"Kau harus bertanggung jawab!" tuntut Shaffiyyah.
Pagi-pagi sepupunya itu datang dengan mengamuk, semalam Annisa mendatanginya ke rumah dan menceritakan semuanya sambil menangis, dia mengatakan bahwa cintanya telah kandas, pertunangannya batal dan Andy menolaknya.
Shaffiyyah sebenarnya sudah menahan diri untuk tidak mendatangi rumah Andy malam-malam, karena Mariyyah menahannya, dia menyuruh saudara kembarnya itu untuk tenang dan agar mendatangi Andy besok saja.
Tapi besoknya Shaffiyyah sudah datang pagi-pagi sekali, untuk mencegah adanya pertengkaran, Mariyyah mengikutinya, saudara kembarnya itu memang mudah emosi bila ada kawannya yang tersakiti atau diperlakukan secara tidak adil, dan biasanya Mariyyah yang akan menjadi penenangnya.
Dia berteriak marah memanggil nama sepupunya, Andy yang baru selesai membaca dzikir pagi segera menemuinya dan sepupunya itu pun langsung mengumbar emosinya, dia tidak mengerti mengapa Andy bisa setega itu mengatakan dia mencintai Tiara dan akan menikahinya?
"Jelaskan padanya atau kubakar paspormu!" Andy tertegun ketika melihat paspor dan tiket pesawatnya sudah berada di tangan Shaffiyyah, dia tidak tahu kapan paspor itu ada disana, Mariyyah pasti sudah mencarikannya.
"Aku mengatakan hal itu, agar dia tidak usah menungguku, aku merasa belum pantas jika melamarnya sekarang."
"Tapi tidak dengan cara seperti itu, Di."
"Hanya itu cara yang terbaik, Sophie, bila aku mengatakan aku mencintainya, dia pasti akan menungguku, akan lebih baik jika dia tidak usah menungguku, mungkin dia bertemu dengan lelaki yang lebih pantas untuknya."
"Itu hanya alasan seorang pengecut!" tukas Shaffiyyah.
"Aku memang pengecut, kau memang benar, aku tidak berani berharap terlalu tinggi, saat ini Annisa seperti rembulan untukku dan aku hanyalah bintang di langit, bintang tidak akan bersinar bila tidak ada rembulan yang menyinarinya, aku tidak mau menjadi seperti itu, bila memang dia jodohku, aku akan menjadi imam, karena itu aku ingin menjadi matahari untuknya, karena rembulan memiliki sinar dari matahari."
Shaffiyyah kehabisan kata-kata mendengar Andy yang filosofi.
Memang benar, bila dibandingkan dengan Annisa, saat ini Andy belumlah apa-apa, dia baru belajar lagi tentang agama, dan perumpamaan yang disebutkan Andy tadi itu benar adanya.
Bagi Andy sendiri hal ini pasti berat.
"Tapi bagaimana kalau dia menikah sebelum kau kembali?"
"Berarti dia bukan jodohku." Andy menjawab simpel dengan senyum tipis di bibirnya.
"Baiklah, aku akan menjaga dia untukmu."
"Jangan katakan apa-apa tentang perasaanku ini, berjanjilah," pinta Andy. Shaffiyyah hanya mengangguk.
"Jaga dirimu selama di Jerman, Di, jangan lupa sering-sering beri kabar," ujar Mariyyah.
"In shaa Allah, aku akan sering memberi kabar, lagipula keluargaku masih disini dan akupun pergi takkan lama."
***
Annisa menjalani hari-harinya kembali setelah kuliahnya memulai semester ganjil, sekarang Annisa sudah semester tiga, Andy, Faisal, Salma dan Aisyah, sudah tidak berada di kampus ini lagi, Aisyah malah sudah menikah dengan Kakak laki-lakinya bulan lalu.
Walaupun semester baru sudah dimulai, tapi hari-hari yang dilaluinya sudah berbeda, karena orang yang paling memesona di kampus ini sudah pergi ke Jerman, meninggalkan hati yang patah bagi Annisa, tapi Annisa tetap mensyukuri pertemuannya dengan Andy waktu itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/204404494-288-k233782.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Birunya Langit Cinta {Revisi} 《Tamat》♡
Fiksi UmumNOVEL REVISI DENGAN CERITA YANG LEBIH KOMPLEKS Annisa anak yang baik hati, penurut, berasal dari keluarga baik-baik dan shalehah, gadis remaja yang aktif di kegiatan keagamaan di kampusnya, dia dihadapkan dengan dua pemuda yang sama-sama mencintain...