia bukan tipikal laki - laki yang seperti itu. Tapi ya....yang namanya manusia, selalu ada celah untuk berbuat dosa. Tidak dari pihak dalam dirinya pun, bisa juga dari pihak eksternal. Bagaimanapun, berusahalah untuk selalu membuatnya merasa puas. Puas menerima pelayanan ketika berada di meja makan, dan terutama saat berada diranjang," kata Mama Elina saat di tengah - tengah suapan makan siangnya.

Aku hanya bisa tersenyum canggung mendengarnya. Mama Elina orangnya memang blak - blakan dan jalan pikirannya sangat terbuka. Tapi setelah dipikir - pikir, ada benarnya juga apa yang telah dikatakan oleh beliau.

Mempercantik diri untuk suami sendiri, tentunya adalah sebuah kewajiban.
Ingat !
Suamimu, bukan suami orang lain !

Jika kalian tidak ingin kalah dengan wanita - wanita jalang di luar sana, yang kapanpun siap berlomba untuk menarik perhatian dan juga perasaan suami kita ketika lengah, maka kalian juga harus rela berkorban. Misalnya, salah satu usaha yang bisa ditempuh adalah mengeluarkan biaya yang cukup besar sebagai modal utama sebelum terjun ke medan perang.

Ya, walaupun semuanya memang tergantung dari sifat suami atau para lelaki kita.
Akan tetapi, mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan ?

Aku pun harus selalu sigap dengan segala keadaan dan resiko yang akan kumiliki di masa yang akan datang. Masa ketika dimana aku sudah resmi menjadi seorang istri dari seorang Arkana Diratama, dan tinggal di sebuah kota besar yang penuh dengan kompetisi ini.

Mama Elina banyak sekali memberikanku wejangan - wejangan bermanfaat seputar kehidupan rumah tangga, bahkan dia memberikan trik - triknya pada jaman dulu, ketika harus sanggup mempertahankan hubungannya dengan Papa Yasa. Beliau sama seperti diriku. Yang tidak memiliki status sosial yang sepadan dengan calon suaminya, dimana para kalangan muda ataupun tua akan terus mengeluarkan cercaan, meskipun pihak keluarga tidak memiliki masalah atau keberatan apapun.

Menurut pengakuannya, justru keadaannya dulu lebih sulit untuk menjalani hubungan dengan Papa Yasa. Sebagai seseorang yang hanya berkedudukan sebagai sekertaris, selain harus banyak mengatur mengenai pekerjaan dan jadwal atasan sekaligus pacarnya, dia pun harus rela menerima berbagai sikap ataupun protes dari berbagai pihak yang sangat kontra terhadap hubungan mereka. Bagian tersulitnya adalah ketika harus bersikap profesional tanpa melibatkan perasaan sakit hati yang bisa dia temukan dan rasakan di berbagai kondisi.

"Oh ya, Sayang. Mom mau nanya satu hal, tapi kamu jangan tersinggung, ya....karena Mom ada tujuannya juga buat nanya mengenai hal ini."
Saat itu tiba - tiba nada bicara Mama Elina terkesan lebih serius.

"Silahkan, Mom, tanya Naya aja tentang apapun. Naya nggak akan tersinggung kok," balasku dengan sebuah senyuman.

"Seberapa sering frekuensi kalian berdua dalam melakukan hubungan intim ?"

Hotelier's Life (Completed) [SUDAH TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang