Annisa telah beranjak remaja sekarang, usianya pun sudah hampir 18 tahun dan dia telah berhasil lulus sekolah dengan nilai yang baik meskipun bukan yang terbaik, tetapi dia berhasil masuk 10 besar.
Ayahnya ingin Annisa masuk Perguruan Tinggi Negeri tetapi gadis ini bersikeras ingin masuk Universitas Swasta tempat kedua Kakaknya menuntut ilmu. Umumnya anak sekolah memiliki impian masuk PTN, tapi tidak begitu dengan Annisa.
Dari sejak Kakak sulungnya menjadi mahasiswa di kampus itu, Annisa sudah ingin berkuliah disana terlebih sekarang Kakak perempuannya pun sudah kuliah disana mengambil jurusan hukum karena dia ingin menjadi notaris.
Memang kampus yang ingin Annisa masuki bukan kampus abal-abal, tapi kampus yang sangat bonafide, dengan 5 fakultas dan banyak jurusan perkuliahan, gedungnya pun sudah milik sendiri dan cukup oke, banyak kegiatan ekstra yang dapat diikuti untuk mengisi waktu luang mahasiswa daripada dilakukan dengan kegiatan tak jelas.
Tapi meski kampus yang Annisa ingin masuki cukup terkenal, hal itu sangat bertentangan dengan keinginan Ayahnya.
Berkali-kali Ayahnya membujuk agar dia mengikuti UMPTN, tetapi Annisa menolaknya dengan dalih takut lulus, atau kalaupun dia tidak ingin masuk PTN, setidaknya dia mau kuliah di STIA.
"Kamu nggak ingin masuk STIA, mengambil jurusan tarbiyah begitu?" tanya Ayahnya pada si bungsu untuk yang kesekian kalinya, dengan harapan kali ini si bungsu mau meraih gelar S.Ag seperti yang diharapkannya pada salah satu anaknya, kemudian ia mengajar di salah satu madrasah dan mengabdikan dirinya menjadi seorang Ustadzah.
Putra sulungnya Ahmad malah memilih menjadi sarjana ekonomi sementara Salma mengambil jurusan Hukum dan sekarang Annisa ingin kuliah ditempat yang sama seperti kedua Kakaknya dan dia ingin kuliah mengambil jurusan komputer atau broadcast.
"Annisa ingin kuliah ditempatnya Kak Salma, Bi. Boleh yah?" Annisa pun kembali mengeluarkan jurus merajuknya.
Biasanya Annisa memang selalu menuruti keinginan Ayahnya, apapun itu tanpa pernah membantah.
Tetapi kali ini entah mengapa dia ingin sekali kuliah di kampus yang sama dengan Kakaknya. Kampusnya sangat besar dan banyak orang-orang hebat seperti pejabat daerah berasal dari kampus Kakaknya. Sekarang setelah Kakak perempuannya juga terdaftar sebagai mahasiswa disana, keinginan Annisa untuk masuk kampus hijau itu semakin besar.
"Ya sudah, kamu daftarlah kesana, biar nanti Kak Ahmad yang mengantarkanmu." Akhirnya Ayahnya kali ini mau mengalah.
Walaupun harapannya agar salah satu dari anaknya bersedia mengabdikan dirinya sebagai seorang pengajar agama telah pupus, tapi beliau tetap percaya anak-anaknya suatu hari akan menjadi orang yang berguna. Mereka tentu memiliki masa depan masing-masing yang telah ditakdirkan bagi mereka dan sebagai seorang Ayah, Pak Usman tidak bisa memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya.
"Hore! Terima kasih ya, Bi." Dengan perasaan gembira, Annisa lalu memeluk dan mengecup pipi Ayahnya.
Usai perdebatan yang lumayan panjang itu, Annisa kembali ke kamarnya yang berada dilantai atas. Dia menari-nari gembira setelah mengantongi izin dari Ayahnya untuk bisa berkuliah ditempat yang sama dengan kedua Kakaknya. Akhirnya impiannya untuk kuliah disana terwujudkan juga, sebentar lagi dia akan menyandang status mahasiswa. Apalagi dua sahabatnya, Saskia dan Sarah, juga masuk universitas yang sama, tentu saja Annisa merasa gembira.
"Annisa." Suara Salma terdengar dari kamar yang dilewati Annisa.
"Apa, Kak?" Annisa menyahut.
"Sini masuk," perintah Salma. Annisa menurut saja. Dia lalu masuk ke kamar yang pintunya tidak tertutup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Birunya Langit Cinta {Revisi} 《Tamat》♡
Ficción GeneralNOVEL REVISI DENGAN CERITA YANG LEBIH KOMPLEKS Annisa anak yang baik hati, penurut, berasal dari keluarga baik-baik dan shalehah, gadis remaja yang aktif di kegiatan keagamaan di kampusnya, dia dihadapkan dengan dua pemuda yang sama-sama mencintain...