Lembar 7 Pernyataan Cinta yang tak terduga

191 17 0
                                    

Andy Dustin.

Tiba-tiba saja nama itu terlintas lagi di benak Annisa, padahal dia sudah hampir melupakan kejadian yang benar-benar membuatnya sangat malu, tapi memang rasanya terlalu muluk berharap tidak akan pernah bertemu dengan Andy lagi karena mereka berada di kampus yang sama meski dari fakultas yang berbeda.

Andy walaupun terkenal sebagai karateka juara tingkat provinsi, tetapi dia juga terkenal playboy, tukang gonta-ganti pacar. Ganti pacar buatnya semudah mengganti pakaian. Karena dia tampan dan kaya - tipikal cowok yang didambakan banyak cewek - makanya dia selalu dikerumuni banyak perempuan.

Seperti gula yang dikerumuni semut.

Dan laki-laki yang bernama Andy Dustin itu sudah dua kali menolongnya. Annisa memandangi ponsel yang baru saja diletakkannya diatas meja. Kalau bukan Sarah yang menyadari tasnya berlubang dan Andy yang bertindak cepat memiting pencuri bodoh itu, mungkin saat ini ponselnya entah berada dimana. Tapi bukan berarti pertolongannya itu mengubah status Andy yang playboy menjadi pria paling baik sedunia.

Annisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat mencoba menghilangkan bayangan tentang Andy. Dia lalu mengambil sepotong pakaian untuk mengganti blusnya. Untuk apa memikirkan cowok yang tidak jelas seperti itu, saat ini yang dia pikirkan seharusnya Faisal Hassan, calon suaminya, dia sudah dikhitbah alangkah tidak pantas dia memikirkan pria lain.

Faisal orangnya baik, yah semua orang memang baik, bagi Annisa tidak ada orang yang jahat, orang menjadi jahat hanya karena keadaan.

Faisal laki-laki shaleh dambaan wanita, calon menantu yang sangat diidamkan para orang tua, wajahnya jernih karena sering terbasuh air wudhu. Dia sangat mencintai Ibunya, itulah yang terpenting. Annisa sangat menyenangi pria yang mencintai dan menghormati Ibunya. Selain itu, Annisa juga menyukai kemandirian dan rasa tanggung-jawabnya, dia tidak semanja yang dikatakan Ibunya.

Handphone Annisa berdering beberapa saat setelah dia selesai mengganti pakaiannya. Nomor yang masih asing tertera di layar ponselnya, dahi Annisa mengerut, nomor siapakah ini? Nomor penting yang akan memberinya berita penting atau nomor iseng yang hanya ingin main-main saja? Walau agak sedikit ragu, tetapi Annisa tetap menerima telepon itu.

"Hallo, Assalamu'alaikum." Annisa menyapa.

"Hallo, Annisa." Suara yang masih asing ditelinganya menjawab.

Orang iseng? Tidak, si penelepon tahu namanya.

"Ini dengan siapa ya?"

"Wah, aku tidak mengira jika kamu sudah melupakanku padahal kita baru saja ketemu."

Hah? Jelas ini telepon orang iseng! "Jangan bercanda ya, nggak lucu!" bentaknya kesal.

"Aku nggak bercanda, kita memang baru beberapa jam lalu bertemu di kantin kampus tempat kamu kehilangan benda kesayanganmu itu."

Bertemu di kantin kampus? Mata Annisa langsung membalalak lalu dengan ragu dia bertanya,

"Andy?"

"That's right!"

"Darimana kau...." Annisa tidak melanjutkan pertanyaannya yang merasa heran darimana Andy tahu nomor ponselnya, tapi kemudian Annisa teringat kejadian tadi di kantin kampus. Dia tanpa sengaja telah memberikan nomor ponselnya pada Andy karena untuk mencari ponselnya.

"Darimana aku mendapatkan nomor ponselmu, pasti itu yang ingin kamu tanyakan, bukan?" Andy meneruskan kata-kata Annisa yang terputus. "Aku tadi memang sengaja meminjamkanmu ponsel, agar aku bisa mendapatkan nomormu."

Reaksi spontan tapi terencana yang tidak dikira oleh Annisa. Hebat sekali si Andy itu, disaat orang sedang kesulitan dia masih sempat merencanakan sesuatu dibalik pertolongannya.

Birunya Langit Cinta {Revisi} 《Tamat》♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang